Lompat ke isi

Group Danone

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 11 Agustus 2014 18.47 oleh Rotlink (bicara | kontrib) (fixing dead links)
Group Danone S.A.
Société Anonyme
Kode emitenEuronextBN, OTCBB: GDNNY
IndustriPemrosesan makanan
DidirikanBarcelona, Spanyol (1915)
Kantor pusatBoulevard Haussmann
Arondisemen ke-9, Paris, Perancis
Tokoh kunci
Franck Riboud (Ketua dan CEO), Jacques Vincent (Wakil Ketua dan COO)
ProdukProduk susu, air, makanan bayi
Pendapatan17,01 miliar (2010)[1]
€2,578 miliar (2010)[1]
€1,870 miliar (2010)[1]
Total aset€28,10 miliar (akhir 2010)[1]
Total ekuitas€11,99 miliar (akhir 2010)[1]
Karyawan
101.000 (akhir 2010)[1]
Situs webwww.danone.com
Berkas:Danone.png
Logo Danone
Pabrik Danone di Paris

Groupe Danone adalah perusahaan multinternasional yang memproduksi berbagai jenis makanan dan minuman. Danone mengklaim sebagai pemimpin di pasar produk turunan susu[2] atau air minum dalam kemasan. Pada tahun 2006 Danone membeli perusahaan makanan bayi terbesar kedua di dunia setelah membeli Numero.[3] Di Amerika Serikat, Danone dipasarkan dengan namanya Dannon, yang merupakan anak perusahaan dari Group Danone.

Danone memegang beberapa merek terkenal air minum seperti Volvic, Evian, Aqua, dan Badoit. Sekitar 57% dari penjualan pada tahun 2007 berasal dari produk turunan susu, 23% dari minuman, dan 11% dari biskuit dan sereal.Iklan Danone Indonesia diambil oleh lisensi Saatchi & Saatchi Jakarta.[4]

Sejarah

Nama

Nama Danone berasal dari sebuah perusahaan kecil yang didirikan pada tahun 1915 oleh Isaac Carasso di Barcelona (Spanyol). Perusahaan ini memproduksi yogurt dan diberi nama berdasarkan anak pertama Carasso, Daniel Carasso.

Sepuluh tahun kemudian, pabrik pertama di Perancis dibangun. Selama masa pendudukan Jerman di Perancis pada Perang Dunia 2, Daniel memindahkan perusahaan ke New York untuk menghindari penyitaan akibat kepercayaan Yahudi yang dianutnya. Di Amerika Serikat, Daniel berpartner dengan Joe Metzger dan mengubah mereknya menjadi Dannon agar lebih cocok dengan orang Amerika.

Pada tahun 1953, Daniel Carasso menjual bisnisnya di Amerika Serikat dan kembali pulang ke Paris untuk mengelola bisnis keluarga di Perancis dan Spanyol. Di Eropa, pada 1961, Danone melakukan merger dengan Gervais, produsen keju, dan mengubah nama menjadi Gervais Danone.

Pada tahun 1976, Gervais Danone melakukan merger dengan Boussois-Souchon-Neuvesel (BSN). BSN didirikan oleh keluarga Antone Riboud, yang mengubahnya dari perusahaan besar menjadi perusahaan makanan terbesar di Eropa melalui merger dan akusisi pada tahun era 70-an.

Reorientasi strategi

Former Danone head office

Danone awalnya mengambil strategi integrasi vertikal dengan mengakuisisi pembuatan bir Kronenbourg dan air mineral Evian, yang merupakan pelanggan terbesar BSN. Pada tahun 1980, perusahaan meninggalkan bisnis pembuatan botol dengan melepas anak perusahaannya, Verreries Buossois. Pada tahun 1986, Gervais Danone membeli perusahaan biskuitnya Eropa Général Biscuit, pemilikku brand LU. Pada tahun 1989 perusahaan juga membeli bisnis produk biskuit Nabisco di Eropa.[5]

Pada tahun 1993, BSN mengubah namanya menjadi Groupe Danone, mengadopsi nama grup utama. Pada tahun 1995, Franck Riboud menggantikan ayahnya, Antoino, sebagai CEO. Di bawah France Aquino, perusahaan melanjutkan usahanya dengan fokus pada tiga kelompok produk utama: produk turunan susu (dairy), minuman, dan sereal, serta menjual bisnis-bisnis non-pornologi.

