Lompat ke isi

Rizal Ramli

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rizal Ramli
Menteri Keuangan Republik Indonesia 23
Masa jabatan
12 Juni 2001 – 9 Agustus 2001
PresidenAbdurahman Wahid
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia 7
Masa jabatan
23 Agustus 2000 – 12 Juni 2001
PresidenAbdurahman Wahid
Informasi pribadi
Lahir10 Desember 1954 (umur 69)
Indonesia Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Suami/istriMarijani atau
Liu Siaw Fung (alm.)[1]
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Dr. Rizal Ramli (lahir 10 Desember 1954) adalah seorang ahli ekonomi dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan pada Kabinet Persatuan Nasional dimasa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Pengagum Einstein ini sempat menikmati bangku kuliah di jurusan Teknik Fisika - Institut Teknologi Bandung, tetapi akhirnya mendapatkan gelar doktor ekonomi dari Boston University pada tahun 1990.

Sederet Kisah Hidup Rizal Ramli

MESKI Rizal Ramli (RR) dan orangtuanya berasal dari Padang, namun sejak berusia enam tahun, RR sudah terpaksa pindah ke rumah neneknya, Ny. Rahmah, di Bogor, karena kedua orangtua RR ketika itu telah meninggal dunia. Ayah Rizal Ramli adalah seorang Wedana atau semacam asisten camat, dan mudah bergaul kepada siapa saja. Sedangkan Ibu RR adalah seorang guru yang dikenal disiplin dalam menanamkan sikap moral dan intelektualitas yang tinggi. “Ibu saya, Rabiah, meninggal lebih dulu saat saya masih berusia lima tahun. Setahun berikutnya bapak saya, Ramli,” ujar RR mengawali kisahnya yang membawa dirinya harus berada di tanah Jawa.

Saat berusia 3 tahun, RR ternyata sudah bisa membaca. Dan itu, katanya, adalah berkat ibunya yang setiap saat mengajari dan membimbingnya mengenal huruf-huruf. “Ibu saya adalah seorang guru, jadi beliau mudah mengajari saya untuk cepat membaca. Dan bagi saya, pandai membaca adalah modal utama untuk bisa lebih baik,” cerita RR seraya menyebutkan bahwa saat di Bogor dirinya sudah membaca sangat banyak komik, cerita pendek dan buku-buku se-Bogor. Dan itu ditekuninya mulai duduk di SD Hutabarat Bogor, SMP 1 Bogor hingga SMA 2 Bogor. Karena kegemarannya membaca sangat tinggi, yang pada masa itu jumlah buku di Bogor juga masih terbatas, RR pun saat masih duduk di bangku SMA menulis surat ke luar negeri agar bisa mendapatkan bantuan buku lebih banyak. Buku-buku yang ia (RR) dapat pun dimasukkan ke dalam perpustakaan Pemda Bogor. Setelah berhasil lulus SMA, RR kemudian mendaftar di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Fisika. Namun saat mendaftar, RR mengaku telah bertekad jika tidak diterima di ITB, maka dirinya tak ingin memaksakan diri untuk kuliah di tempat lain. Sebab, selain karena dirinya sudah yatim piatu, RR juga tak ingin membebani neneknya yang sudah memeliharanya sejak kecil hingga bisa menyelesaikan SD, SMP dan SMA.

Namun alhasil, RR dinyatakan diterima sebagai mahasiswa di ITB. “Saya hampir putus asa, karena jujur, nenek saya sangat sulit membiayai saya lagi untuk kuliah. Tetapi saya sudah bekerja sebagai mandor percetakan di Kebayoran,” katanya. Selama bekerja, RR mengaku setiap hari harus serba berhemat dan mengencangkan ikat pinggang. “Makan pun saya harus ngirit.Hingga berhasil mengumpulkan uang, saya pergi ke Bandung untuk membayar uang muka dan biaya kuliah. Saya memang menabung, tetapi sebagian harus dipakai untuk makan, setelah enam bulan uang saya habis, untuk makan saja tidak bisa. Akhirnya sempat enam bulan saya tidak mengikuti kuliah,” kenang RR. Namun dalam keadaan yang serba sulit itu, RR mendapat pertolongan dari teman-temannya. Tetapi lama kelamaan RR merasa malu juga. “Waktu itu saya berpikir, lebih baik saya berhenti kuliah sajalah?!?” ujar RR. Di saat RR telah hampir memilih untuk tidak lagi melanjutkan kuliah, pikiran “bisnis” RR spontan bergerak. “Tiba-tiba saya sadar, kenapa saya nggak jadi penerjemah saja, Bahasa Inggris saya kan lumayan bagus,” ujarnya.

