Lompat ke isi

BRICS

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
BRICS
Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan
Brazil, Russia, India, China, South Africa
Pemimpin negara negara BRICS pada tahun 2019, dari kiri ke kanan : Xi Jinping, Vladimir Putin, Jair Bolsonaro, Narendra Modi dan Cyril Ramaphosa
Anggota saat ini

Negara anggota dan tokoh kunci:


 BrasilPresiden Lula da Silva
 RusiaPresiden Vladimir Putin
 IndiaPerdana Menteri Narendra Modi
 TiongkokPresiden Xi Jinping[note 1]
 Afrika Selatan (Ketua 2023)Presiden Cyril Ramaphosa

SingkatanBRICS
Dinamai berdasarkanInisial negara anggota
PendahuluBRIC
Tanggal pendirianSeptember 2006; 18 tahun lalu (September 2006) (Pertemuan Majelis Umum PBB ke-61)
Konferensi Tingkat Tinggi BRIC pertama: 16 June 2009; 15 tahun lalu (16 June 2009)
PendiriMajelis Umum PBB ke-61:
Brasil Celso Amorim
Rusia Sergey Lavrov
India Manmohan Singh
Tiongkok Li Zhaoxing
Rusia Vladimir Putin
Tiongkok Hu Jintao
Pertemuan Anggota BRIC pertama:
Brasil Lula da Silva
Rusia Dmitry Medvedev
India Manmohan Singh
Tiongkok Hu Jintao
Didirikan diMarkas Besar PBB, Kota New York (Pertemuan Majelis Umum PBB ke-61)
Yekaterinburg (Konferensi Tingkat Tinggi BRIC pertama)
TipeOrganisasi antarpemerintah
TujuanKerjasama Ekonomi
Kantor pusatBRICS Tower
Lokasi
BidangHubungan internasional
Jumlah anggota (2022)
5
PendanaanNegara anggota
Nama sebelumnya
BRIC

BRICS (akronim dalam bahasa Inggris dari: Brazil, Russia, India, China, South Africa, disingkat BRICS), merupakan organisasi antarpemerintah yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan yang juga merupakan 5 negara berkembang terdepan di dunia. Empat negara pertama yang disebutkan adalah pendiri dari kelompok ini, sedangkan Afrika Selatan baru bergabung di tahun 2010.[1] BRICS dibentuk pada tahun 2001 oleh kepala ekonom Goldman Sachs, Jim O'Neill, dalam sebuah makalah penelitian yang menggarisbawahi potensi pertumbuhan di Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok.[2]

Negara-negara anggota BRICS berupaya untuk menciptakan lingkungan internasional yang bersifat damai dan ikut mempromosikan demokrasi serta kesetaraan dalam dunia internasional.[3] Negara anggota BRICS juga memiliki harapan untuk membuat tatanan dunia yang lebih adil dalam aspek ekonomi dan keuangan global yang sampai saat ini masih didomonasi oleh negara maju terlebih Amerika Serikat dan International Monetary Fund (IMF) serta Bank Dunia.[4]

Pada bulan Agustus 2023, pada KTT BRICS ke-15, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengumumkan bahwa Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab telah diundang untuk bergabung dengan organisasi tersebut, tetapi pemerintah Argentina saat ini diperkirakan akan menolak undangan tersebut.[5]

Sejarah

BRIC: Awal Mula Terbentuk

Akronim BRIC ini pertama kali dicetuskan oleh Goldman Sachs pada tahun 2001.[6][7] Istilah ini awalnya diciptakan sebagai BRIC (tanpa Afrika Selatan) oleh ekonom Goldman Sachs, Jim O'Neill, pada tahun 2001. Ia percaya bahwa pada tahun 2050, empat negara BRIC akan mendominasi ekonomi global.[8]

Para menteri luar negeri dari empat negara anggota BRIC (Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok) bertemu di New York City pada bulan September 2006 di sela-sela Debat Umum Majelis Umum PBB, yang menjadi awal dari serangkaian pertemuan tingkat tinggi.[9] Selanjutnya diadakan pertemuan diplomatik secara resmi bertempat di Yekaterinburg, Rusia, pada tanggal 16 Juni 2009.