Mulai tahun 1998 hingga 2000, perusahaan menjual kepemilikannya di bisnis pembuatan botol dan bir, termasuk menjual merek Kronenbourg dan 1665.[6] Perusahaan menjual bisnis keju dan daging ternak di Italia, (Egidio Galbani Spa) pada Maret 2001;[7] Merek biskuit Jacob's dan produk sejenis di Kerajaan Inggris juga dijual kepada United Biscuits pada bulan September 2005.[8] Pada bulan Oktober 2006, perusahaan menjual bisnis sausnya, HP Foods[7] dan Amoy Food.[5] Di luar divestasi ini, Danone terus mengembangkan bisnisnya di 4 unit bisnis inti dan menekankannya pada produk kesehatan.[9]

Pada bulan Juli 2008, perusahaan mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Kraft Foods untuk menjual divisi biskuitnya, termasuk LU dan Prince, dengan harga sekitar 5.0 milyar.[3] Pada tahun 2012, divisi biskuit Kraft Foods akhirnya menjadi sepenuhnya milik Mondelēz International.

Perlindungan atas penjualan

Karena fokusnya yang sempit dan ukurannya yang relatif kecil, Danone sering kali menjadi sasaran takeover (pembelian) oleh kompetitornya, antara lain Nestlé dan Kraft Foods. Pada pertengahan Juli 2007, harga saham Danone melonjak 16% dalam 2 minggu akibat beredarnya kabar burung bahwa PepsiCo hendak membeli Danone, namun kabar ini ditepis.[10] Menyadari besarnya kemungkinan Danone, yang dianggap sebagai "aset nasional," dibeli oleh perusahaan asing, pemerintah Perancis membuat rancangan undang-undang untuk melindungi perusahaan-perusahaan "industri strategis", termasuk Danone, dari takeover pihak asing.[11] Rancangan ini kemudian dijuluki sebagai "Danone Law" ("Hukum Danone").[12]

Spekulasi kembali bermunculan pada musim panas 2009, ketika PepsiCo mengumumkan rencana untuk mengembangkan pasarnya di Perancis melalui beberapa akuisisi[13], Kraft juga merencanakan untuk melakukan hal yang sama.[14] Dugaan tersebut akhirnya hilang ketika Danone mengakuisisi Numico.[15]

Tata kelola perusahaan

Kantor pusat Danone

Dewan direksi Danone yang menjabat saat ini dijabat oleh Bruno Bonnell, Richard Goblet d'Alviella, Michel David-Weill, Emmanuel Faber, Jean Laurent, Naomasa Tsuritani, Bernard Hours, Christian Laubie, Hakan Mogren, Jacques-Alexandre Nahmias, Guylaine Saucier, Benoît Potier, Franck Riboud, dan Jacques Vincent.

Markas pusat Danone terletak di gedung 13 Boulevard Haussmann, 9th arrondissement of Paris.[16]

Daftar produk di Indonesia

Semua merek biskuit dari Danone diakuisisi oleh Kraft Foods pada tahun 2003-2004 yang kini menjadi produk biskuit dari Mondelēz International pada tahun 2014. Lihat pulanya: Biskuat

Perusahaan patungan

Lokasi pabrik Danone di seluruh internasional

Danone mengadopsi strategi pertumbuhan dengan membangun perusahaan patuhan, terutama di emerging market. Di pasar tersebut, selama 10 tahun Danone membangun portofolio yang kini menghasilkan total 30% dari seluruh penjualannya.[17]

Danone terus menjalankan strategi ini dan belakangan menandatangani kerjasama dengan perusahaan seperti Al Safi di Arab Saudi (2001),[18] Yakult di India (2005) dan Vietnam (2006), Alqueria di Kolombia (2007), dan Mengniu di China (2006).[17]

Danone pernah mengalami beberapa masalah dengan perusahaan mitranya, salah satunya adalah dengan Hangzhou Wahaha Group (1996) dan Britannia Biscuits di India (1995). Arbritasi dengan Britannia Biscuits ditandatangani di Pengadilan Tinggi Bombay pada 29 Juni sementara arbitrasi dengan Wahaha Group disetujui di Hangzhou pada 17 Juni 2007.

India

Pada tahun 1995, Danone menandatangani perjanjian kerjasama untuk membeli Britannia Industries. Dalam perjanjian ini, Danone setuju untuk tidak meluncurkan merek makanan di India tanpa sepengetahuan keluarga Wadia.[19] Keduanya juga sepakat pada sebuah hak penolakan pertama (right of first refusal) bila salah satu di antara mereka berniat meninggalkan persekutuan.[20]

Namun Danone merasa kecewa dengan pertumbuhan dan strategi marketing di India sehingga menjalankan rencana untuk berinvestasi di perusahaan makanan berbahan baku susu (dairy) secara independen. Pada bulan Mei 2007, Nusli Wadia melayangkan surat pemberitahuan ke Menteri Perdagangan dan Industri bahwa Danone telah melanggar Nota Pers 1, 2005, yang mewajibkan perusahaan asing mendapatkan izin dari partnernya di India sebelum membangun bisnis secara independen setelah Danone melakukan investasi di Avesthagen, perusahaan bio-nutrisi yang berbasis di Bangalore. Danone berpendapat bahwa Nota Pers 1 tidak berlaku dalam kasus ini karena Danone tidak melakukan transfer teknologi maupun perjanjian merek dagang dengan Avesthagen, dan bahwa kepemilikannya atas 25% saham Briannia merupakan kepemilikan tidak langsung.[21] Wadia juga menuntut Danone atas pelanggaran klausa non-kompetisi dalam kontrak. Pengadilan kemudian memerintahkan Danone untuk tidak mengasingkan, membebani, atau menjual saham Avestagen.[22]

