Pundong, Bantul
Pundong | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Daerah Istimewa Yogyakarta | ||||
Kabupaten | Bantul | ||||
Pemerintahan | |||||
• Panewu | Sri Umayati, S.H | ||||
Populasi | |||||
• Total | 32,887 jiwa jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 34.02.04 | ||||
Kode BPS | 3402040 | ||||
Luas | 23,68 km² | ||||
Kepadatan | 1380 jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | 3 | ||||
|
Pundong (bahasa Jawa: Pundhong) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.Kecamatan Pundong terletak di sebelah selatan Kabupaten Bantul dengan jarak kurang lebih 10 km serta jarak dari Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kurang lebih 18 km. Letak astronomis berada di 07º 57’ Lintang selatan dan 110º 20’ Bujur
Geografi
- Batas Geografis Kecamatan Pundong
- Sebelah Utara : Jalan Parangtritis, dan Kecamatan Jetis
- Sebelah Timur : Kali Opak, dan Kecamatan Imogiri
- Sebelah Selatan : Pegunungan Sewu, Kecamatan Kretek, Kecamatan panggang, dan Kecamatan Purwosari
- Sebelah Barat : Kali Winongo Kecil, Jalan Parangtritis, dan Kecamatan Bambanglipuro
- Ibukota Kecamatan Pundong
Ibukota Kecamatan Pundong berada di Dusun Bodowaluh, Piring, Pundong, Tangkil, Baran, Menang,dan Kembangkerep.Letak kantor kecamatan berada di Dusun Piring, Desa Srihardono.
- Keadaan Medan
Keadaan wilayah Pundong terdiri dari daerah dataran dan pegunungan tidak terdapat pantai, ketinggian 10 mil dari permukaanair laut.
- Keadaan Kawasan
Dibagian utara merupakan daerah datar dengan ketinggian 10 mil dari permukaan laut, daerahnya subur dan sistem pertaniannya tradisional.Disebelah timur merupakan daerah datar yang dilalui sungai opak merupakan daerah kurang subur karena belum terjangkau irigasi teknis, bila musim hujan daerah ini teramcam oleh bahaya banjir sungai opak, mata pencaharian penduduk selain buruh juga penambang pasir dan batu.Dibagian barat daerah datar serta subur dengan pengairan irigasi teknis yang menganut pola tanam padi-padi-palawija. Dibagian selatan daerah pegunungan kapur, tanahnya kurang subur akibatnya dengan ketinggian 20 m dari permukan laut. Dibagian tengah merupakan daerah datar dan subur serta merupakan pusat Pemerintahan Kecamatan Pundong dan Instansi samping serta pasar Pundong.
- Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Kecamatan Pundong ada aliran sungai Opak yang bermuara di pantai Parangtritis yang memelah antara desa Srihardono, Desa Seloharjo, Desa Panjangrejo, sedang di desa Srihardono ada aliran sungai Winongo yang merupakan batas antara kecamatan Pundong dengan Kecamatan Bambanglipuro.
- Jaringan Jalan Raya dan Transportasi
Daerah Kecamatan Pundong dilalui dua jalur jalan raya, yang pertama jalur jalan sebelah timur menghubungkan antara Parangtritis-Yogyakarta melalui Kecamatan Imogiri, jalur ini relatif sepi, yang kedua jalur sebelah barat, jalan yang menghubungkan antara Parangtritis-Yogyakarta, jalan ini cukup baik arus lalu lintas ramai serta rawan Laka Lantas. Jalan antara Sempalan Pundong-Pasar Pundong-gunung puyuh dan Klegen-Pasar Pundong-Canden merupakan jalur vital bagi masyarakat Pundong. Ada satu jalur Bis mini yang melewati Pundong yaitu Jalur Bantul-Bakulan-Canden-Pundong-Gunung Puyuh.
