Daun dewa
Keakuratan artikel ini diragukan dan artikel ini perlu diperiksa ulang dengan mencantumkan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. |
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Daun dewa
| |
---|---|
Gynura divaricata | |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Asterales |
Famili | Asteraceae |
Tribus | Senecioneae |
Genus | Gynura |
Spesies | Gynura divaricata DC., 1838 |
Tata nama | |
Basionim | Senecio divaricatus (en) |
Daun Dewa mempunyai nama latin (Gynura divaricata), orang Cina menyebutnya Samsit. Tinggi tanaman ini sekitar 30–40 cm, merupakan tumbuhan tegak, batang daun pendek lunak berbentuk segi lima, dengan penampang berbentuk lonjong dan berambut pada sisi luar.
Daun Dewa memiliki panjang 20 cm, lebar 10 cm, dengan tangkai pendek, bulat lonjong berdaging, berbulu halus, ujung daunnya lancip, bertoreh pada tepi daun serta warna hijau keunguan. Daun dewa juga memiliki bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang, berkelopak hijau berbentuk cawan, dan benang sari berwarna kuning berbentuk jarum.
Perkembangbiakan
Tumbuh di daerah dengan ketinggian 200-800 meter di atas permukaan air laut (dpl), daun dewa berkembang biak dengan umbi atau stek batang.
Tak jarang bila penanganan tidak tepat, daun dewa bisa saja terserang hama. Salah satu hama yang sering menyerang daun dewa adalah kutu putih.[1] Upaya pengendalian hama dapat menggunakan pestisida alami atau pestisida nabati. Kita dapat membuat sendiri pestisida nabati menggunakan daun mimba, akar tuba, dan tembakau. Dengan cara ditumbuk halus, lalu direndam air dan dibiarkan semalaman. Keesokan harinya ramuan tersebut disaring, kemudian dilarutkan dengan air hangat. Hasilnya disemprotkan pagi atau sore hari ketika cuaca cerah, tidak hujan, yang akan menghilangkan khasiat pembasmi hamanya. Hindari penyemprotan pada siang hari, karena sinar matahari yang terik dapat menguraikan bahan aktif pestisida organik tersebut.
Macam pupuk yang dapat digunakan untuk tanaman daun dewa adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi, kambing, kerbau ataupun ayam,[1] dan pupuk organik atau yang alami seperti kompos.
Daun dewa dapat dipanen setelah mempunyai penampang daun yang lebar berwarna hijau tua dan berbentuk sempurna. Pengambilan daun dengan menggunakan pisau yang telah dibersihkan, sedangkan panen umbi dapat dilakukan setelah tanaman berumur 6-8 bulan. Pada umur tersebut umbi sudah siap untuk disemai guna memperbanyak tanaman daun dewa.
Kandungan
Bagian yang digunakan untuk sarana pengobatan adalah daunnya yang mengandung senyawa flavonoid, antosianin, saponin, kuersetin dan minyak atsiri.[2]
Referensi
- ^ a b Anata, Ramdan; Sahiri, Nirwan; Ete, Andi (2014). "Pengaruh Berbagai Komposisi Media Tanam dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Daun Dewa (Gynura Pseudochina(l.)dc)". Tadulako University.
- ^ Ariany, Septian Palma; Sahiri, Nirwan; Syakur, Abdul (2013). "Pengaruh Kuantitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Kadar Antosianin Daun Dewa (Gynura Pseudochina (L.) Dc) secara In Vitro". Tadulako University.