Lompat ke isi

Patrick Vieira

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Patrick Vieira
Informasi pribadi
Nama lengkap Patrick Vieira
Tanggal lahir 23 Juni 1976 (umur 48)
Tempat lahir Dakar, Senegal
Tinggi 192 cm (6 ft 3+12 in)[1]
Posisi bermain Gelandang
Informasi klub
Klub saat ini Crystal Palace (Manager)
Karier junior
1984–1986 FC Trappes
1986–1991 FC Drouais
1991–1993 Tours
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
1993–1995 Cannes 49 (2)
1995–1996 Milan 2 (0)
1996–2005 Arsenal 279 (29)
2005–2006 Juventus 31 (5)
2006–2010 Internazionale 67 (6)
2010–2011 Manchester City 28 (3)
Total 486 (50)
Tim nasional
1995–1996 Prancis U-21 7 (0)
1997–2009 Prancis 107 (6)
Kepelatihan
2016–2018 New York City FC
2018–2020 Nice
2021– Crystal Palace
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik

Patrick Vieira (lahir 23 Juni 1976)[2] adalah mantan pemain sepak bola Prancis keturunan Senegal yang saat ini melatih klub Premier League Crystal Palace F.C.

Biografi

Tak Lupa Akar Afrika

Seperti beberapa anggota skuat Les Bleus masa kini, Patrick Vieira juga tidak lahir di daratan Eropa. Ia lahir di Dakar, Senegal, dan bersama abangnya mesti menemani sang ibu, Emilienne, menyeberang ke Prancis di usia delapan tahun.

Tak jelas di mana sang ayah berada ketika itu. Vieira sendiri mengaku tak pernah mengenal papanya. "Ini bagian dalam hidupku yang enggan aku bahas," katanya dalam sebuah wawancara di harian The Guardian.

Keluarga imigran ini lantas menempati rumah susun di Trappes, di pinggir kota Paris, dekat Versailles. Pada masa-masa itu, kondisi di sekitar kediaman Vieira masih cukup damai. Tak seperti saat ini di mana sering terjadi kekerasan, khususnya yang berbau Sara.

Di sinilah dia mulai mengembangkan bakatnya di sepak bola. Dua musim bersama Cannes (1993-1995), Vieira dilirik AC Milan. Sayang, ia tak berkembang bersama klub raksasa Italia itu dan hanya tampil dalam dua gim pada musim 1995/96.

Namanya mulai melambung sejak direkrut Arsene Wenger pada awal musim 1996/1997. Dunia pun pada akhirnya menjadi saksi terjadinya metamorfosis seorang imigran Afrika.

Dari seorang bocah pendiam yang dibesarkan oleh orang tua tunggal, Vieira menjelma menjadi salah satu gelandang terbaik dunia serta bergelimang gelar bersama Arsenal dan timnas Prancis. Sejak tahun 2000, klub-klub kaya seperti Real Madrid, Juventus, Manchester United mencoba menggaetnya.

Meski kadar kebintangannya semakin tinggi, Vieira tak pernah melupakan akarnya. Bersama mantan pemain Prancis seperti penjaga gawang Bernard Lama dan Jimmy Adjovi Boco mereka berinisiatif mendirikan Diambars Institute (‘Diambars’ dalam dialek Wolof, Senegal, berarti ‘pejuang’), yakni semacam akademi sepak bola modern yang tak hanya melatih anak-anak Afrika menjadi atlet sepak bola, tetapi juga menyediakan kegiatan belajar-mengajar formal di dalam kelas.

Tanggal 24 Mei 2003, Vieira kembali ke negeri leluhurnya untuk pertama kali setelah 18 tahun dalam acara peletakan batu pertama institut tersebut di Saly, Senegal.

Ia berkata:

Identitas Afrikaku terasa makin penting.

Saat meninggalkan Senegal pertama kali agak sukar untuk membiasakan diri dengan Paris. Masih untung bahasanya sama.

“Anda terpaksa meninggalkan semua keluarga, teman, semua yang biasa Anda ketahui, budaya Afrika, dan seluruh jalan hidup Anda. Anda tak tahu hendak ke mana. Tapi, itu membuat kita belajar tentang diri sendiri. Anda belajar untuk menjadi kuat,” kenangnya.

“Penting bagiku untuk kembali berhubungan dengan Senegal, balik ke sana dan memulai sebuah proyek. Ini proyek yang kuimpikan sejak lama. Aku ingin mendarmabaktikan sesuatu buat negeri ini dan menggunakan sepak bola--semua orang suka sepak bola di sana--sebagai cara untuk memberi pendidikan kepada anak-anak. Mereka harus belajar bahwa hanya kerja keras yang dapat menuntun kepada kesuksesan.”, begitu katanya.

