R. Hartono
R. Hartono | |
---|---|
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia 21 | |
Masa jabatan 16 Maret 1998 – 23 Mei 1998 | |
Presiden | Soeharto |
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia 22 | |
Masa jabatan 17 Maret 1997 – 16 Maret 1998 | |
Presiden | Soeharto |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1941 Pamekasan, Madura, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Jenderal TNI (Purn) R. Hartono (lahir di Pamekasan, Madura, pada tahun 1941) adalah seorang purnawirawan Jenderal dari corps Kavaleri yang bersama-sama Tutut membentuk partai politik bernama Partai Karya Peduli Bangsa.
Yang bersangkutan memperoleh pangkat tertinggi di TNI Angkatan Darat yaitu jenderal bintang empat dengan Jabatan tertinggi pula sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat. Beliau merupakan satu-satunya perwira tinggi dari corps Kavaleri yang mendapatkan pangkat jenderal penuh (bintang empat). Karirnya di corps BARET HITAM sebagai Danton hingga Wadanpussenkav. Juga pernah bertugas sebagai Dandim di Jatim, Pangdam V/Brawijaya, hingga Kassospol ABRI. Ucapan yang terkenal dari R. Hartono sewaktu pemilihan umum pada tahun 2004 adalah "bersedia menjadi antek Soeharto".
Nama R. Hartono bersama Tutut disebut-sebut oleh harian Inggris The Guardian sebagai salah seorang pejabat militer Indonesia yang menerima uang pelicin sebesar Rp. 281 miliar untuk pembelian 100 Tank Scorpion pada kurun waktu 1992–1994 yang lalu.
Nama yang bersangkutan belum lama kembali mencuat sehubungan dengan isu pernah menikahnya Presiden SBY sebelum memasuki AKABRI.Sebelumnya yang bersangkutan juga pernah berkonflik dengan seorang mantan jenderal akibat tidak terima anaknya disebut mati karena narkoba .
Didahului oleh: [[]] |
Pangdam V Brawijaya 1993-1995 |
Diteruskan oleh: Imam Utomo |
Didahului oleh: Wismoyo Arismunandar |
Kepala Staf TNI Angkatan Darat 1995-1997 |
Diteruskan oleh: Wiranto |
Didahului oleh: Yogie S. Memet |
Menteri Dalam Negeri 1998 |
Diteruskan oleh: Syarwan Hamid |
Didahului oleh: Harmoko |
Menteri Penerangan 1997 - 1998 |
Diteruskan oleh: Muhammad Alwi Dahlan |