Lompat ke isi

Zakaria bin Muhammad Amin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

H. Zakaria bin Muhammad Amin (bahasa Arab: زكريا بن محمد أمين 2 Maret 1913 – 1 Januari 2006)[1] adalah seorang ulama, politikus, dan dai berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan tokoh masyarakat di Kabupaten Bengkalis, serta merupakan orang pertama yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan Bidang Agama Islam di Kota Bengkalis[1].

Zakaria bin Muhammad Amin
LahirZakaria
(1913-03-02)2 Maret 1913
Bangkinang, Hindia Belanda
Meninggal1 Januari 2006(2006-01-01) (umur 92)
Bengkalis, Riau, Indonesia
Sebab meninggalDiabetes melitus
KebangsaanIndonesia
Pekerjaan
  • Ulama
  • politikus
  • guru
Suami/istri
Mariah Ahmad
(m. 1933; meninggal 1955)

Siti Zainab
(m. 1956⁠–⁠2006)
Anak
Dari Mariah Ahmad
    • Nashruddin Zakaria
    • Aminah Zakaria
    • Zaharah Zakaria
    • Ulfah Zakaria
    • Azra'ie Zakaria
    • Hanim Zakaria
    • Syakrani Zakaria
Dari Siti Zainab
    • Zulkarnain Zakaria
    • Nukman Zakaria
    • Rinie Yuslina Fairuz Zakaria
    • Gamal Abdul Nasir Zakaria
    • Rita Puspa Zakaria
    • Nida Suryani Zakaria
    • Sri Purnama Zakaria

Biografi

Zakaria dilahirkan di pada tanggal 2 Maret 1913, di Bangkinang, Hindia Belanda, sebagai putra sulung dari tiga bersaudara pasangan Muhammad Amin dan Taraima.[1] Ayahnya, Muhammad Amin, merupakan seorang pedagang kain yang berasal dari sebuah desa bernama Kuok. sedangkan ibunya, Taraima, merupakan seorang penjahit.[1]

Zakaria memiliki dua orang saudara kandung yang bernama Hasyim bin Muhammad Amin, dan Ahmad bin Muhammad Amin. Ia juga memiliki 3 orang saudara satu ayah yang bernama Ahmad Sanusi bin Muhammad Amin, Siti Mariam binti Muhammad Amin, dan Syarafiah Norwawi binti Muhammad Amin (?–2003).[1] Zakaria menghabiskan masa kecilnya dengan bermain dan menggembalakan kerbau ternak milik keluarganya di pematang sawah, ia juga dituntut untuk selalu disiplin oleh kedua orangtuanya, yang dimana pada pukul 4 pagi, dirinya sudah harus bangun dan mempersiapkan diri, kemudian sholat subuh berjamaah dan belajar ilmu dibidang keagamaan hingga siang hari.[1]

Zakaria bersekolah di Tweede Inlandsche School milik pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920, namun ia hanya bisa bersekolah hingga kelas tiga saja, dikarenakan krisis ekonomi yang dialami keluarganya saat itu, dan juga dirinya yang kurang berminat dalam mempelajari ilmu dibidang non keagamaan.[1] Pada tahun 1923, Zakaria berangkat ke Mekkah bersama paman dan bibinya yang merupakan adik dari ibunya, dalam rangka untuk melaksanakan Ibadah Haji sekaligus membawa Zakaria untuk belajar ilmu keagamaan di Mekkah.[1]

Setelah 4 bulan perjalanan menggunakan kapal KLM milik pemerintah Hiiada Belanda, akhirnya Zakaria beserta paman dan bibinya sampai di Mekkah[1]. Lalu kemudian mereka berkenalan dengan para jamaah haji lainnya yang berasal dariberbagai negaraa, serta juga mengirimkan Zakaria untuk belajar ilmu agama kepada para Syekh yang terkenal disana, seperti Ali Al-Maliki, Syekh Umar Al Turki, Umar Hamdan, Ahmad Fathoni, dan Syekh Muhammad Amin Quthbi. Dari Syekh Muhammad Amin Quthbi inilah Zakaria bisa menjadi salah satu murid dari Muhammad Saleh Al-Minankabawi[1].

Bersama dengan para jemaah lainnya, Zakaria kemudian membentuk sebuah komunitas studi di bidang agama islam yang dikenal dengan sebutan Halaqoh, dalam Halaqoh inilah Zakaria mempelajari ilmu di bidang keagamaan Islam diantaranya ilmu Al-Qur'an, ilmu Tafsir, ilmu Hadits beserta mustholahnya, ilmu Tauhid, Balaghah, dan ilmu tentang syair Arab yaitu Qonafi[1].

