Perbedaan pelafalan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Bahasa Melayu basahan''' (makna basahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu ''yang dipakai sehari-hari'') ialah bahasa Melayu yang dipergunakan sehari-hari sebagai bahasa |
'''Bahasa Melayu basahan''' (makna basahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu ''yang dipakai sehari-hari'') ialah bahasa Melayu yang dipergunakan sehari-hari sebagai bahasa lisan (bentuk lisan) yang lazim dipergunakan di daerah setempat. |
||
''Perbedaan yang dimaksud di sini bukanlah perbedaan antara bahasa Melayu dan bahasa Melayu di Indonesia (bahasa Indonesia), tetapi ia lebih menumpukan perhatian pada cara sebutan orang Semenanjung Malaysia dan Indonesia untuk perkataan yang sama'' |
''Perbedaan yang dimaksud di sini bukanlah perbedaan antara bahasa Melayu dan bahasa Melayu di Indonesia (bahasa Indonesia), tetapi ia lebih menumpukan perhatian pada cara sebutan orang Semenanjung Malaysia dan Indonesia untuk perkataan yang sama'' |
Revisi per 28 September 2007 08.02
Bahasa Melayu basahan (makna basahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu yang dipakai sehari-hari) ialah bahasa Melayu yang dipergunakan sehari-hari sebagai bahasa lisan (bentuk lisan) yang lazim dipergunakan di daerah setempat.
Perbedaan yang dimaksud di sini bukanlah perbedaan antara bahasa Melayu dan bahasa Melayu di Indonesia (bahasa Indonesia), tetapi ia lebih menumpukan perhatian pada cara sebutan orang Semenanjung Malaysia dan Indonesia untuk perkataan yang sama
Seperti bahasa-bahasa lain, bahasa Melayu colloquial (non resmi) mempunyai banyak dialek, dari Kelantan sampai dengan Betawi. Setiap dialek memiliki cara pengucapannya sendiri-sendiri dan bisa dikenali dengan mudah oleh penutur ibu.
Perbedaan antara bahasa Melayu basahan di Semenanjung Malaysia dan bahasa Melayu Indonesia terletak pada sebutan akhir perkataan-perkataan yang mempunyai huruf vokal a dan u, dan huruf konsonan r. Contoh-contoh perkataan ditunjukkan di bawah ini:
Senarai 1
Pengguguran bunyi vokal a kepada e pepet (baca e pada kata senarai).
Perkataan Melayu tinggi yang mempunyai huruf "a" di hujung. | Sebutan bahasa Melayu Semenanjung Malaysia | Sebutan bahasa Melayu Indonesia |
---|---|---|
apa | ape | apa |
siapa | siape | siapa |
mana | mane | mana |
benda | bende | benda |
Pengguguran bunyi vokal a ini disebabkan oleh pengaruh Johor-Riau yaitu piawai atau baku bagi bahasa Melayu yang digunakan oleh MABBIM. Walau bagaimanapun, sebutan sebegini dianggap sebagai sebutan basahan. Sebutan yang sebenarnya ialah sebutan baku.
Senarai 2
Jika huruf vokal u diapit oleh dua huruf konsonan dalam suku kata akhir, pengguna bahasa Melayu Semenanjung Malaysia selalu menggugurkan bunyi u dan menggantikannya dengan bunyi o. Contoh-contoh dipaparkan dalam senarai di bawah ini:
Perkataan Melayu tinggi yang mempunyai huruf "u" dalam suku kata akhir. | Sebutan bahasa Melayu Semenanjung Malaysia | Sebutan bahasa Melayu Indonesia |
---|---|---|
telur | telor | telur |
gemuk | gemok | gemuk |
takut | takot | takut |
batuk | batok | batuk |
Senarai 3
Pengguguran huruf r di hujung perkataan. Pengguguran ini memang terlalu biasa dilakukan di Semenanjung Malaysia.
Perkataan Melayu tinggi yang mempunyai huruf "r" di hujung perkataan | Sebutan bahasa Melayu Semenanjung Malaysia | Sebutan bahasa Melayu Indonesia |
---|---|---|
kotor | koto_ | kotor |
hancur | hanco_ | hancur |
ekor | eko_ | ekor |
Senarai 4
Pengguguran huruf r di sempadan/batas suku kata. Pengguguran bunyi ini tidak seharusnya dilakukan oleh penutur bahasa Melayu Semenanjung Malaysia. Kadang kala bunyi r disebut terlalu laju sehingga ia terdengar seolah-olah yang digugurkan.
Perkataan Melayu tinggi yang mempunyai huruf "r" di sempadan suku kata | Sebutan bahasa Melayu Semenanjung Malaysia | Sebutan bahasa Melayu Indonesia |
---|---|---|
permainan | pe_mainan | permainan |
kertas | ke_tas | kertas |
terduduk | te_duduk | terduduk |