Kebetulan, kata RR, ketika itu di Bandung banyak dosen dan mahasiswa yang berhubungan dengan tugas-tugas artikel ilmiah dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia atau sebaliknya dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. RR mengaku mengawali profesinya sebagai penerjemah terbilang susah, sebab butuh sekitar 2 jam untuk 1 halaman. Namun karena telah terbiasa, akhirnya bisa cepat, yakni 10 menit saja untuk satu halaman. “Ketika makin banyak pesanan yang minta diterjemahkan, saya pun mengajak teman sesama orang miskin sebagai partner (RR tertawa). Saya yang membacakannya, dan dia yang mengetik. Dan saat itu waktu bisa saya tekan menjadi lebih cepat, yakni tujuh menit satu halaman,” katanya seraya menambahkan, bahwa bekerja sebagai penerjemah hanya dilakukannya usai Jumatan hingga Sabtu sore. Ketika itu nama Rizal Ramli tiba-tiba menjadi populer karena bisa melanjutkan kuliah dan membiayai hidupnya secara mandiri melalui profesinya sebagai penerjemah. “Saya sangat bersyukur karena Tuhan selalu memberikan jalan kepada saya untuk maju, dan tidak mudah menyerah terhadap kondisi yang sesulit apapun,” katanya. Selain sebagai penerjemah, RR juga membuka jasa sekolah koresponden bagi anak-anak orang asing karena ketika itu di Bandung belum ada sekolah internasional. RR melihat peluang orang-orang asing banyak yang bingung untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Karena tidak ada pilihan, kata RR, akhirnya mereka pakai sekolah koresponden. Misalnya, bahan-bahan ujian dikirim dari Amerika, kemudian hasilnya dikirim lagi ke Amerika. Permasalahan yang mereka hadapi adalah hanya membutuhkan tenaga tutor yang bisa mengajar. “Akhirnya saya organisir beberapa teman untuk mengajari anak-anak bule itu mengenai matematika, science dan sejarah. Saat itu kami dibayar mahal dalam dolar. Sehingga ketika itu kami mampu membiayai kuliah dan bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” ujar RR sambil menambahkan bahwa seluruh perjalanan hidupnya ia lalui dengan sangat berat dan tidak mudah. Terutama sekali secara psikologis RR mengaku sering merasa tidak diperhitungkan oleh teman-teman lainnya karena statusnya sebagai anak yatim-piatu. Mereka terjamin, makan, minum dan kebutuhan lainnya bisa dipenuhi dengan tidak begitu susah karena berasal dari keluarga berada dan punya orangtua yang bisa menolongnya. Itulah pula yang membuat RR kadang amat sedih ketika kembali mengingat mendiang kedua orangtuanya, terutama di saat lebaran tiba. Namun RR mengaku buru-buru menarik nafas dan menegarkan hatinya agar tidak larut dalam kesedihan, sebab RR sadar bahwa perjalanan hidupnya ma-sih panjang dan masih dibutuhkan oleh orang banyak.