KTT resmi pertama BRIC ini dihadiri oleh pemimpin dari setiap negara anggota yaitu Luiz Inácio Lula da Silva, Dmitry Medvedev, Manmohan Singh, dan Hu Jintao, yang merupakan pemimpin Brazil, Rusia, India, dan Cina.[10] Fokus dari pertemuan ini adalah untuk memperbaiki situasi ekonomi global dan mereformasi lembaga-lembaga keuangan, serta mendiskusikan bagaimana keempat negara tersebut dapat bekerja sama dengan lebih baik di masa depan.[11]

BRICS: Masuknya Afrika Selatan

Pada tahun 2010, Afrika Selatan memulai upaya untuk bergabung dengan BRIC, dan proses penerimaan Afrika Selatan dimulai pada bulan Agustus di tahun tersebut. Afrika Selatan secara resmi menjadi negara anggota pada tanggal 24 Desember 2010, setelah secara resmi diundang oleh Tiongkok untuk bergabung dan kemudian diterima oleh negara-negara BRIC lainnya.[12]

New Development Bank

Pada bulan Juni 2012, negara-negara BRICS menjanjikan $75 miliar untuk meningkatkan kekuatan pinjaman pada International Monetary Fund (IMF). Namun, pinjaman ini bergantung pada reformasi pemungutan suara IMF. Pada bulan Maret 2013 yang bertepatan dengan KTT BRICS kelima di Durban, negara-negara anggota BRICS sepakat untuk membentuk sebuah lembaga keuangan global agar dapat bekerja sama dengan IMF dan Bank Dunia yang didominasi oleh negara-negara Barat.[13] Lembaga keuangan yang didirikan oleh BRICS ini bernama New Development Bank yang dibentuk pada tahun 2014.

Pada bulan Juli 2014, pada KTT BRICS keenam di Fortaleza, BRICS menandatangani dokumen untuk mendirikan New Development Bank senilai US$100 miliar dan sebuah cadangan mata uang senilai lebih dari US$100 miliar.[14] Lembaga keuangan ini didirikan dengan tujuan untuk menyediakan pendanaan bagi pasar negara berkembang dan negara berkembang itu sendiri dalam membantu proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan.[15]

Pada tahun 2021 lalu, Dewan Gubernur lembaga ini telah menyetujui bergabungnya Bangladesh, UEA, Mesir, dan Uruguay sebagai anggota barunya. Momen tersebut sekaligus menandai dimulainya ekspansi New Development Bank (NDB) sebagai lembaga multilateral global.[16] Pada spektrum infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan yang luas, fokus New Development Bank selama periode 2022-2026 akan berfokus pada beberapa aspek. Beberapa aspek tersebut adalah Energi Bersih dan Efisiensi Energi, Infrastruktur Transportasi, Perlindungan Lingkungan, Infrastruktur Sosial, Infrastruktur Digital, dan lain sebagainya.[17] Tak cukup dengan membuat lembaga keuangan sendiri, baru-baru ini BRICS juga dikabarkan akan segera meluncurkan mata uangnya sendiri. Meski belum dipastikan waktunya, namun wacana ini telah banyak menuai sorotan karena dianggap menjadi ancaman bagi dolar Amerika Serikat.[18]

Tantangan BRICS

Adanya organisasi antarpemerintah seperti BRICS ini tentunya tidak lepas dari tantangan yang dihadapi. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang setiap anggota BRICS yang memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Dimana antar satu sama lain memiliki perbedaan kepentingan yang ingin mereka capai.[19] Salah satu contohnya adalah kekesalan Tiongkok terhadap negara BRICS lainnya yang menuduh Tiongkok melakukan dumping. Selain itu, Brasil melakukan kritik terhadap Rusia yang melakukan restriksi impor ketat bagi produk pertanian karena Rusia memiliki ambisi untuk menjadi negara pengekspor produk agraria yang dapat menjadi pesaing Brasil.[20] Tantangan lain yang dihadapi oleh BRICS ini yaitu adanya perbedaan kepentingan dan cara pandang. Salah satu contohnya adalah pembahasan terkait dengan pembentukan New Development Bank dan juga adanya ambisi dari masing-masing negara anggota untuk membawa kepentingan mereka masing-masing.[21]

Konferensi Tingkat Tinggi

BRIC

Konferensi Tingkat Tinggi BRIC adalah pertemuan kepala pemerintahan BRIC. KTT pertama berlangsung di Yekaterinburg, Rusia, pada tanggal 16 Juni 2009, dihadiri oleh Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva, Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Perdana Menteri India Manmohan Singh, dan Presiden RRT Hu Jintao. KTT BRIC yang kedua berlangsung pada tanggal 15 April 2010 di ibu kota Brazil, Brasilia.