Menurut Vieira, pada awalnya ada siswa Diambars yang bahkan tak bisa baca-tulis. “Namun, sekarang sudah ada kemajuan. Mereka dapat membaca buku dan menulis berbagai kisah, sesudah itu berlatih sepak bola,” lanjutnya.

Ia berujar “Kami selalu bilang sangat sulit menjadi pemain sepak bola profesional. Mungkin hanya satu atau dua anak yang benar-benar akan sukses. Di sini pendidikan jadi penting. Kami membayari mereka untuk melanjutkan kuliah di universitas di Eropa. Sesudah itu mereka bisa balik ke Senegal, menjalankan bisnis dan menyongsong masa depan yang lebih cerah,” begitu cetusnya.

Pensiun

Dia mengumumkan pensiun dari sepak bola profesional pada tanggal 14 Juli 2011.[3][4]

Trivia

  • Di AC Milan, ia cuma tampil dalam dua partai sepanjang musim. Namun, begitu diboyong ke Highbury dengan nilai transfer empat juta poundsterling pada 1996, Vieira langsung jadi idola. Di musim berikut ia mengantar The Gunners menjuarai dua gelar: juara liga dan juara Piala FA.
  • Ia bagian dari persyaratan yang diajukan manajer Arsene Wenger. Sebelum resmi menukangi Arsenal, Wenger meminta Vieira diboyong terlebih dulu. Vieira kemudian teken kontrak pada Agustus 1996, sedangkan Wenger sebulan sesudahnya.
  • Termasuk pemain yang paling sering kena kartu dan bahkan pernah diusir dua kali berturut-turut dalam dua partai pembuka musim 2000-01.
  • Kedisiplinannya membaik setelah menggantikan Tony Adams, yang pensiun, sebagai kapten baru pada musim 2002-03. Sayang, pada musim itu ia terkena cedera dan Arsenal pun kehilangan gelar juara. Ia juga absen di final Piala FA kala The Gunners menekuk Southampton 1-0.
  • Di level klub, momen paling gemilang adalah ketika ia selaku kapten Arsenal mengangkat trofi juara di musim 2003/04 dengan rekor tak terkalahkan.
  • Ada dua anggota skuat Prancis pemegang gelar juara dunia 1998 yang berzodiak Cancer dan kebetulan sama-sama pernah menyandang ban kapten: Zinedine Zidane dan Patrick Vieira. Uniknya keduanya memiliki tanggal lahir sama, yakni 23 Juni. Bedanya, Zidane lahir pada tahun 1972 dan berusia empat tahun lebih tua. Oh ya, pendahulu mereka, Jean Tigana, anggota “kuartet ajaib” Les Bleus yang menjuarai Piala Eropa 1984 juga lahir pada 23 Juni 1955.
  • Bukunya, Vieira: My Autobiography, dianggap kurang menceritakan hal-hal pribadi dan terlalu fokus kepada perjalanan kariernya di Arsenal dan timnas. Ada beberapa pernyataan unik dan kontroversial dalam buku terbitan Orion tersebut, termasuk kecamannya kepada Ruud van Nistelrooy dan kekagumannya kepada Manchester United, yang dianggap sebagai klub terbaik Inggris.

Prestasi

Klub

AC Milan

Arsenal

Juventus
Internazionale
Manchester City

Negara

Prancis

Individual

Kontroversi

Pada Tanggal 22 Agustus 1999, Pada Saat Lanjutan Liga Inggris Antara Arsenal melawan Manchester United, Terjadi perkelahian antara Patrick Vieira dan Pemain Manchester United, Roy Keane.

Pada Tanggal 3 Oktober 1999, Pada Saat Lanjutan Liga Inggris antara Arsenal melawan West Ham, Terjadi aksi ludah-meludah antara Patrick Vieira dan Pemain West Ham United, Neil Ruddock. Namun, Arsene Wenger memperingatkan Kepada Vieira agar Tidak Tampil lagi di Arsenal.

Referensi

  1. ^ "General info". Goal.com. 
  2. ^ players Diarsipkan 2010-03-14 di Wayback Machine., soccerbase.com. Retrieved 29 Mei 2007.
  3. ^ "gelandang Patrick Vieira retires from football aged 35". BBC Sport. 14 July 2011. Diakses tanggal 14 July 2011. 
  4. ^ "Patrick Vieira retires to take up off-pitch role with Manchester City". The Guardian. 14 August 2009. Diakses tanggal 14 July 2011. 

Pranala luar

Jabatan olahraga
Didahului oleh:
Tony Adams
Kapten Arsenal F.C.
2002–2005
Diteruskan oleh:
Thierry Henry
Didahului oleh:
Marcel Desailly
Kapten Prancis
2004–2005
Diteruskan oleh:
Zinedine Zidane
Didahului oleh:
Zinedine Zidane
Kapten Prancis
2006–2008
Diteruskan oleh:
Thierry Henry