Rakai Garung
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Rakai Garung adalah raja Kerajaan Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya yang berkuasa di Kerajaan Medang antara tahun 828 sampai dengan 847.[1] Dalam Prasasti Mantyasih, nama gelarnya ialah Sri Maharaja Rakai Garung.[2]
Prasasti tertua yang dikeluarkan Rakai Garung ialah Prasasti Pengging (819).[3] Dalam prasasti ini, namanya disebut sebagai Rakaryan i Garung, dan masih belum bergelar Sri Maharaja.[3] Diduga ia adalah pejabat tinggi sebelum naik tahta, serta ada kemungkinan masih berkerabat dengan raja sebelumnya.[4]
Dalam Prasasti Wanua Tengah III (908), ia adalah raja setelah Dyah Gula dan sebelum Rakai Pikatan.[1] Menurut prasasti itu, ia adalah anak dari Sang lumah i Tuk, artinya seseorang (bangsawan/raja) yang dimakamkan di Tuk.[4] Disebutkan bahwa Rakai Garung mengembalikan status sima (desa perdikan) Wanua Tengah yang pernah dicabut oleh raja sebelumnya.[4]
Hubungan dengan Pu Palar
De Casparis menyamakan Rakai Garung dengan tokoh Dang Karayan Partapan Pu Palar yang tertulis di Prasasti Gandasuli (832)[5] Di prasasti itu, Dang Karayan lah yang mengadakan upacara sima.[5] Nama yang mirip, Rakaryan Patapan Pu Palar, ditemukan dalam Prasasti Karangtengah (824), bersamaan dengan Pramodawardhani dan Samaratungga[6]. Putri Pramodhawardhani dianggap de Casparis sama dengan Sri Kaluhunnan.[6] Oleh karena itu, ia menganggap bahwa Pramodawardhani adalah menantu Rakai Garung yang menikah dengan Rakai Pikatan.[6]
Slamet Muljana menyamakan Rakai Garung dengan Samaratungga, dan bukannya dengan Dang Karayan Partapan Pu Palar.[3] Hal tersebut karena Dang Karayân cuma memiliki gelar haji (raja kecil), bukan maharaja.[3]
Referensi
- ^ a b Dwiyanto, Djoko. 1986. Pengamatan terhadap Data Kesejarahan dari Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Dalam PIA IV (IIa). Jakarta: Pulit Arkenas, h. 92-110.
- ^ Mustopo, M. Habib (2005). Sejarah: Untuk kelas 2 SMA. Yudhistira. ISBN 978-979-676-707-6.
- ^ a b c d Muljana, Prof Dr Slamet (2006-01-01). Sriwijaya. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-8451-62-1.
- ^ a b c Arif, H. A. Kholiq (2010-01-01). MATA AIR PERADABAN ; Dua Milenium Wonosobo. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-25-5331-4.
- ^ a b R. Soekmono. The Javanese Candi: Function and Meaning. EJ Bril. 1995
- ^ a b c Iongh, R. C. de (1977). Handbook of Oriental Studies (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-04918-5.
Didahului oleh: Dyah Gula |
Raja Mataram
(Wangsa Sanjaya) |
Diteruskan oleh: Rakai Pikatan |