Pakistan

Danone membeli 49.5% saham di perusahaan Pakistan Continental Biscuits Limited pada 1984. Sebagai bagian dari takeover Kraft dari divisi biskuit Danone, saham ini kemudian ditransfer ke Kraft Foods Singapore.

China

Bright Dairy

Pada 2001, Danone mengakuisisi 5% saham di Bright Dairy dan, pada Maret 2005, dua kali lipat kepemilikan sahamnya,[23] dan lagi, sampai 20%, pada April 2006, menjadi pemegang saham terbesar ketiga setelah Shanghai Milk Group dan S.I. Food, masing-masing memegang 25.17%.[24] Danone dan Bright mendirikan perusahaan patungan 50-50 yoghurt pada tahun 1992. Danone memberi lisensi Bright Dairy untuk memproduksi dan memasarkan produk di China menggunakan merek Danone. Joint venture mengalami perombakan diversifikasi saham dan go publik pada tahun 2000.[25]

Tak lama setelah meningkatkan sahamnya, rencana Danone yang marah ketika pemerintah Shanghai mengumumkan itu untuk mengkonsolidasikan makanan kota dan pasar minuman dengan menggabungkan Shanghai Bright Dairy Group, perusahaan induk untuk Bright Dairy, dengan Shanghai Sugar Tobacco Wine Co., Shanghai Agriculture Industry dan Commerce Group dan Jinjiang Food. Konglomerat baru, dinamai Bright Foods, akan dikelola oleh pemerintah daerah Shanghai dan Assets Supervision and Administration Commission milik negara.[24]

Para pihak mengumumkan pada bulan Oktober 2007 bahwa Danone akan menjual sahamnya dengan menjual ke dua pemegang saham utama lainnya pada keuntungan kecil.[25] Bright Dairy mengatakan Danone akan membayar 330m yuan (€ 31m) untuk mengakhiri distribusi dan produksi yang ada perjanjian dengan itu.[26]

Wahaha

Hangzhou Wahaha Group, produsen minuman terbesar di Cina,[27] dan Danone menandatangani joint venture produk susu pada tahun 1996, di mana Danone memegang 51%. Ini dianggap oleh majalah Forbes sebagai "showcase" joint venture.[28]

Sebagai bisnis diperluas dan menjadi lebih kompleks, Danone melakukan beberapa upaya untuk mengambil saham eksternal di perusahaan Wahaha untuk joint venture, tetapi ditolak oleh Manajer umum Wahaha Zong Qinghou.[29] Danone dan Zong Qinghou telah menandatangani kesepakatan pada bulan Desember 2006 yang memungkinkan Danone untuk membeli saham mayoritas dalam operasi non-JV tersebut. Namun, Zong memiliki pikiran kedua tentang kesepakatan itu dan mengingkari, mengklaim tawaran itu underpriced dan bertahan selama harga yang lebih tinggi dari Danone.[30]

Sengketa ini mengambil bentuk sengketa merek dagang, dan Danone mengajukan arbitrase di Stockholm pada 9 Mei 2007.[25] On 4 June,[31] Danone mengajukan gugatan di Mahkamah Agung Los Angeles terhadap Ever Maple Trading dan Hangzhou Hongsheng Beverage Co Ltd, perusahaan yang dikendalikan oleh Zong, istrinya, dan anak perempuannya.[32]

Danone Business Game: Trust

"TRUST" adalah permainan bisnis skala internasional yang diorganisasi oleh Groupe Danone dan anak perusahaannya. Permainan bisnis ini merupakan cara Danone mengidentifikasi dan merekrut karyawan yang sesuai dengan nilai-nilai serta cara perusahaan menjalankan bisnis, serta meningkatkan citra perusahaan di mata calon karyawan. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam permainan ini berhadapan dengan berbagai aspek bisnis ketika menyusun strategi yang dibuat untuk sebuah anak perusahaan fiktif.

Permainan ini terdiri dari tiga tahapan:

  • Tahapan pertama: TRUST day: di negaranya masing-masing setiap mahasiswa harus menciptakan strategi 3 tahun untuk sebuah anak perusahaan fiktif.
  • Tahapan kedua, final nasional: Mahasiswa mempresentasikan rencana bisnisnya ke direktur Danone di negara masing-masing. Tim-tim yang bersaing dievaluasi dan satu tim terbaik dikirim ke Paris untuk menjalankan final internasional.
  • Tahapan ketiga, final internasional di Paris. Selama final, setiap finalis nasional bersaing dengan finalis dari negara lainnya.