Sejarah
Sejak zaman kolonial, Pundong dijadikan daerah perkembangan dibidang pertanian. Pada akhir abad 18, Belanda membuat pabrik gula yang diberi nama Pabik Gula Pundong. Beberapa fasilitas pendukung dibuat, seperti jalur rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Ngabean dan daerah Pundong, serta terminal, dan stasiun. Dahulu, Pundong merupakan daerah pemberhentian terakhir jalur rel yang ada di kawasan Bantul karang (sekarang Kabupaten Bantul). Rumah Belanda juga banyak di buat pada abad itu seperti di kawasan pinggir pabrik gula (sekarang SMA N 1 Pundong), kawasan perempatan pundong (sekarang KUD Tani Rejo) dan timur Pasar Pundong yang berupa gudang garam (Sekarang menjadi rumah pribadi). Abad 19 pabrik gula milik Belanda bangkrut. Akhirnya seluruh fasilitas tidak digunakan lagi. Pada zaman Jepang Rel kereta banyak yang di pindahkan ke Thailand untuk digunakan sebagai besi penopang jembatan. Akhir abad 19 pundong dilanda banjir besar akibat luapan sungai opak. Akibatnya ribuan rumah terendam banjir dan rusak. Pada Saat itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX merencanakan pembuatan tanggul raksasa di pinggir sungai opak. Sejak tanggul selesai dikerjakan, kawasan pundong terbebas dari banjir. Setelah kemerdekaan Indonesia, Kesultanan Ngayogyokarta melebur dengan NKRI. Hal tersebut membuat kawasan tersebut harus dibagi menjadi kabupaten, kecamatan dan desa. Awalnya Kecamatan Pundong dan kretek menjadi kecamatan baru bernama Kecamatan Kretek, namun pada orde baru, daerah Pundong memisahkan diri dari Kecamatan Kretek dan membentuk Kecamatan Pundong. Pada tahun 2006, tepatnya tanggal 27 Mei 2006. Yogyakarta dan sekitar diguncang gempa berkekuatan 6,2 sekala richter. Salah satu daerah terparah dilanda gempa adalah Pundong. Ribuan nyawa melayang serta hampir seluruh rumah di wilayah ini rusak berat dan rata dengan tanah. Hal ini akibat dari rapuhnya tanah di bawah Pundong serta berdekatan dengan sesar Opak. Rehabilitasi pasca gempa membutuhkan waktu sampai 2 tahun. Tahun 2008, di bekas pabrik gula, didirikanlah Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat. Rumah sakit ini dikhususkan untuk korban gempa.
Daftar Desa
Demografi
- Penduduk
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
- 1994–––––→ 15.426 –––– 16.537 –––– 31.963
- 1995–––––→ 15.509 –––– 16.628 –––– 32.137
- 1996–––––→ 15.552 –––– 16.659 –––– 32.211
- 1997–––––→ 15.597 –––– 16.734 –––– 32.331
- 1998–––––→ 15.640 –––– 16.801 –––– 32.441
- 1999–––––→ 15.702 –––– 16.855 –––– 32.557
- 2000–––––→ 15.789 –––– 16.926 –––– 32.715
- 2001–––––→ 15.849 –––– 16.968 –––– 32.817
- 2002–––––→ 15.867 –––– 17.010 –––– 32.877
- 2003–––––→ 15.942 –––– 17.069 –––– 33.011
- 2004–––––→ 15.978 –––– 17.102 –––– 33.080
- 2005–––––→ 15.982 –––– 17.123 –––– 33.105
- 2006–––––→ 15.775 –––– 16.792 –––– 32.567
- 2007–––––→ 15.740 –––– 16.813 –––– 32.553
- 2008–––––→ 15.780 –––– 16.838 –––– 32.618
Sumber data : Pemerintah Desa
- Pendidikan
Kecamatan Pundong memiliki 23 TK yang semuanya swasta, 20 Sekolah Dasar dengan 10 SD Negeri dan 10 SD Swasta, 1 Sekolah Luar Biasa, SMP N 1 Pundong, SMP N 2 Pundong, MTsN 1 Pundong, SMP Muhammadiyah 1 Pundong, SMA N 1 Pundong dan SMK N 1 Pundong. Banyak warga Pundong yang berkuliah di Perguruan Tinggi di UGM, UNY, UIN, UI, UII, UNS, YKPN, UPN, Sarjanawiyata, UAD dan UMY.
- Pekerjaan
Hampir 50% warga Pundong berprofesi sebagai Petani dan Buruh, 30% lainya sebagai Pedagang dan Pengusaha dan 20% Sebagai PNS,Guru, TNI, Polri, dan Pegawai.
- Agama
Hampir 97,4% Warga pundong beragama Islam. 1,6% beragama Katholik, dan 1% beragama Kristen. Tidak ada yang beragama Hindu ataupun Budha. Di Desa Seloharjo Hampir 100% penduduk Muslim. Di daerah Piring, Kembangkerep, Baran, Jonggrangan dan Pranti merupakan kantong Non Muslim di Desa Srihardono, dan Gedhangan,Soronanggan, Watu, dan Panjang merupakan kantong Non Muslim di Desa Panjangrejo. Di Desa Seloharjo hampir seluruhnya merupakan warga Muhammadiyah. Sedangkan di Srihardono dan Panjangrejo mayorits warga Nahdatul Ulama. Kantong Muhammadiyah Di Srihardono dan Panjangrejo seperti Di Dusun Paten, Gulon,Potrobayan, Jonggrangan, Piring, Ganjuran, Semampir, Nglorong dan Gunung Puyuh. Sedangkan yang mayoritas Kedua-duanya adalah dusun Bodowaluh.
