Lompat ke isi

Mempawah Hilir, Mempawah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mempawah Hilir
Masjid Agung Al-Falah Mempawah
Masjid Agung Al-Falah Mempawah
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Barat
KabupatenMempawah
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total304,493 (2.014) jiwa
Kode Kemendagri61.02.01 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS6104100 Edit nilai pada Wikidata
Luas159,66 km²
Desa/kelurahan8


Mempawah Hilir adalah sebuah kecamatan dan juga merupakan ibukota Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Indonesia yang memiliki julukan kota Bestari atau Bumi Galaherang. Kota ini terletak di jalur perdagangan antara Pontianak, Singkawang, dan Sambas. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan 3 kelurahan. Sungai Mempawah yang mengalir di kecamatan ini menjadi batas antara kecamatan Mempawah Hilir dan kecamatan Mempawah Timur.

Asal Nama

Mempawah berasal dari kata ‘Buah Asam Paoh’, sementara sumber lain dari Mempawah Hilir menyebutkan bahwa Mempawah berasal dari kata ‘Mempelam Paoh’. Baik pohon maupun buah mempelam paoh ini dulunya banyak di temukan di sekitar kota Mempawah, tepatnya di sela-sela pohon nipah, di daratan yang tidak jauh dari laut. Pendapat berbeda juga dikemukakan oleh sejumlah sumber lain, dimana mereka menyebutkan Mempawah berasal dari bahasa Cina, yakni ‘Nam Pa Wa’, yang berarti ‘Arah Selatan’. Pendapat ini terbilang cukup mendasar karena berdasarkan catatan sejarah yang ada orang-orang Cina dulu pernah datang ke daerah pesisir pantai Kalimantan Barat, sekitar pertengahan abad ke 16 (ketika itu Kerajaan Bangkule masih berdiri) sampai abad ke 18 (saat Belanda menduduki tanah air). Karena dialeg orang-orang Cina, kata Nam Pa Wa dilafaskan menjadi kata Mempawah. Catatan sejarah yang lain menyebutkan bahwa Pendiri kerajaan Mempawah, Panembahan Adijaya, menamakan kerajaannya dengan nama Mempawah. Nama ini terinspirasi dari imbasan kata Asam Paoh, Mempelam Paoh, dan Nam Pa Wah. Di zaman pemerintahan Hindia Belanda, mereka kemudian mengubah nama Mempawah menjadi Mempawa. Seiring dengan berjalannya waktu, oleh almarhum Panembahan Muhammad Taufik Accamaddin (sumber Buku Hari Jadi/Lahir Kota Mempawah oleh M. Yusuf Sahar) nama Mempawa dikembalikan lagi ke nama asalnya, yakni Mempawah. Setiap tanggal 15 Februari diperingati sebagai hari jadi kota Mempawah. Menurut catatan yang di buat oleh M. Yusuf Sahar dalam bukunya yang berjudul Hari Jadi/Lahir Kota Mempawah, di sana dituliskan hari Rabu, tanggal 8 Jumaidil Akhir 1175 H atau 1761 M sebagai hari lahirnya kota Mempawah. Pendapat Yusuf Sahar ini terbilang cukup beralasan karena dirinya mencatat ada 3 peristiwa penting yang satu sama lain saling bertalian. Ke-3 peristiwa itu adalah berpindahnya ibu kota Kerajaan yang di sebut Mempawah sekarang dari Sebukit Kerajaan oleh Panembahan Adijaya yang menamakannya; hapusnya sebuah kerajaan bernama Bungkale Rajakng secara otomatis; dan berdirinya sebuah kerajaan Mempawah dengan raja pertamanya Panembahan Adijaya pada hari Rabu, tanggal 8 Jumaidil Akhir 1175 H atau 1761 M. Dalam sarasehan kedua, 15 Februari 1980, pendapat M. Yusuf Sahar ini sempat dibahas secara mendalam oleh para peserta. Di akhir pertemuan tersebut, para peserta sepakat menerima pendapat tersebut dan menetapkan penggunaan hitungan tahun Masehi sebagai metode penghitungan hari jadi Kota Mempawah. Sedangkan ritual acara Robok-Robok di sepakati untuk digelar pada hari Rabu, minggu terakhir di bulan Syafar. Sebagai upaya pelestarian sejarah, sekaligus menyukseskan program pemerintah dalam penanaman seribu pohon, Marsupandi, salah seorang staf di Kantor Informasi, Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Pontianak, memberikan secara simbolis bibit pohon Mempelam Paoh kepada bupati Pontianak, Ria Norsan. Penyerahan pohon bersejarah ini disampaikan diacara peringatan HUT ke-49 Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Pontianak di Mempawah, Jumat (3/2) lalu. Upacara bendera ini digelar di halaman Kantor Bupati Pontianak. Baik pemimpin, pembina maupun panitia upacara semuanya mengenakan busana Telok Belaga’ bermotifkan Awan Berarak. Tak ketinggalan peserta upacaranya pun mengenakan busana bermotif Awan Berarak.