Kegiatan

Saat aktif sebagai aktivis mahasiswa, RR pernah menjadi Ketua Dewan Mahasiswa ITB tahun 1977. Di situ bersama tiga temannya, RR masuk sebagai tim pe-nulis Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB. Di dalam buku inilah, katanya, dituangkan banyak kritikan terhadap sistem pemerintahan di Indonesia yang otoriter. Buku ini pula mengupas tentang praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang terjadi dalam tubuh pemerintahan di negeri ini kala itu, terutama keluarga Presiden Soeharto. Spontan, buku itu pun membuat Soeharto jadi murka. Buku yang telah diterbit melalui stensil namun dilarang beredar itu sulit dibendung. Akhirnya, malah dengan sendirinya beredar di mana-mana, dimulai dalam lingkungan di seluruh kampus di Jawa hingga ke luar Jawa. Bahkan beberapa media cetak ketika itu mempublikasikan materi buku tersebut yang dikemas dalam tajuk kritik mahasiswa ITB terhadap Pak Harto. Inilah yang membuat kemudian Presiden Soeharto makin murka yang dibuktikan dengan dibredelnya media-media cetak yang memuat materi dari buku tersebut. Namun tak sampai di situ, buku kecil ini pun lalu diterjemahkan ke dalam 8 bahasa oleh Ben Anderson, yakni seorang profesor dari Cornell University, Amerika Serikat. Buku Putih ini dianggap sebagai sebuah keberanian dalam kebenaran mengkritik untuk pertama kalinya secara sistematis terhadap sistem otoriter Orba. Sebab, sebelumnya tak ada satu pun yang berani main protes-protes terhadap pemerintahan Soeharto. Namun inilah kemudian yang membuat salah satunya RR dipenjara. Pada tahun 1978, sewaktu masih menjadi mahasiswa jurusan Teknik Fisika - ITB RR dipenjara oleh rezim penguasa waktu itu karena kritik-kritiknya yang tajam terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggapnya telah melenceng dari cita-cita berbangsa dan bernegara.[2]

Profesional

Dengan berbekal kepandaiannya berbahasa Inggris, RR pun mencari-cari peluang beasiswa untuk studi di luar negeri. Alhasil, RR berhasil mendapatkan beasiswa dari Ford Foundation. “Saya diterima sebagai mahasiswa Boston University atas rekomendasi Rektor ITB serta Adnan Buyung Nasution, yang kemudian beberapa waktu silam pernah menjadi lawyer saya saat saya diadili dalam kasus yang mirip-mirip dengan masa lalu. Mereka mengatakan bahwa Rizal Ramli itu anak-nya pintar, kreatif dan berani, sampai itu direkomendasikan. Tetapi, begitu melihat nilai ujian untuk lolos menuju Boston, angkanya jadi jelek semua,” cerita RR sambil tertawa.

Meski begitu, pada tahun 1980, RR masih diterima sebagai mahasiswa percobaan di Boston University selama enam bulan, ikut program S1 Ekonomi. Di situlah RR membuktikan kualitasnya menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswa percobaan di Boston University. Dan ternyata, RR memang berhasil membuktikan diri mampu menjadi mahasiswa yang baik dengan nilai-nilai hasil ujian yang seluruhnya bagus. “Ujian mata kuliah Ekonomi Makro saya nilainya A, mengalahkan bule-bule. Dari situlah saya kemudian ditetapkan menjadi mahasiswa biasa (bukan lagi mahasiswa percobaan),” ujar RR seraya menambahkan bahwa kuliah yang sedianya ditempuh selama dua tahun, berhasil diselesaikannya hanya dalam waktu 1,5 tahun. RR mengaku memiliki dua pertimbangan saat mendapatkan tawaran untuk melanjutkan kuliah ke tingkat lebih tinggi. Yakni pertama, meski nilai studi ekonominya bisa lulus dengan nilai bagus, tetapi RR merasa belum begitu memahami seputar ilmu ekonomi karena basis keilmuannya adalah di ilmu exact science. Kendati begitu RR sesungguhnya merasa mampu mencari dan menggali solusi apabila diberi masalah di bidang ekonomi.