Referensi

  1. ^ a b c d e f "Annual Report 2010" (PDF). Danone. Diakses tanggal 16 April 2011. 
  2. ^ "Fresh dairy products: our brands". Danone Group. Diakses tanggal 21 September 2008. 
  3. ^ a b "Danone mulls Kraft biscuit deal". BBC News. 3 July 2007. Diakses tanggal 9 July 2007. 
  4. ^ "Annual Report 2006" (PDF). Danone. Diakses tanggal 12 July 2008. 
  5. ^ a b "Setting out to conquer Europe". Danone Group. Diakses tanggal 11 April 2007.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "hist2" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  6. ^ "Scottish & Newcastle acquires Kronenbourg in £1.7bn deal". The Independent. UK. Diakses tanggal 12 April 2007.  [pranala nonaktif]
  7. ^ a b "European Buy-Outs: Italy's many privately owned businesses are welcoming private equity as a way to drive consolidation". Real Deals. 26 January 2006. Diakses tanggal 12 April 2007.  [pranala nonaktif] Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "find2" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  8. ^ "Danone sells its UK biscuits to United". The Independent. UK. 24 July 2004. Diakses tanggal 12 April 2007.  [pranala nonaktif]
  9. ^ "Annual Report on Form 20-F". Danone Group. Diakses tanggal 11 April 2007. 
  10. ^ "PepsiCo ne lance pas d'OPA sur Danone". Associated Press. 25 July 2005. Diakses tanggal 11 April 2007. (Prancis)
  11. ^ "Le gouvernement interdira le rachat de groupes français dans les secteurs stratégiques". Associated Press. Boursorama. 29 August 2005. Diakses tanggal 11 April 2007. (Prancis)
  12. ^ David Rothnie, US companies may bid for Danone division, Financial News, 28 Jun 2007
  13. ^ "Pepsico travaille sur des projets de croissance externe en France". AOF. Boursorama. 21 July 2006. Diakses tanggal 11 April 2007. (Prancis)
  14. ^ "Danone: Reprise des spéculations un an après les rumeurs PepsiCo". Associated Press. 23 June 2006. Diakses tanggal 11 April 2007. (Prancis)
  15. ^ "Eschewing Snacks, Danone Goes for Baby Food". Forbes. 9 July 2007. Diakses tanggal 9 July 2007. 
  16. ^ "Contacts." Groupe Danone. Retrieved on 23 March 2010.
  17. ^ a b James T. Areddy & Deborah Ball, Danone's China Strategy Is Set Back, Wall Street Journal, Page A10, 15 June 2007
  18. ^ Sejarah Al Safi Danone
  19. ^ Ruth David, Danone's Indian Cookie JV Set To Snap, Forbes, 25 June 2007
  20. ^ Danone may dissolve ties with Britannia, IRIS NEWS DIGEST, 21 June 2007, Retrieved 18 July 2007
  21. ^ Danone denies JV with India's Britannia; to proceed with solo plans – report, Thomson Financial, 25 May 2007
  22. ^ Wadias take Danone to court, 5 December 2006
  23. ^ Danone to double Bright Dairy stake, People's Daily, 4 March 2005
  24. ^ a b Vivian Wai-yin Kwok, Danone Sells Out Of Bright Dairy, Forbes, 16 October 2007
  25. ^ a b c Xinhua, "Partnership ends as China's Bright Dairy confirms Danone's stake sale", Sina.com, 16 October 2007, retrieved 18 October 2007 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "xinhua" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  26. ^ Neil Merrett, Danone sells Chinese dairy stake, Dairy Reporter, 17 October 2007
  27. ^ "Danone set to sue Wahaha over breach of contract". South China Morning Post. Hong Kong. 11 April 2007. hlm. B3. 
  28. ^ Elaine Kurtenbach (27 June 2007). "Wahaha-Danone Feud Highlights Pitfalls". Forbes. Diakses tanggal 17 July 2007.  [pranala nonaktif]
  29. ^ "Danone and Wahaha vie for the last laugh". South China Morning Post. Hong Kong. 11 June 2007. hlm. B3. 
  30. ^ 签约与悔约(regrets) Wahaha – atypical commercial dispute, Caijing Issue 185, 14 May 2007 (Tionghoa)
  31. ^ "current developments regarding Wahaha dispute" (Siaran pers). Danone Group. 12 June 2007. Diakses tanggal 21 June 2007. 
  32. ^ Danone, Wahaha set for arbitration dispute in China, Agence France-Presse story, France 24, 18 June 2007

Pranala luar