Lompat ke isi

Songket Pandai Sikek

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 September 2020 07.21 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (menambah teks dan referensi)

Songket Pandai Sikek adalah kain songket khas Pandai Sikek, Sumatera Barat. Bahan pembuatannya adalah benang berwarna emas dan perak.[1] Songket Pandai Sikek memiliki tiga motif wajib yaitu motif pohon pinang, motif biji bayam, dan motif jalinan lidi.[2] Kainnya terbagi menjadi dua yaitu kain dengan motif yang jelas dan kain dengan warna dasar yang jelas. Warna dasar kainnya adalah hitam, merah, dan kuning. Ketiganya melambangkan kaum adat, cendekiawan, dan ulama.[3] Keahlian menenun Songket Pandai Sikek diwariskan secara turun-temurun.[4] Songket Pandai Sikek digunakan sebagai cendera mata dan pakaian pengantin pada upacara pernikahan adat Minangkabau.[5]

Pewarisan

Pewarisan pengetahuan mengenai pembuatan Songket Pandai Sikek hanya dilakukan kepada anak perempuan.[6] Pembelajaran cara menenun mulai dilakukan ketika anak perempuan berusia delapan tahun dan berakhir setelah ia berusia dua belas tahun.[7] Cara pembuatan Songket Pandai Sikek diwariskan secara turun temurun kepada masyarakat Pandai Sikek. Pewarisan keterampilan menenun ditugaskan kepada setiap anggota keluarga, kerabat, maupun masyarakat Pandai Sikek. Ahli waris yang diutamakan ialah penduduk asli Pandai Sikek. Para pendatang yang telah lama menetap juga dapat mewarisi keterampilan ini jika telah memperoleh pengakuan dari masyarakat. Selain itu, pendatang yang menikah dengan warga asli juga dapat menjadi ahli waris.[4]

Ahli waris yang akan memperoleh pengetahuan tentang keterampilan menenun harus menyiapkan mahar berupa beras satu gantang, uang, sirih, pinang, rangkaian bunga, dan sebatang rokok. Beras melambangkan bahwa menenun merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan untuk memperoleh kebutuhan hidup. Sirih melambangkan sikap ramah tamah dan permohonan persetujuan kepada tuan rumah untuk memulai sesuatu. Sedangkan uang melambangkan bahwa suatu pekerjaan akan memperoleh hasil sesuai dengan yang dikerjakannya.[8]

Pewarisan pengetahuan tentang cara menenun Songket Pandai Sikek ditentukan oleh kedekatan antara pemberi warisan dan ahli waris. Jika keduanya tinggal dalam satu rumah, maka pewarisan akan dilakukan secara menyeluruh. Sedangkan jika keduanya tidak memiliki hubungan keluarga ataupu tinggal serumah, maka yang diwariskan hanyalah tentang pembuatan motif.[9]

Motif

Songket Pandai Sikek memiliki tiga jenis motif wajib dalam keperluan adat maupun penggunaan sehari-hari. Ketiganya yaitu motif pohon pinang, motif biji bayam, dan motif jalinan lidi. Motif-motif ini menjadi ciri khas yang membedakan Songket Pandai Sikek dengan Songket dari daerah lain di Minangkabau.[2] Songket Pandai Sikek terbagi menjadi dua jenis kain. Pertama, kain yang dipenuhi oleh motif sehingga warna dasarnya tidak terlihat dengan jelas. Kain ini menggunakan benang berwarna emas. Kedua, kain yang motifnya hanya pada bagian tertentu, sehingga warna dasarnya terlihat jelas. Motifnya menyerupai gambaran bintang di langit. Pada acara adat, Songket Pandai Sikek yang digunakan harus berwarna dasar merah dan hitam dengan motif berwarna kuning keemasan. Warna dasar merah untuk pengantin perempuan, sedangkan warna dasar hitam untuk pengantin laki-laki. Warna kuning melambang keagungan, ketenaran, tutur kata yang benar dan menempuh jalan yang benar. Warna merah melambangkan keberanian dan kesanggupan menghadapi cobaan hidup. Sedangkan warna hitam melambangkan keabadian. Perpaduan ketiga warna ini juga melambangkan tiga penguasa dalam masyarakat Minangkabau yaitu kaum adat (hitam), cendekiawan (merah), dan ulama (kuning).[3]

Perlengkapan

Songket Pandai Sikek dibuat dengan bahan dasar berupa benang lungsin. Bahan pembuat hiasannya adalah benang emas atau benang perak.[10] Perlengkapan yang digunakan untuk membuatnya yaitu:[11]

Peralatan Pembuatan Songket Pandai Sikek
Nama alat Jenis Peralatan Kegunaan
Panta Peralatan pokok Tempat duduk penenun
Paso Peralatan pokok Penggulung kain
Suri Peralatan pokok Kawat perentang benang
Karok Peralatan pokok Benang nilon perentang benang
Penggulung benang Peralatan pokok Penggulung benang yang terentang
Arang babi Peralatan pokok Penyangga penggulung benang
Kaminggang Peralatan pokok penyangga panta
Tijak-tijak Peralatan pokok Perapat benang
Atua kawa Peralatan pokok Tempat masuknya karok
Kudo-kudo Peralatan pokok Pengikat karok
Tandayan Peralatan pokok Tali karok
Langan-langan Peralatan pokok Penggantung tandayan
Pakan Peralatan pokok Benang dasar kain Songket
Palapah Peralatan pokok Bilah bambu penyangga kain
Pancukia Peralatan pokok Membentuk motif
Sangka Peralatan pokok Penyangga kain
Lidi Peralatan pokok Membentuk motif
Turak Peralatan pokok Pemindah benang
Kasali Peralatan pokok Penggulung benang
Tungau Peralatan pokok Pemindah benang
Kincia Peralatan tambahan Penggulung benang
Ulang-aliang Peralatan tambahan Perentang benang
Palapah bayam Peralatan tambahan Pelurus benang kusut
Daluang Peralatan tambahan penyimpan lidi

Penggunaan

Songket Pandai Sikek digunakan sebagai cendera mata pada upacara pernikahan adat Minangkabau. Kedua mempelai harus menggunakannya selama acara pernikahan. Selain itu, para pengiring pengantin juga harus mengenakan Songket Pandai Sikek.[5]

Referensi

  1. ^ Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya (2018). Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 Buku Dua (PDF). Jakarta: Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 271. 
  2. ^ a b Yandri 2014, hlm. 30.
  3. ^ a b Yandri 2014, hlm. 31.
  4. ^ a b Christyawaty 2011, hlm. 221.
  5. ^ a b Yandri 2014, hlm. 33.
  6. ^ Erza, Yusup, dan Erwina 2017, hlm. 142.
  7. ^ Christyawaty 2011, hlm. 220.
  8. ^ Christyawaty 2011, hlm. 222.
  9. ^ Erza, Yusup, dan Erwina 2017, hlm. 146–147.
  10. ^ Devi 2015, hlm. 23.
  11. ^ Devi 2015, hlm. 23–24.

Daftar pustaka