Kedua, RR memikirkan usianya yang kala itu telah memasuki 30 tahun, tetapi masih single. “Saya merasa butuh untuk segera mencari pacar, lalu menikah,” ucap RR sambil tertawa. Dari kedua pertimbangannya tersebut, RR pun memilih untuk kembali ke Jakarta, kemudian bekerja selama setahun sebagai Redaktur di Prisma. RR pun sudah menemukan seorang wanita yang dipacarinya, yakni seorang mahasiswi jurusan Arsitektur tingkat akhir di ITB. “Saya akhirnya menikah dengan Herawati tahun 1982,” katanya. Karena merasa sudah mampu untuk kembali melanjutkan studi, RR pun meneruskan pendidikannya kembali di Boston University melalui beasiswa sekaligus biaya hidup. Tetapi karena RR kala itu sudah beristri dan telah memiliki dua orang anak, praktis dana beasiswa tersebut tidak cukup. Untuk menutupi kekurangannya tersebut, RR bekerja menjadi asisten researcher. Sementara istri RR, Herawati yang memang sudah berpredikat sebagai seorang arsitek itu juga berhasil bekerja di Biro Arsitek di Boston. Namun, Herawati diam-diam juga berkeinginan untuk kembali kuliah. RR merestuinya, setelah 3 hingga 4 tahun bekerja dan cukup uang, Hera pun diterima di Harvard School of Planning. “Semuanya berjalan dengan baik. Hera meski bekerja dan kuliah tetapi juga bisa mengurus dua anak. Begitu pun adanya dengan saya,” kenang RR seraya mengungkapkan bahwa kala itu di Boston belum ada suami-istri asal Indonesia yang bekerja, kuliah sambil mengurus anak.

Dan ini, kata RR, adalah menjadi sebuah legenda, yakni keluarga perjuangan. Dan RR mengaku sangat bersyukur kepada Tuhan karena semuanya bisa beres dan selesai dengan meraih gelar Ph.D. Yang kemudian RR mampu tampil sebagai sosok yang matang, bukan hanya matang dalam pendidikan dan intelektualitas, tetapi alam juga telah menempanya hingga mampu menjadi seorang tokoh nasional yang juga telah matang untuk menjadi seorang pemimpin di negeri ini.

Sekembalinya dari Amerika Serikat setelah menyelesaikan pendidikan Doktor ekonominya, Ramli bersama beberapa orang ekonom lain seperti Laksamana Sukardi mendirikan ECONIT Advisory Group. Ketika masih aktif sebagai Managing Director Econit, Dr. Rizal Ramli dan rekan-rekannya di lembaga think-tank ekonomi independen ini sering mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintah Orde Baru. Misalnya saja kritik terhadap kebijakan Mobil Nasional, Pupuk Urea, Pertambangan Freeport, dan sebagainya. Bersama dengan beberapa orang koleganya Dr. Rizal Ramli mendirikan Komite Bangkit Indonesia (KBI) dan saat ini sekaligus menjabat sebagai ketua.

Kabulog

Saat menjadi Kabulog, ia juga berhasil membawa keuntungan bagi Bulog meski ia hanya memimpin selama 15 bulan. Rizal berhasil memberikan terobosan baru yang seketika mendongkrak nilai perekonomian Bulog hanya dalam kurun waktu enam bulan. Di bawah tangan dinginnya, ia membuat Bulog menjadi sebuah instansi yang lebih transparan dan accountable, misalnya dengan penghapusan rekening off-budget menjadi on-budget yang mengakibatkan angka surplus yang cukup tinggi bagi Bulog. Jelas saja itu merupakan suatu prestasi setelah krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1998.