Kemudian setelah melaksanakan ibadah haji di Mekah, Zakaria bersama paman dan bibinya kemudian pindah ke daerah Temerloh, Pahang. disana ia melanjutkan pendidikan dibidang agama Islamnya dengan menjadi murid dari Muhammad Saleh Al-Minankabawi.[1] Sanad keilmuan Zakaria menyambung kepada syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang merupakan seorang penganut mazhab Syafi'i di Masjidil Haram[1], dan juga merupakan guru dari para pemimpin reformis Islam Indonesia seperti Muhammad Hasyim Asy'ari yang merupakan pendiri dari Nahdlatul Ulama, dan KH Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri dari Muhammadiyah[1]. Zakaria juga berhasil mempelajari Matan Jurumiyah secara lengkap selama menempuh masa pendidikannya tersebut.

Setelah kematian gurunya yaitu Muhammad Saleh Al-Minankabawi pada tahun 1933, Zakaria kemudian pindah ke daerah Kuala Lipis selama sembilan bulan. Setelah daerah tersebut mengalami bencana banjir, dirinya bersama beberapa orang temannya kemudian memutuskan untuk pindah ke daerah Kota Bengkalis[1].

Setelah sampai di Bengkalis, dirinya bersama dengan para temannya tersebut melanjutkan pendidikan keagamaan mereka di Masjid Raya Parit Bangkung, yang dipimpin Tuan Guru Haji Ahmad (1884–1949), lalu kemudian Zakaria bersama empat orang temannya yakni Muhammad Toha, Muhammad Ismail, dan Muhammad Sidik dipilih untuk menjadi pengajar di Masjid tersebut[1].

Setelah menikah dengan Mariah Ahmad yang merupakan putri dari Tuan Guru Haji Ahmad, Zakaria melakukan perjalanan ke wilayah Bagan Datuk Perak guna memperdalami ilmu keagamaan dan mengajar di daerah tersebut hingga tahun 1937[1].

Kehidupan pribadi

Zakaria menikah pertama kali pada tahun 1933 dengan seorang wanita bernama Mariah Ahmad (1 Februari 1900 – 25 Desember 1955), yang merupakan putri sulung dari gurunya yaitu Tuan Guru Haji Ahmad (1885–1949) dan Rohimah. Pernikahan mereka berakhir dengan kematian Mariah pada tanggal 25 Desember 1955. Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai 7 orang anak yaitu:

  • Nashruddin Zakaria (10 April 1934 – 1 Januari 1999), yang menikah dengan Nursiah (31 Desember 1942 – 27 Juli 2020), dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Syamsidar (1962 – 16 Agustus 2021)[1]
  2. Yusraini (lahir 1968)[1]
  3. Hendrizon (lahir 17 Juli 1979)[1]
  • Aminah Zakaria (17 September 1938 –15 Juli 2011), yang menikah dengan Rustam (?–1993), dan memiliki dua orang anak yaitu:
  1. Aprizami (1969–1988)[1]
  2. Rudi Haryanto (6 Oktober 1972 – 14 April 2016)[1]
  • Zaharah Zakaria (1942–2007), yang menikah dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Sri Mei Linda Andika (lahir 6 Mei 1967)[1]
  2. Sri Afrianti (lahir 23 April 1969)[1]
  3. Wiwik Siti Aisyah (lahir 23 Agustus 1974)[1]
  • Ulfah Zakaria (lahir 14 April 1943), yang menikah dengan Diponegoro Dilapanga (?– 26 September 2011) dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Sutianingsih (lahir 1973)[1]
  2. Siti "Ria" Mariam (lahir 27 Januari 1982)[1]
  3. Yusuf Aqil[1]
  • Azraie Zakaria (31 Juli 1947 – 18 Juli 2019), yang menikah dengan Athiah Muhayat (lahir 4 April 1959) pada tanggal 1 Desember 1983, dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Maya Fadlilah Azra'ie (lahir 3 Mei 1986)[1]
  2. Ilham Zurriyati Azra'ie[1]
  3. Adri Imaduddin (lahir 4 November 1990)[1]
  • Hanim Zakaria (lahir 11 September 1950), yang menikah dengan Mochtar dan memiliki dua orang anak yaitu:
  1. Tirta Mahdalena Mochtar (lahir 26 Maret 1985)[1]
  2. Desy Ananda (lahir 2 Desember 1986)[1]
  • Syakrani Zakaria (lahir 23 November 1952), yang menikah dengan Rosnetti (lahir 28 September 1959) dan memiliki empat orang anak yaitu:
  1. Yudhi Andross (lahir 19 Maret 1983)[1]
  2. Elfikrie Andross (lahir 27 April 1986)[1]
  3. Trio Andross (lahir Agustus 1989)[1]
  4. Putri Rossya Ardelia Hasanah (lahir 9 Desember 1999)[1]