- Pertanian dan Kehutanan
Kecamatan Pundong Merupakan salah satu Lumbung padi di DIY selain Imogiri, Bambanglipuro, Jetis, Seyegan, Kalasan dan Godean. Produksi mencapai 7,2 Ton per panen. Selain itu Jagung dan kacang tanah mencapai setengah ton per panen. Sedangkan Kedelai dan ubi hanya 200 kwintal per panen. Tidak hanya makanan pokok, Pundong juga penghasil Pisang yang cukup besar dengan produksi 1,2 Ton per tahun. Kecamatan Pundong memiliki hutan rakyat seluas 350 hektare yang berada di Desa Seloharjo.
Tempat Pariwisata
- Sental Industri Gerabah Panjangrejo
Kawasan ini berada di timur jalan Parangtritis, tepatnya di Perempatan Paker ke timur. Terdapat banyak home industri yang membuat dan menjual aneka gerabah. Dari pot, piring hias, guci, sovenir pernikahan sampai patung. Banyak dari hasil kerajinan diekspor ke luar negri. Menurut wisatawan, walaupun belum terkenal, gerabah di sini berkualitas sangat baik.
- Air Terjun Sentong
Air terjun ini berada di kaki pegunungan seribu tepatnya di desa Seloharjo. Walaupun tempatnya sulit di jangkau, pemandangan di sini cukup indah. Cocok bagi penggemar wisata jelejah offroad. Ketinggian air terjun ini sekitar 50 meter dengan aliran yang tenang. Pada musim kemarau, air terjun ini kering.
- Bendungan Tegal
Bendungan ini membendung Sungai Opak berada di perbatasan kecamtan Jetis, Pundong, dan Imogiri. Di sini wisatawan bisa memancing, bermain prahu, atau bersantai di warung pinggir bendungan. Pada setiap tahun, diadakan kegiatan Prahu naga atau balap sampang.
- Pasar Pundong
Pasar Pundong terletak di pusat kecamatan. berada di persimpangan simpul utama jalan di Kecamatan Pundong. Pasar ini merupakan pasar tertua dan terbesar di wilayah Bantul Selatan. Pasar ini dibagi menjadi 4 bagian pasar. Di sisi timur, adalah bagian penjual makanan dan sayuran. Di selatan, adalah bagian penjual busana. Di utara, adalah bagian penjahit dan tukang besi. Serta di sisi barat adalah bagian penjual ternak. Di Pasar Pundong, Masih banyak ditemuai pedagang makanan tradisional seperti tiwul, geplak, gaplek, gathot, juwawut ketan, cerhil, onel onel, gethuk, rumput laut, ketak, dan makanan khas pundong seperti Bakmi Pundong dan Abangan. Pembeli tidak hanya berasal dari Kecamatan Pundong, tetapi juga berasal dari kecamatan sekitar dan juga dari wilayah Gunung Kidul.
- Sental Industri Bakmi Pundong (Bakmi Pentil) dan Abangan
Kawasan ini berada di timur pusat Kecamatan Pundong atau Di Desa Srihardono. Tepatnya di dusun Tulung, Santan, Nangsri, Kembangkerep, Seyegan, dan Bodowaluh. Industri ini mengolah singkong menjadi tepung maizena dan selanjutnya di olah menjadi Bakmi dan Abangan.
- Goa Sunan Mas dan Siluman (Goa Jepang)
Goa ini berada di bukit menghadap Pantai Parangtritis di Desa Seloharjo. Goa ini dahulu digunakan untuk persembunyian tentara Jepang. Sekarang goa ini sering digunakan untuk nyepi.
- Gardu Pandang Tempuran Opak-Oyo
Tempat ini berada di pertemuan Sungai Opak dan Sungai Oyo. Berada di perbatasan antara Pundong dengan Imogiri, tepatnya di Desa Seloharjo. Tempat ini terkenal angker. Setiap malam satu Suro sering diadakan upacara mistis.
- Gunung Becari
Gunung ini merupakan bukit dengan batu besar di puncaknya. Konon batu ini berasal dari Gunung Merapi yang dibawa buto (Raksasa). Di tempat ini banyak ditemukan pohon buah. Seperti Duet (Anggur jawa), Jambu monyet, dan Talok (kirsan). Jika kita berada di puncak bukit, kita dapat melihat seluruh Kecamatan Pundong serta daerah lain di Kabupaten Bantul.
