Lompat ke isi

Rumah Sakit Umum GMIM Siloam Sonder

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sejarah

Tahun 1901, dimulai dengan mencari lokasi dan diperoleh tanah berbukit-bukit terletak di Desa Tounelet dengan luas 12.669.5 M2. Pengerjaannya dilaksanakan sejak matahari terbenam sampai malam hari, dimulai dengan penebangan kayu, tanah yang bergunung diratakan, dikerjakan dengan semangat mapalus oleh masyarakat pada waktu itu, dan inilah kutipan surat dari Ny. Schoch Van Hogendorp dalam Maand Bericht Van Het Nederlandsch Zendeling Genootschcap:

Menjelang tahun tersebut, halaman bagi Rumah Sakit mesti diratakan, dan rumah itu sendiri yang telah dibeli mesti dibongkar dan didirikan lagi ditempat lain, tapi saatnya kurang menguntungkan sebab masyarakat sedang menghadapi panen padi yang tidak mungkin ditunda kesempatannya, tapi dimana ada kemauan disitu ada jalan,waktu itu bulan terang maka pekerjaan dapat dilaksanakan pada waktu matahari terbenam. Terlihat masyarakat, pendeta dan pembantu Schoch sibuk bekerja, laksana semut-semut manusia sedang berkerumun, balok-balok berat diusung beramai-ramai dari tempat lama ke tempat baru, diselingi cakap riang dan nyanyian adat. Wanita-wanita tua yang tidak mampu bekerja memberikan pelayanan minum kopi. Bahan bangunan diperoleh dari sumbangan para masyarakat atau jemaat yang bersemboyan “berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing“. Setelah selesai mendirikan bangunan maka pada Senin, 12 Juni 1905 diresmikan bangunan tersebut menjadi Rumah Sakit, menjadi Rumah Sakit tertua di kawasan Indonesia bagian Timur.

Keberadaan Rumah Sakit pada waktu itu begitu penting, membuat perubahan pada pola pikir masyarakat yang dilahirkan dan terdidik dalam lingkungan dan alam animisme dan takhayul. Orang sakit dibungkus dengan tikar rapat-rapat kemudian dibaringkan dan dibawah tempat tidurnya dibuat pengasapan yang dipercaya mengusir roh-roh halus yang menyebabkan penyakit, kemudian supaya bayi dalam kandungan ibu dapat “berdaya hidup” maka ibu jangan pernah menyisir rambut dan memotong kukunya. Tugas waktu itu, selain melaksanakan fungsi merawat orang sakit, juga memberi nasehat untuk berpikir secara Agama Kristen agar dapat meninggalkan alam animisme dan kepercayaan takhayul tersebut. Dari aktivitas tersebut, maka rumah sakit ini diberi nama Rumah Sakit Zending Genootschcap Sonder.

Tahun 1942 saat pendudukan Jepang rumah sakit ini berubah nama menjadi Rumah Sakit Byoin Minseibu. Tahun 1945 Rumah sakit ini diambil alih oleh Pemerintah Kabupaten Minahasa dengan nama/status Rumah Sakit Pembantu Sonder. Kemudian pada tanggal 17 November 1968 diserahkan kembali kepada BPS Gereja Masehi Injili di Minahasa. Pada penyerahan tersebut pihak GMIM diwakili oleh Ds. B. A. Supit dari Dinas Kesehatan (Departemen Kesehatan) GMIM, Rumah Sakit Pembantu Sonder ditahbiskan oleh Ds. R. M. Luntungan, dengan nama Rumah Sakit Siloam, dan Penjabat sementara (Pjs) Kepala Rumah Sakit adalah Ds. B. A. Supit.

Setelah kurang lebih 117 tahun dalam pelayanannya, sebagai sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa, rumah sakit diperhadapkan dengan berbagai masalah yang disebabkan oleh perobahan situasi/kondisi dan standar pengguna pelayanan yang selektif dan kompetitif, sampai pada akhirnya akhir tahun 2013 rumah sakit tidak berorerasi lagi, Mei 2014 oleh Yayasan Medika GMIM mengoprasikan kembali rumah sakit ini dengan mengangkat Dr. Arthur M. Lawalata sebagai direktur dan dimulailah renofasi gedung dan sarana prasarana layaknya sebuah rumah sakit. 14 Juli 2014 rumah sakit beroperasi kembali dengan dikeluarkannya izin operasional oleh Pemerintah Kabupaten Minahasa. 20 Oktober 2014 rumah sakit dipercayakan oleh BPJS melalui kantor cabang Minahasa untuk menjadi fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut sampai dengan saat ini.

Pranala luar