Zakaria kembali menikah untuk yang kedua kalinya pada tahun 1956 dengan seorang guru masak sekolah kepiawaian putri di Sumatra Barat yang pernah menjadi penari "Tari Remadja" dalam film Asrama Dara (1958), yakni Siti Zainab (1935–2014) yang merupakan putri sulung dari pasangan Kimpal (1911 – 2 September 1994) dan Siti Khadijah[2]. Pernikahan mereka berakhir dengan kematian Zakaria pada tanggal 1 Januari 2006. Dari pernikahan keduanya ini mereka dikaruniai sepuluh orang anak yaitu:

  • Zulkarnain Zakaria (lahir 17 Agustus 1957), yang menikah dengan Mistiatiningsih (lahir 8 September 1965), dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Muthia Vaora (lahir 1991)[1]
  2. Muhammad Zaqi (lahir 1995)[1]
  3. Agil Nabila (lahir 21 September 2002)[1]
  • Nukman Zakaria (lahir 1960), yang menikah dengan Yuslina (1965–2021), dan memiliki seorang putri yaitu:
  1. Nurul Fitri Hidayah (lahir 1991)[1]
  • Anton Budi Hartono Nasution (lahir 22 Agustus 1961), yang menikah dengan Rinie Yuslina Fairuz Zakaria (25 Juli 1964 – 14 Maret 2021), pada tanggal 25 Juni 1990 dan memiliki lima orang anak yaitu:
  1. Latief Agam Hartono (27 September 1997 – 1 November 1998)
  2. Lizzy Paoly Hartono (lahir 27 September 1997)
  3. Melissa Alisya Hartono (lahir 24 Februari 2002)
  4. Susi Kartika Hartono (lahir 18 Juli 2006)
  5. Linda Claudia Hartono (lahir 6 Maret 2012)
  • Gamal Abdul Nasir Zakaria (lahir 22 Juni 1965), yang menikah dengan Salwa Mahalle (lahir 12 Mei 1971) pada tahun 2000 dan memiliki empat orang anak yaitu:
  1. Wafa Imani (lahir 15 November 2005)[1]
  2. Fawwaz Khalili (lahir 23 Juli 2007)[1]
  3. Aisyah Syamila (lahir 1 Agustus 2008)[1]
  4. Umar Khalili (lahir 11 Januari 2013)[1]
  • Rita Puspa Zakaria (lahir 20 November 1967), yang menikah dengan Muhammad Yahman (lahir 23 Februari 1968), pada tanggal 28 Januari 2003 dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Erin Kartika Puspa (lahir 16 November 2003)[1]
  2. Asyrof Al-Ghifari (lahir 5 Januari 2005)[1]
  3. Assyifa Kaila Saidah (lahir 16 April 2008)[1]
  • Nida Suryani Zakaria (lahir 15 April 1971), yang menikah dengan Eddy Ed (lahir 23 November 1968), pada tanggal 14 Desember 2016[1]
  • Sri Purnama Zakaria (lahir 21 Oktober 1973), yang menikah dengan Amrizal (lahir 11 Agustus 1973), pada tahun 2008 dan memiliki dua orang anak yaitu:
  1. Amira Insyirah (lahir 21 Desember 2009)[1]
  2. Ammar Baihaqi (lahir 6 Maret 2012)[1]

Extra

Rinie Yuslina Fairuz Zakaria lahir di RSUD Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, 25 Juli 1964, dan meninggal di Prince Court Medical Centre, 39 Jalan Kia Peng, Kuala Lumpur, Malaysia pada 14 Maret 2021.

Asyrof Al-Ghifari lahir di RSUD Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, 5 Januari 2005.

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay Fariq, Wan M (2020-10-15). PROFIL ULAMA KARISMATIK DI KABUPATEN BENGKALIS: MENELADANI SOSOK DAN PERJUANGAN. Bengkalis: DOTPLUS Publisher. ISBN 9786239465933. 
  2. ^ Varia. Perseroan Komanditer Varia, Djakarta. 1959-10-21.