Tombatu, Minahasa Tenggara
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Tombatu | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Utara | ||||
Kabupaten | Minahasa Tenggara | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | - | ||||
Populasi | |||||
• Total | - jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 71.07.05 | ||||
Kode BPS | 7109050 | ||||
Luas | - km² | ||||
Kepadatan | - jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | - | ||||
|
Tombatu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, Indonesia. Kecamatan Tombatu terdiri dari desa Molompar Satu, Molompar dua, Tomabtu 1, Tombatu 2 Tombatu 3, Betelen, Mundung, Mundung 1, Esandom, Winorangian, Tonsawang (Nevy Kawulusan) Letak Tombatu berada di Selatan Gunung Soputan, sekitar 15 km dari ibukota kabupaten: Ratahan. Nama tua Tombatu adalah Toundanow. Artinya: daerah yang banyak air. Terdapat beberapa danau dan yang terbesar adalah Danau Bulilin.
Tanah Tombatu rata-rata subur karena daerah pegunungan. Suhu sekitar 25-30 derajat celsius. Ekonomi penduduk terfokus ke pertanian berupa Kopra, Cengkeh, Vanili dan rempah-rempah. Agama mayoristas Kristen Protestan. Suku mayoritas: Minahasa dengan sub etnis Tounsawang dan Pasan . Tingkat kesejahteraan cukup bagus dibandingkan dengan kecamatan di Indonesia. Ditandai dengan tingkat melek huruf yang tinggi dan kecilnya angka kemiskinan. Tombatu juga mempunyai tradisi gotong royong yang disebut "Mapalus". Anggota mapalus dalam jumlah puluhan disebut "Kelup". Kelompok kelup tersebut biasanya membangunkan anggota mereka pada jam 03.00 subuh dengan terompet. Suara terompet tersebut akan membangunkan masyarakat seluruh kampung. Anggota "Mapalus" segera bangun, mempersiapkan diri untuk berangkat ke kebun. Dalam perjalanan ke kebun, mereka berjalan berjejer seperti "kaki seribu" yang diiringi dengan berbagai alat musik, seperti tambur, gendang, dll, yang dipukul secara berirama oleh 4-5 orang, sampai ke tempat tujuan. Mereka bekerja selama 8 jam sehari. Petang hari mereka akan pulang berjalan kaki dengan cara yang sama dan mendekati kampung, biasanya banyak anak-anak yang berdiri di pinggir jalan melihat kedatangan grup mapalus, karena wakti mereka berangkat pagi-pagi, anak-anak itu belum bangun.