Spirulina (suplemen tambahan)
Spirulina adalah nama bagi satu bentuk makanan tambahan yang mirip kepada Chlorella dan Aphanizomenon flos-aquae (Alga Biru Hijau). Spirulina wujud dalam dua jenis spesis cyanobacteria: Arthrospira platensis, dan Arthrospira maxima. Keduanya serta juga spesies Arthrospira yang lain pernah diklasifikasikan dalam genus Spirulina. Kini, terdapat persetujuan bahwa mereka adalah dari jenis genus berbeda, dan spesis makanan yang tergolong dalam kumpulan Arthrospira; walau bagaimanapun, istilah Spirulina yang lama masih lagi sering digunakan.[1]
Kandungan
Spirulina memiliki kandungan protein sekitar 70% dari berat keringnya. Hal ini dikarenakan spirulina mengandung semua asam amino esensial. Selain itu, spirulina juga mengandung beberapa vitamin seperti beta karoten, tiamina, riboflavin, niasin, asam pantotenat, piridoksina, biotin, inositol, asam folat, kobalamin, tokoferol, dan vitamin K.[2]
Spirulina juga mengandung beberapa jenis asam lemak seperti linolenat, linoleat, dokosaheksanoat, arakidonat, palmitoleat, oleat, erukat, palmitat, miristat, stearat, behenat, lignoserat, dan lain-lain. Komposisi dan distribusi asam lemak ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan media tanamnya. Salah satu hal yang mempengaruhinya adalah salinitas, yaitu apabila semakin tinggi tingkat salinitasnya, maka kandungan asam lemak tidak jenuh mengalami peningkatan dan kandungan asam lemak jenuh mengalami penurunan. Peningkatan salinitas ini juga berdampak pada penurunan biomassa yang dapat dibudidayakan.[2]
Spirulina juga mengandung sterol (kolesterol, sitosterol, kampesterol, dan stigmasterol), terpena (amirin), dan hidrokarbon jenuh (parafin), dimana merupakan lipid yang tidak tersaponifikasi dan memiliki sifat antioksidan dan antimikroba.[2]
Kegunaan
Spirulina terdapat di berbagai belahan dunia, dan sering digunakan sebagai makanan tambahan serta sebagai makanan lengkap dan diproduksi dalam bentuk tablet, kepingan, serbuk dan juga cairan. Spirulina juga digunakan sebagai makanan binatang tambahan untuk industri akuakultur, akuarium dan ternakan ayam.[1]
Sprirulina sebagai Ketahanan dan kemandirian pangan menjadi salah program penting Pemerintah Indonesia. Selain permasalahan bahan pangan pokok sumber karbohidrat, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB bekerjasama dengan Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB melakukan penelitian tentang diversifikasi produk pangan biskuit yang berbasis sumber karbohidrat lokal (sagu), konsentrat protein ikan dan Spirulina. Tim peneliti yaitu Prof. Dr. Joko Santoso, Dr. Wini Trilaksani dan Dr. Iriani Setyaningsih memberikan sentuhan perbaikan agar produk pangan biskuit Spirulina tersebut dapat digunakan masyarakat di pulau-pulau terluar. Formula yang dihasilkan dalam biskuit Sprirulina ini, diharapkan dapat ikut serta menyukseskan program ketahanan dan kemandirian pangan terutama bagi masyarakat di pulau-pulau terluar.[3]
Rujukan
- ^ a b Vonshak, A. (ed.). Spirulina platensis (Arthrospira): Physiology, Cell-biology and Biotechnology. London: Taylor & Francis, 1997.
- ^ a b c Budiman, Arief; Suyono, Eko Agus; Dewayanto, Nugroho; Dewati, Putri Restu; Pradana, Yano Surya; Widawati, Teta Fathya (2023). Biorefinery Mikroalga. Sleman, D.I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN 9786233591201.
- ^ Santoso, Joko; Trilaksani, Wini; Setyaningsih, Iriani. "Biskuit Spirulina, Harapan Ketahanan Pangan di Pulau Terluar". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-10. Diakses tanggal 20 September 2016.
Lihat juga
- Algakultur - Perladangan alga komersial
- Chlorella - Alga lain yang berpotensi sebagai makanan dan bahan bakar.