- Gunung Puyuh
Gunung ini merupakan bukit kecil yang tidak terlalu tinggi. Konon, dahulu saat banjir besar melanda pundong, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengeluarkan kesaktianya di bukit ini untuk mencegah banjir. Alhasil sampai sekarang Pundong tidak lagi diterjang banjir besar. Sekarang di bukit ini digunakan untuk kandang sapi.
- Sental Industri Kayu Ukir
Di Kecamatan Pundong banyak pengrajin kayu, dari pengrajin kayu untuk bahan bangunan hingga mebel. Di Seloharjo, tepatnya Di depan balai desa, terdapat pengrajin kayu ukir hias yang dibentuk beraneka ragam mebel.
- Tobong Gamping
Berada di desa Panjangrejo, dahulu merupakan tempat membakar dan pengolahan batu gamping. Sekarang bangunan ini sudah tidak berfungsi lagi. Tempat ini dikenal angker dan pernah masuk pada acara "Dunia Lain" Di Televisi.
- Makam Grudo
Makam ini berada di Dusun Grudo, Srihardono. Makam ini dikenal angker dan pernah masuk pada acara "Dunia Lain". Keunikan makam ini adalah adanya pohon Akasia yang tua dan tinggi. Ketinggianya mencapai 50 meter dengan lingkar pohon hampir 4 lingkaran tangan orang dewasa. Diperkirakan usia pohon ini sudah ratusan tahun.
- Makam Buto Cakil
Makam ini berada di tengah persawahan di timur dusun Bodowaluh, Srihardono. Makam ini dikenal angker sehingga banyak warga enggan mesuk ke makam ini. Makam ini cukup indah, dengan pohon cemara tinggi menjulang dan banyak tanaman hias.
- Tanggul Kali Opak Pundong
Tanggul ini dibuat Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menanggulangi banjir. Tanggul ini memanjang dari kawasan Bendungan Tegal hingga Jembatan Kreteg. Lebar tanggul hampir 1,5 meter dengan tinggi 3 meter. Tanggul ini sangat cocok untuk wisata sepeda offroad menyusuri sungai opak.
- Jembatan Getek
Jembatan ini membelah Sungai Opak dengan panjang hampir 150 meter terbuat dari bambu. Sejak 2 Jembatan Beton Pundong Patah akibat banjir lahar dingin Gunung Merapi, Jembatan Getek menjadi urat nadi penghubung perekonomian warga di Desa Seloharjo yang akan menuju Desa Srihardono.
- Pertunjukan Kesenian Jathilan
Di daerah Pundong sering digelar pertunjukan jathilan dan kuda lumping perempuan. Biasanya pengunduh jathilan menyewa dalam satu hari untuk hajatan. Ada banyak sanggar perkumpulan jathilan, antara lain sanggar jathilan Seyegan dan sanggar jathilan anak anak di Bodowaluh.
- Nini Thowong
Nini Thowong merupakan sebuah pertunjukan seni tarian dan nyanyian. “Nini” artinya wanita, “Thowong” artinya kosong. Nini Thowong sendiri adalah nama untuk sebuah boneka yang menjadi alat utama dalam kesenian ini. Boneka Nini Thowong ini nantinya akan bisa bergerak sendiri karena ada ‘roh-roh’ yang masuk ke boneka tersebut. Tidak sembarang tarian dan lagu yang ditampilkan dalam kesenian ini. Lagu yang dinyanyikan dengan diiringi karawitan merupakan lagu khusus yang berjudul Gendhing Nini Thowong. Lagu ini dimaksudkan untuk memanggil ‘roh-roh’ yang akan masuk ke boneka Nini Thowong. Tarian yang ditampilkan pun mempunyai makna sendiri, yaitu mempertahankan martabat dan harkat wanita agar terhindar dari godaan para pria.
