Lompat ke isi

Robby Djohan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Robby Djohan (1 Agustus 1938 – 13 Mei 2016)[1] dirumah sakit Puri Cinere adalah direktur utama Garuda Indonesia masa Februari-Oktober 1998 dan dosen Pascasarjana Universitas Indonesia.[2] Pada masa mudanya, ia pernah menjadi aktor, salah satunya dalam film Djuara Sepatu Roda pada tahun 1958. Beliau meninggal pada tanggal 13 Mei 2016.

Robby Djohan merupakan bankir legendaris dengan jam terbang lebih dari 40 tahun. Majalah Infobank pada 1993 menyematkan sebagai Bankers of the Year bersama Mochtar Riady.

Semasa hidupnya, Robby Djohan sempat menempati posisi strategis di antaranya, sebagai Direktur Utama Bank Niaga, Bank Mandiri dan Garuda Indonesia. Kehebatan Robby sebagai corporate leader terbukti sejak dia berhasil membesarkan Bank Niaga, kemudian sukses memimpin krisis di Garuda Indonesia dan Bank Mandiri.

Robby Djohan dikenal sebagai seorang profesional di sektor perbankan internasional dan nasional. Robby dikenal saat memimpin Garuda dengan tangan dinginnya. Ia tidak segan untuk memberhentikan pegawai yang tidak produktif. Pria yang memiliki latar belakang bankir seperti Citibank dan Bank Niaga ini, dipilih pada era Menteri BUMN pertama yakni Tanri Abeng.

Robby keluar Garuda karena diminta oleh Tanri untuk memimpin program restrukturisasi Bank Mandiri 4 Bank BUMN saat krisis. Ia merekrut ahli-ahli perbankan untuk bergabung, salah satunya adalah Agus Martowardojo. Tugas Robby Djohan dan timnya pada waktu itu adalah restrukturisasi 4 Bank BUMN yang terdiri dari Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dengan melakukan skema penggabungan atau merger menjadi Bank Mandiri.

Buku Robby Djohan

  • Buku pertama berjudul The Art of Turn Around" : Kiat Restrukturisasi” adalah buku yang berisi tentang biografi dari seorang Robby Djohan. Melalui buku ini, kita dapat mengenal lebih dalam sosok Robby Djohan, bagaimana cara beliau menghadapi problem yang muncul, membuat keputusan-keputusan yang cepat dan efektif, serta bertindak dengan tegas.
  • Buku keduanya khusus menceritakan pengalamannya memimpin Bank Mandiri, "Leading in Crisis: Praktik Kepemimpinan dalam Mega Merger Bank Mandiri". Sebagai pelaku utama dalam kedua bukunya, yakni orang nomor satu di perusahaan yang dikisahkannya, pembaca akan merasakan betul bagaimana kepemimpinan dan gaya manajemen Robby Djohan. Pembaca akan merasakan, kompetensi luar biasa yang dimiliki seorang Robby Djohan tertuang bagus dalam kedua bukunya itu.
  • Buku ketiga Robby Djohan "Lead to Togetherness" ini boleh dibilang sarat pemikiran. Ia tidak lagi menceritakan pengalaman pribadinya dalam memimpin perusahaan dan berbisnis . Tanpa modal sosial yang kuat, pertumbuhan ekonomi sebuah negara tidak akan berkelanjutan. Selama ini Robby melihat bahwa sudah banyak modal ekonomi yang diinvestasikan bangsa ini, baik dalam bentuknatural resources maupun capital resources.

Buku kumpulan artikel,

Majalah Infobank meluncurkan buku "Robby Djohan, No Nonsense Leadership". Isi utama buku ini, adalah kumpulan tulisan Robby Djohan di kolom tetapnya; Message from Robby Djohan. Rodjo, begitu dia biasa disebut di sini, memiliki kolom tetap di Infobank sejak tahun 2011.

Setelah tidak lagi aktif di korporasi besar, Robby banyak membuat tulisan di media massa. Kolomnya banyak digemari pembaca. Tidak mengherankan jika ia disebut Bankir Legendaris yang diakui perbankan dan mampu mengelola bank dan terbukti mencetak leader bankers terbaik di Indonesia.

Buku kumpulan artikel lain berjudul "The Guru" dipersembahkan untuk mengenang Robby Djohan.

https://www.youtube.com/watch?v=GlxGP5fIzY0[3]

Referensi