Lompat ke isi

Amantubillah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adven Nababan (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'thumb|Istana Amantubillah '''Amantubillah''' merupakan nama istana dari Kerajaan Mempawah, mempunyai arti, “''Aku beriman kepada...'
 
Adven Nababan (bicara | kontrib)
Perbaikan paragraf
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 8: Baris 8:


== Arsitektur ==
== Arsitektur ==
Kompleks Istana Amantubillah dibagi dalam tiga bagian, yaitu bangunan utama, bangunan sayap kanan, dan sayap kiri.<ref name="kebudayaan"/> Pada zaman dahulu, bangunan utama merupakan tempat singgasana raja, permaisuri, dan tempat tinggal keluarga raja.<ref name="kebudayaan"/> Bangunan sayap kanan adalah tempat untuk mempersiapkan keperluan dan tempat untuk jamuan makan keluarga istana.<ref name="kebudayaan"/> Sedangkan bangunan sayap kiri merupakan aula dan tempat untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan.<ref name="kebudayaan"/>
Kompleks Istana Amantubillah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bangunan utama, bangunan sayap kanan, dan sayap kiri.<ref name="kebudayaan"/> Pada zaman dahulu, bangunan utama merupakan tempat singgasana raja, permaisuri, dan tempat tinggal sanak keluarga raja.<ref name="kebudayaan"/> Bangunan sayap kanan merupakan tempat mempersiapkan keperluan dan tempat untuk jamuan makan keluarga istana.<ref name="kebudayaan"/> Sedangkan bangunan sayap kiri merupakan aula dan tempat untuk mengurus administrasi pemerintahan kerajaan.<ref name="kebudayaan"/>
Pada masa sekarang, bangunan utama berfungsi sebagai museum Kerajaan Mempawah.<ref name="kebudayaan"/> Di tempat ini tersimpan berbagai peninggalan Kerajaan Mempawah, yaitu singgasana raja, foto-foto raja beserta keluarganya, keris, busana kebesaran, dan payung kerajaan, dan lain-lain.<ref name="kebudayaan"/> Bangunan sayap kanan berfungsi sebagai pendopo istana, sedangkan bangunan sayap kiri sebagai tempat tinggal para kerabat Kerajaan Mempawah.<ref name="kebudayaan">[http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.com/2011/06/istana-amantubillah-mempawah_07.html Istana Amantubillah Mempawah] <small>diakses 23 Maret 2015</small></ref>
Pada masa sekarang, bangunan utama berfungsi sebagai museum Kerajaan Mempawah.<ref name="kebudayaan"/> Di tempat ini tersimpan berbagai peninggalan Kerajaan Mempawah, yaitu singgasana raja, foto-foto raja beserta keluarganya, keris, busana kebesaran, dan payung kerajaan, dan lain-lain.<ref name="kebudayaan"/> Bangunan sayap kanan berfungsi sebagai pendopo istana, sedangkan bangunan sayap kiri sebagai tempat tinggal para kerabat Kerajaan Mempawah.<ref name="kebudayaan">[http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.com/2011/06/istana-amantubillah-mempawah_07.html Istana Amantubillah Mempawah] <small>diakses 23 Maret 2015</small></ref>



Revisi per 5 April 2015 04.49

Berkas:Istana Amantubillah.jpg
Istana Amantubillah

Amantubillah merupakan nama istana dari Kerajaan Mempawah, mempunyai arti, “Aku beriman kepada Allah”.[1] Istana yang didominasi oleh wama hijau ini menempatkan tulisan “Mempawah Harus Maju, Malu dengan Adat" pada pintu gerbang istana.[1] Kompleks Istana Amantubillah berdiri kokoh di Desa Pulau Pedalaman, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.[2]

Sejarah

Kesultanan Mempawah mulai dikenal pasca kedatangan rombongan Opu Daeng Menambun dari kerajaan Matan, Tanjung pura, ke Sebukit Rama, Mempawah Lokasi Istana Amantubillah yang sekarang, sekitar tahun 1737 M.[3] Eksistensinya kian diperhitungkan di kancah internasional setelah Opu Daeng Menambun dengan gelar pangeran Mas Surya Negara naik tahta menggantikan Sultan Senggauk pada tahun 1740 M.[3] Apalagi pada masa pemerintahannya, Habib Husein Alkadri, mantan hakim agama di kerajaan Matan, pindah ke kesultanan Mempawah. Maka, orang pun kemudian berbondong-bondong datang ke mempawah tidak hanyak untuk melakukan kontak dagang atau kontrak politik, tapi juga untuk mempelajari dan mendalami agama islam.[3]

Istana Amantubillah dibangun pada masa pemerintahan Gusti Jamiril bergelar Panembahan Adi wijaya Kesuma (1761-1787), sultan ke-3 kesultanan Mempawah.[3] Pada tahun 1880 M, istana Amantubillah mengalami kebakaran ketika diperintah oleh Gusti Ibrahim bergelar Panembahan Ibrahim Mohammad Syafiuddin (1864-1892), sultan ke-9 kesultanan mempawah.[3] Renovasi terhadap bangunan Istana Amantubillah kemudian dilakukan hingga Istana Amantubillah dapat berdiri kembali pada tanggal 2 November 1922 ketika diperintah oleh Gusti Muhammad Taufik Accamaddin (1902-1943), sultan ke-11 kesultanan mempawah.[3]

Arsitektur

Kompleks Istana Amantubillah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bangunan utama, bangunan sayap kanan, dan sayap kiri.[4] Pada zaman dahulu, bangunan utama merupakan tempat singgasana raja, permaisuri, dan tempat tinggal sanak keluarga raja.[4] Bangunan sayap kanan merupakan tempat mempersiapkan keperluan dan tempat untuk jamuan makan keluarga istana.[4] Sedangkan bangunan sayap kiri merupakan aula dan tempat untuk mengurus administrasi pemerintahan kerajaan.[4] Pada masa sekarang, bangunan utama berfungsi sebagai museum Kerajaan Mempawah.[4] Di tempat ini tersimpan berbagai peninggalan Kerajaan Mempawah, yaitu singgasana raja, foto-foto raja beserta keluarganya, keris, busana kebesaran, dan payung kerajaan, dan lain-lain.[4] Bangunan sayap kanan berfungsi sebagai pendopo istana, sedangkan bangunan sayap kiri sebagai tempat tinggal para kerabat Kerajaan Mempawah.[4]

Di kompleks istana, pengunjung dapat melihat kolam bekas pemandian sultan beserta keluarganya.[5] Akan tetapi, pada saat ini kolam pemandian tersebut tidak berfungsi lagi, karena pendangkalan dan tertutupnya saluran air yang menghubungkan kolam tersebut dengan anak sungai Mempawah.[5]

Referensi

  1. ^ a b Kerajaan Mempawah diakses 23 Maret 2015
  2. ^ Amantubillah diakses 23 Maret 2015
  3. ^ a b c d e f Sejarah kerajaan Mempawah diakses 23 Maret 2015
  4. ^ a b c d e f g Istana Amantubillah Mempawah diakses 23 Maret 2015
  5. ^ a b Wisata Melayu diakses 23 Maret 2015