Ia juga melakukan penyederhanaan dan konsolidasi rekening-rekening Bulog yang sebelumnya berjumlah 117 rekening menjadi hanya 9 rekening saja. Selama kepemimpinan Dr. Rizal Ramli di Bulog inilah dilakukan proses restrukturisasi untuk mempersiapkan Bulog menjadi Perusahaan Umum (Perum). Kalau kita mengingat kembali hampir semua Kabulog selama menjabat pasti masuk penjara karena hampir semua terlibat kasus korupsi, karena Bulog adalah lahan basah dan mudah untuk korupsi. Sepanjang sejarah Bulog hanya 2 orang Kabulog yang tidak masuk penjara salah satunya Dr. Rizal Ramli. Kenyataan ini membuktikan bahwa beliau benar benar sosok pejuang pembangunan yang bersih dari segala korupsi, kolusi dan nepotisme. LPI: Rizal Ramli Sosok Presiden Paling Ideal (Senin, 13 Mei 2013) Demikian hasil survei yang dirilis Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) berjudul Hitam Putih Capres 2014; Dia dianggap memenuhi kriteria pemimpin yang dibutuhkan Indonesia ke depan, yaitu nasionalis, bersih dari KKN, cerdas, tegas, dan merakyat.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Dr. Rizal Ramli diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada bulan Agustus 2000. Beberapa hari setelah diangkat sebagai Menko Perekonomian menggantikan Kwik Kian Gie, Dr. Rizal Ramli lalu mencanangkan 10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi. Program percepatan pemulihan ekonomi tersebut meliputi :

  1. Menciptakan stabilitas di sektor finansial
  2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat di pedesaan untuk memperkuat stabilitas sosial-politik
  3. Memacu pengembangan usaha skala mikro dan usaha kecil menengah (UKM)
  4. Meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani
  5. Mengutamakan pemulihan ekonomi berlandaskan investasi daripada berlandaskan pinjaman
  6. Memacu peningkatan ekspor
  7. Menjalankan privatisasi bernilai tambah
  8. Melaksanakan desentralisasi ekonomi dengan tetap menjaga keseimbangan fiskal
  9. Mengoptimalkan pemanfaatan suberdaya alam, dan
  10. Mempercepat restrukturisasi perbankan

Mei 2001, saat mantan dosen Program Magister Manajemen Fakultas Pasca Sarjana UI ini menjabat sebagai Menteri Perekonomian juga membuat terobosan lain dengan mendorong penghapusan cross-ownership dan cross-management antara PT Telkom dan PT Indosat. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetisi dan mendorong kedua operator telekomunikasi nasional tersebut menjadi full service operators. Lewat terobosannya tersebut, banyak pihak menilai bahwa langkah yang dilakukan Rizal adalah langkah yang tepat sehingga dapat memberikan keuntungan bagi negara.

Rizal Ramli pernah menyelamatkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dari kebangkrutan tanpa menyuntik uang tapi melalui revaluasi asset, sehingga modal yang dari minus 9 Triliun Rupiah melonjak menjadi surplus 119,4 Triliun Rupiah. Ia juga pernah membuat PT. Semen Gresik menjadi satu dari tujuh BUMN yang paling menguntungkan dengan mencatat laba bersih dari 1,3 Triliun Rupiah menjadi 1,8 Triliun Rupiah pada tahun 2007.

Rizal Ramli dikenal sebagai "Sang Penerobos" karena ide-idenya yang tidak konvensional namun tepat sasaran, kepentingan rakyat menjadi dasar keputusannya saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada era pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur.

Tokoh Nasional yang Mendunia

Sebagai Seorang Ekonom Alumni Boston University ia juga memiliki jaringan pergaulan Internasional. Ia adalah salah satu ahli ekonomi Indonesia yang dipercaya menjadi penasehat ekonomi PBB bersama ekonom Internasional lainnya seperti peraih Nobel Ekonomi, Prof. Amartya Sen dari Harvard University, serta dua peraih Nobel lainnya, Prof. Sir James Mirrlees Alexander dari Inggris dan Dr. Rajendra K. Pachuri dari Yale University , Helen Hunt dari UNDP, Prof Francis Stewart dari Oxford University, Prof Gustave Ranis dari Yale University, Prof Patrick Guillaumont dari Prancis, Prof Nora Lustig dari Argentina, dan Prof Buarque dari Brasil.[3]

Pada The United Nation’s Second Advisory Panel Meeting bulan Juni 2012, Rizal telah membawa enam topik makalah, yakni Prospect for the Economy and Democracy in Indonesia, Post Yudhoyono Indonesia and Asian Power, Indonesia Strategic Economic & Political Outlook and Asian Powers, Indonesia’s Economic Outlook and Asian Economic Inegration, Indonesian Democracy at The Cross Road, dan Indonesian Economy and Rule of Law under SBY Administration. Seperti panel pada pertemuan pertama, pertemuan kedua juga dihadiri oleh anggota tim ahli PBB dan para pakar pilihan dari berbagai negara.