Geografi

Secara administratif perbatasan Kecamatan Mempawah Hilir adalah sebagai berikut:

Utara Kecamatan Sadaniang dan Kecamatan Sungai Kunyit
Timur Kecamatan Mempawah Timur, Sungai Pinyuh dan Kecamatan Toho
Selatan Laut Natuna
Barat Laut Natuna

Kelurahan/Desa

  • Kelurahan Terusan

Alamat Kantor: Jl. Raden Kusno, Mempawah Hilir

  • Kelurahan Tengah

Alamat Kantor: Jl. Utin Chandramidi, Mempawah Hilir

  • Kelurahan Tanjung

Alamat Kantor: Jl. Abu Bakar, Mempawah Hilir

  • Desa Kuala Secapah

Alamat Kantor: Jl. Daeng Menambon, Mempawah Hilir

  • Desa Pasir

Alamat Kantor: Jl. Gusti Sulung Lelanang, Mempawah Hilir

  • Desa Penibung

Alamat Kantor: Jl. Raya Penibung, Mempawah Hilir

  • Desa Sengkubang

Alamat Kantor: Jl. Raya Sengkubang, Mempawah Hilir

  • Desa Malikian

Alamat Kantor: Jl. Raya Malikian, Mempawah Hilir

Serba serbi

artikel ini bisa jadi referensi anda jika berkunjung ke Kota Mempawah

kue(Tambol) khas Mempawah

Geto’,Kacemate,Kue Bule Antu,Gule Tare’,Gule Gentar,Gamat gamat,Doko’ – doko’,Doko’ – doko’ telanjang,Nagesari,Klepon,Corong,Lepat pisang,Lepat Ubi,Lepat telanjang,Lepat malas,Patlau,Sempret,Ati pari,Ongol-ongol,Batang buro’,Lempeng Ubi,Lempeng Sagu,Sagon,Apam kusoy,Apam ade’,Putu Mayang,Putu Piring,Putu Buloh,Pengat Pisang,Korket,Kembang goyang,Bingke berendam,Bingke ubi,Bingke beranyot,Menggale rebos,Rotikap,Blodar,Lopes,puteri Mandi,Jempot Jempot,Putu Mayang,Dadar Gulong,Na'am,Resoles,dan masih banyak lagi

Wisata di Mempawah

  • ISTANA AMANTUBILLAH

istana ini terletak di kelurahan pulau pedalaman,kecamatan mempawah timur,istana ini merupakan istana dari kerajaan mempawah.

  • SEBUKIT RAMA

tempat ini terletak di desa pasir tak jauh dari jantung kota mempawah,disini kita akan menemukan makam raja OPU DAENG MENAMBON beserta kerabat,dimana letak makan ini berada di atas bukit.

  • WISATA NUSANTARA

tempat ini terletak di desa penibung,di jalan trans kalimantan,tempat ini menawarkan hotel,karaoke keluarga,taman hiburan,kolam renang,serta pantai yang indah.

  • PANTAI ANCOL

pantai ini terletak di desa sengkubang,tepat di tepi jalan raya menuju kota Singkawang,tempat ini menawarkan pemandangan sunset yang indah di lihat.