Pada kedua KTT tersebut, BRIC menyatakan posisinya pada berbagai isu global, antara lain:

  • Reformasi institusi keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia agar dapat lebih menampung aspirasi negara-negara berkembang
  • Perlunya diversifikasi sistem moneter internasional, tidak terfokus lagi pada US dollar sebagai mata uang internasional
  • Agar PBB memainkan peran yang lebih penting dalam diplomasi multilateral
  • Peran yang lebih besar untuk Brazil dan India di PBB (agar kedua negara tersebut juga bisa menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB)

BRICS

Konferensi Tingkat Tinggi ini adalah konferensi ketiga yang dilakukan oleh negara anggota BRIC sekaligus menjadi konferensi pertama yang dihadiri oleh Afrika Selatan sebagai negara baru. Afrika Selatan diundang untuk bergabung dengan BRIC pada bulan Desember 2010, dan setelah itu kelompok ini mengadopsi singkatan BRICS. Mantan Presiden Jacob Zuma kemudian menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi BRICS Ketiga di Sanya, Cina, pada bulan Maret 2011. Temanya adalah "Broad Vision, Shared Prosperity". Agenda yang dibahas dalam KTT ini meliputi situasi internasional, ekonomi global dan keuangan internasional, pembangunan dan kerja sama BRICS. KTT ini mengeluarkan Deklarasi Sanya dan Rencana Aksi.[22] Di sela-sela pertemuan, diadakan pula Pertemuan Menteri Perdagangan, Forum Akademis, Forum Keuangan dan Forum Bisnis.[23]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Ethiopia applies to join the BRICS bloc of emerging economies". Aljazeera (dalam bahasa Inggris). 30-06-2023. Diakses tanggal 5 Agustus 2023. 
  2. ^ Acharya, Bhargav (2023-08-22). "What is BRICS, which countries want to join and why?". Reuters. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  3. ^ Priangani, Ade (2015). "Perkembangan Brics (Brazil, Russia, India, China and South Africa) Dalam Kancah Ekonomi Politik Global". Jurnal Kebangsaan. 4 (7): 103254. ISSN 2089-5917. 
  4. ^ Priangani, Ade (2015). "Perkembangan Brics (Brazil, Russia, India, China and South Africa) Dalam Kancah Ekonomi Politik Global". Jurnal Kebangsaan. 4 (7): 103254. ISSN 2089-5917. 
  5. ^ "Argentina Won't Join BRICS Bloc Under Milei, Adviser Says". Bloomberg.com (dalam bahasa Inggris). 2023-11-30. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  6. ^ Global Economics Paper No. 99, Dreaming with BRICs
  7. ^ Another BRIC in the wall
  8. ^ "BRICS: Acronym for Brazil, Russia, India, China, and South Africa". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-21. 
  9. ^ "Information about BRICS". web.archive.org. 2015-07-10. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  10. ^ Bryanski, Gleb (2009-06-26). "BRIC demands more clout, steers clear of dollar talk". Reuters. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  11. ^ "Nations eye stable reserve system" (dalam bahasa Inggris). 2009-06-16. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  12. ^ Smith, Jack A. (2011-01-21). "BRIC Becomes BRICS: Changes on the Geopolitical Chessboard". Foreign Policy Journal (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-21. 
  13. ^ Smith, David (2013-03-28). "Brics eye infrastructure funding through new development bank". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  14. ^ "BRICS". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2023-12-18. 
  15. ^ "BRICS: Acronym for Brazil, Russia, India, China, and South Africa". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-21. 
  16. ^ "Mengenal New Development Bank, Saingan Bank Dunia Milik BRICS". SINDOnews Internasional. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  17. ^ "Mengenal New Development Bank, Saingan Bank Dunia Milik BRICS". SINDOnews Internasional. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  18. ^ "Mengenal New Development Bank, Saingan Bank Dunia Milik BRICS". SINDOnews Internasional. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  19. ^ Priangani, Ade (2015). "Perkembangan Brics (Brazil, Russia, India, China and South Africa) Dalam Kancah Ekonomi Politik Global". Jurnal Kebangsaan. 4 (7): 103254. ISSN 2089-5917. 
  20. ^ Priangani, Ade (2015). "Perkembangan Brics (Brazil, Russia, India, China and South Africa) Dalam Kancah Ekonomi Politik Global". Jurnal Kebangsaan. 4 (7): 103254. ISSN 2089-5917. 
  21. ^ Priangani, Ade (2015). "Perkembangan Brics (Brazil, Russia, India, China and South Africa) Dalam Kancah Ekonomi Politik Global". Jurnal Kebangsaan. 4 (7): 103254. ISSN 2089-5917. 
  22. ^ "What is BRICS | Africa Facts" (dalam bahasa Inggris). 2018-10-15. Diakses tanggal 2023-12-21. 
  23. ^ "What is BRICS | Africa Facts" (dalam bahasa Inggris). 2018-10-15. Diakses tanggal 2023-12-21. 

Pranala luar


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/> yang berkaitan