- Tarian Angguk
Kesenian Angguk merupakan satu dari sekian banyak jenis kesenian rakyat yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian angguk berbentuk tarian disertai dengan pantun-pantun rakyat yang berisi pelbagai aspek kehidupan manusia, seperti: pergaulan dalam hidup bermasyarakat, budi pekerti, nasihat-nasihat dan pendidikan. Dalam kesenian ini juga dibacakan atau dinyanyikan kalimat-kalimat yang ada dalam kitab Tlodo, yang walaupun bertuliskan huruf Arab, namun dilagukan dengan cengkok tembang Jawa. Nyanyian tersebut dinyanyikan secara bergantian antara penari dan pengiring tetabuhan. Selain itu, terdapat satu hal yang sangat menarik dalam kesenian ini, yaitu adanya pemain yang “ndadi” atau mengalami trance pada saat puncak pementasannya. Sebagian masyarakat Yogyakarta percaya bahwa penari angguk yang dapat “ndadi” ini memiliki “jimat” yang diperoleh dari juru-kunci pesarean Begelen, Purworejo.
Tarian angguk diperkirakan muncul sejak zaman Belanda1, sebagai ungkapan rasa syukur kapada Tuhan setelah panen padi. Untuk merayakannya, para muda-mudi bersukaria dengan bernyanyi, menari sambil mengangguk-anggukkan kepala. Dari sinilah kemudian melahirkan satu kesenian yang disebut sebagai “angguk”. Tari Angguk biasa digelar di pendopo atau di halaman rumah pada malam hari. Para penontonnya tidak dipungut biaya karena pertunjukan kesenian angguk umumnya dibiayai oleh orang yang sedang mempunyai hajat (perkawinan, perayaan 17 Agustus-an dan lain-lain).
Tarian yang disajikan dalam kesenian angguk terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) tari ambyakan, adalah tari angguk yang dimainkan oleh banyak penari. Tarian ambyakan terdiri dari tiga macam yaitu: tari bakti, tari srokal dan tari penutup; dan (2) tari pasangan, adalah tari angguk yang dimainkan secara berpasangan. Tari pasangan ini terdiri dari delapan macam, yaitu: tari mandaroka, tari kamudaan, tari cikalo ado, tari layung-layung, tari intik-intik, tari saya-cari, tari jalan-jalan, dan tari robisari.
Pada mulanya angguk hanya dimainkan oleh kaum laki-laki saja. Namun, dalam perkembangan selanjutnya tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Para pemain angguk ini mengenakan busana yang terdiri dari dua macam, yaitu busana yang dikenakan oleh kelompok penari dan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring. Busana yang dikenakan oleh kelompok penari mirip dengan busana prajurit Kompeni Belanda, yaitu: (1) baju berwarna hitam berlengan panjang yang dibagian dada dan punggunya diberi hiasan lipatan-lipatan kain kecil yang memanjang serta berkelok-kelok; (2) celana sepanjang lutut yang dihiasi pelet vertikal berwarna merah-putih di sisi luarnya; (3) topi berwarna hitam dengan pinggir topi diberi kain berwarna merah-putih dan kuning emas. Bagian depan topi ini memakai “jambul” yang terbuat dari rambut ekor kuda atau bulu-bulu; (3) selendang yang digunakan sebagai penyekat antara baju dan celana; (4) kacamata hitam; (5) kaos kaki selutut berwarna merah atau kuning; dan (6) rompi berwarna-warni. Sedangkan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring adalah: (1) baju biasa; (2) jas; (3) sarung; dan (4) kopiah. Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari Angguk diantaranya adalah: (1) kendang; (2) bedug; (3) tambur; (4) kencreng; (5) rebana 2 buah; (6) terbang besar dan (6) jedor. Di Pundong, Warga Desa Seloharjo sering memainkan tarian ini dan membuat perkumpulan sanggar Angguk.
- Gejlok Lesung
Gejlok Lesung merupakan musik tradisional yang sering dimainkan para petani saat menumbuk padi agar terpisah dari kulitnya. Saat ini hanya di Srihardono dan Panjangrejo yang masih ada perkumpulan ini yakni di dusun nangsri (klisat)
- Bakmi Pundong (Mie Pentil)
Mie ini terbuat dari tepung maizena atau tepung singkong. Berbeda dengan mie pada umumnya, mie ini berukuran telatif besar dan kenyal seperti "pentil" pada ban sepeda. Biasanya mie ini di olah dengan cara digoreng atau di godok. Makan ini khas dari Pundong yang serumpun dengan bakmi jawa. Di Lapangan Srihardono, pernah dipecahkan rekor Muri makan Mie Pundong terbanyak pada acara memperingati 4 tahun gempa Jogja.
- Abangan
Makanan ini benar benar asli dari Pundong dan tidak dapat ditemui di wilayah lain. Makanan bercitarasa pedas gurih ini berasal dari ampas tepung ketela. Biasanya makanan ini dibentuk bulat seperti surabi. Tetapi setelah di olah dengan bumbu serta kol dan wortel, makanan ini akan nampak seperti capcay.