Rizal memahami dengan baik Ekonomi Global dan sama sekali tidak mungkin ia anti Ekonomi Pasar. Lebih konyol lagi jika ia dinilai anti modal asing. Posisinya sebagai Penasihat Ekonomi PBB merupakan salah satu bukti bahwa pandangan ekonominya bisa diterima masyarakat Internasional. “Kita sudah pasti mendukung ekonomi pasar, tapi ada lima hal yang tidak boleh diserahkan kepada pasar, yakni antara lain pendidikan, kesehatan, militer, keberpihakan kepada rakyat,” kata Rizal.

“Saya sejak awal menyebutkan pentingnya kita mengimplementasikan ekonomi konstitusi,” tambah mantan aktivis ITB Bandung yang pernah dipenjara di Sukamiskin karena memprotes kebijakan pemerintah Orde Baru yang merugikan rakyat. Dalam UUD sudah cukup jelas tercantum sistem ekonomi yang harus dianut Indonesia. “Tinggal kita konsisten saja mengelaborasi UUD itu dalam UU dan peraturan pelaksanaan, dari peraturan pemerintah hingga perda. Tapi, yang sekarang terjadi, kita malah melenceng ke ekonomi neoliberal,” kata Rizal.

Untuk meluruskan kembali Politik dan Ekonomi Indonesia yang dinilainya sudah salah arah, Rizal sejak paruh pertama tahun 2000-an memimpin Indonesia Bangkit, sebuah think-thank yang secara periodic memberikan penilaian tentang situasi sosial-politik dan ekonomi Indonesia. Ia juga rajin mengunjungi desa-desa untuk mengajak masyarakat menggapai Indonesia yang lebih baik.

Sepak terjangnya di dalam negeri juga berhasil merebut simpati rakyat. Dari hari ke hari, popularitasnya terus menanjak. Di tengah “kekeringan” figur negarawan, kehadirannya mampu mengisi harapan rakyat yang menginginkan perubahan. Tapi, dikalangan elite ekonomi, khususnya para pelaku pasar keuangan, ia belum cukup dikenal. ialah satu bukti minimnya pemahaman mereka tentang figure ini adalah penilaian yang keliru. Ke depan, Indonesia memang membutuhkan Tokoh Nasional yang berwawasan Internasional. Negarawan yang konsisten memperjuangkan kepentingan Nasional, tapi mampu meyakinkan masyarakat dunia.

Referensi

  1. ^ Istri Rizal Ramli Meninggal Dunia detikNews, 1 Maret 2011. Diakses 11 Mei 2013.
  2. ^ Rizal Ramli; Pemimpin Mahasiswa ITB Tidak Ada Yang Menonjol Majalah Ganesha ITB, 28 Maret 2012. Diakses 6 Mei 2013.
  3. ^ Tokoh Nasional yang Mendunia Investor Daily, 24 Mei 2012. Diakses 11 Mei 2013.

Pranala luar



Didahului oleh:
Kwik Kian Gie
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
23 Agustus 2000 - 12 Juni 2001
Diteruskan oleh:
Burhanuddin Abdullah
Didahului oleh:
Prijadi Praptosuhardjo
Menteri Keuangan
12 Juni 2001 - 9 Agustus 2001
Diteruskan oleh:
Boediono
Didahului oleh:
Jusuf Kalla
Kepala Bulog
Maret 2000 - 19 Februari 2001
Diteruskan oleh:
Widjanarko Puspoyo