Kerajaan Mempawah

Lambang Kerajaan Mempawah

Kerajaan Panembahan Mempawah adalah sebuah kerajaan Islam yang saat ini menjadi wilayah Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Penguasa kerajaan ini bergelar Panembahan (bukan Sultan). Dahulu kalanya Kerajaan Mempawah merupakan

bawahan/cabang dari kerajaan Tanjungpura/Kesultanan Sukadana, namun pada masa kolonial Belanda, pemerintah Hindia Belanda menunjuk Kesultanan

Pontianak sebagai wakil Belanda untuk memimpin semua raja-raja di Kalbar. Karena itu penguasa Mempawah dan 12 raja-raja daerah lainnya bergelar Panembahan dan hanya 2 raja yang bergelar Sultan (gelar ini lebih tinggi daripada gelar Panembahan) yaitu Sultan Pontianak dan Sultan Sambas.

Nama Mempawah diambil dari istilah Mempauh, yaitu nama pohon yang tumbuh di hulu sungai yang kemudian juga dikenal dengan nama Sungai Mempawah.Pada perkembangannya, Mempawah menjadi lekat sebagai nama salah satu

kerajaan yang berkembang di Kalimantan Barat. Riwayat pemerintahan adat Mempawah sendiri terbagi atas dua periode, yakni pemerintahan kerajaan Suku Dayak yang berdasarkan ajaran Hindu dan masa pengaruh Islam

Tradisi dan Sejarah ROBO'-ROBO'

Awal diperingatinya Robo-robo ini sendiri, bermula dengan kedatangan rombongan Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba dari Kerajaan Matan ke Mempawah pada tahun 1148 Hijriah atau 1737 Masehi.

Masuknya Opu Daeng Manambon dan istrinya Putri Kesumba ke Mempawah, bermaksud menerima kekuasaan dari Panembahan Putri Cermin kepada Putri Kesumba yang bergelar Ratu Agung Sinuhun bersama suaminya, Opu Daeng Manambon yang selanjutnya bergelar Pangeran Mas Surya Negara sebagai pejabat raja dalam Kerajaan Bangkule Rajangk (Panembahan Senggaok) yang pada saat itu rajanya dirangkap oleh Sultan dari Kerajaan Matan.

Berlayarnya Opu Daeng Manambon dari Kerajaan Matan Tanjungpura (Kabupaten Kayong Utara) diiringi sekitar 40 perahu.Saat masuk di Muara Kuala Mempawah, rombongan disambut dengan suka cita oleh masyarakat Mempawah. Penyambutan itu dilakukan dengan memasang berbagai kertas dan kain warna warni di rumah-rumah penduduk yang berada di pinggir sungai. Bahkan, beberapa warga pun menyongsong masuknya Opu Daeng Manambon ke Sungai Mempawah dengan menggunakan sampan.

Terharu karena melihat sambutan rakyat Mempawah yang cukup meriah, Opu Daeng Manambon pun memberikan bekal makanannya kepada warga yang berada di pinggir sungai untuk dapat dinikmati mereka juga. Karena saat kedatangannya bertepatan dengan hari Minggu terakhir bulan Syafar, lantas rombongan tersebut menyempatkan diri turun di Kuala Mempawah.Selanjutnya Opu Daeng Manambon yang merupakan keturunan dari Kerajaan Luwu Sulawesi Selatan, berdoa bersama dengan warga yang menyambutnya,mohon keselamatan kepada Allah agar dijauhkan dari bala dan petaka. Usai melakukan doa, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Prosesi itulah yang kemudian dijadikan sebagai awal digelarnya hari Robo-robo,yang saban tahun rutin dilakukan warga Mempawah, dengan melakukan makan di luar rumah bersama sanak saudara dan tetangga.

Bagi sebagian masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, bulan Safar diyakini sebagai bulan naas dan sial. Sang Pencipta dipercayai menurunkan berbagai malapetaka pada bulan Safar. Oleh sebab itu, masyarakat yang meyakininya akan menggelar ritual khusus agar terhindar dari marabahaya.


Pranala luar