Lompat ke isi

Samatha

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 22 Mei 2014 05.46 oleh Bthohar (bicara | kontrib) (translated from En WP)

Samatha (Pali), (Sanskerta: शमथ, śamatha) adalah praktik meditasi Buddhis (bhavana) mengenai penenangan pikiran (citta) dan “formasi”-nya (sankhara). Hal ini dilakukan dengan berlatih meditasi fokus-tunggal yang pada umumnya dilakukan melalui kesadaran pernapasan. Samatha umum ditemukan pada semua tradisi Buddhis.

Istilah

Istilah Tibet untuk samatha adalah shyiné (Wylie: zhi-Gnas). Menurut Jamgon Kongtrul, wawasan dapat dikumpulkan melalui penafsiran etimologi samatha dan shyiné:

Istilah Tibet (untuk samatha adalah) shyiné [shi-ne] (shi-Gnas) dan Sanskerta adalah Shamatha. Dalam istilah bahasa Tibet, suku kata pertama, shi, dan dalam istilah bahasa Sansekerta, dua suku kata pertama, shama, mengacu pada "kedamaian" dan "keamanan". Arti kedamaian atau keamanan dalam konteks ini adalah bahwa biasanya pikiran kita seperti gemuruh topan. Gemuruh tersebut adalah kecemasan pikiran. Pikiran kita pada dasarnya merupakan suatu perhatian obsesif terhadap masa lalu, konseptualisasi tentang masa kini, dan terutama perhatian yang obsesif terhadap masa depan. Ini berarti bahwa biasanya pikiran kita tidak mengalami saat sekarang sama sekali.[1]

Bidang semantik dari shi dan shama adalah "keamanan", "perlambatan atau pendinginan", "istirahat". Bidang semantik adalah "untuk mematuhi atau tetap" dan hal ini serumpun atau setara dengan suku kata akhir istilah dalam bahasa Sanskerta, tha.[2]

Penerapan

Samatha (ketenangan) dianggap sebagai prasyarat konsentrasi. Dalam hal praktek meditatif, samatha mengacu pada teknik yang membantu dalam menenangkan pikiran. Salah satu teknik utama yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam hal ini adalah kesadaran pernapasan (Pali: anapanasati). Praktek ini juga digunakan untuk memusatkan pikiran. Dengan demikian, meditasi samatha dan meditasi konsentrasi sering dianggap identik. Tujuannya adalah pendirian perhatian seperti yang digunakan dalam hubungannya dengan praktik wawasan (P: vipassanā; S: vipaśyanā), penyelidikan sifat benda, seperti yang ditemui dalam tradisi dzogchen, sehingga menghasilkan kebijaksanaan (P: panna, S : prajna). Samatha umumnya dilakukan sebagai awal untuk dan dalam hubungannya dengan praktik kebijaksanaan.[3]

Melalui pengembangan meditatif dari kediaman yang tenang, seseorang dapat menekan munculnya lima rintangan. Dengan penekanan terhadap rintangan-rintangan ini, pengembangan meditatif wawasan menghasilkan kebijaksanaan yang membebaskan.[4]

Dalam tradisi Theravada, terdapat empat puluh obyek meditasi. Kesadaran (sati) pernafasan (Anapana: anapanasati; S. ānāpānasmṛti) adalah praktek samatha yang paling umum. Samatha dapat mencakup praktek-praktek samadhi lainnya juga.

Beberapa praktek meditasi seperti perenungan objek kasina mendukung pengembangan samatha, praktek lainnya seperti kontemplasi kelompok yang kondusif untuk pengembangan vipassana, sementara praktek yang lainnya seperti perhatian pada pernapasan secara klasik digunakan untuk mengembangkan kedua kualitas mental tersebut.[5]

Rujukan

  1. ^ Ray, Reginald A. (Ed.)(2004). In the Presence of Masters: Wisdom from 30 Contemporary Tibetan Buddhist Teachers. Boston, Massachusetts, USA: Shambhala Publications. ISBN 1-57062-849-1 (pbk.: alk. paper) hal.69.
  2. ^ Ray, Reginald A. (Ed.)(2004). In the Presence of Masters: Wisdom from 30 Contemporary Tibetan Buddhist Teachers. Boston, Massachusetts, USA: Shambhala.ISBN 1-57062-849-1 (pbk.: alk. paper) hal.70.
  3. ^ Wallace, A. (2006) The Attention Revolution. Wisdom Publications, ed. 1. hal.164
  4. ^ AN 2.30.
  5. ^ Lihat, misalnya, Bodhi (1999) dan Nyanaponika (1996), hal. 108