Turah
Turah | |
---|---|
Berkas:Poster Turah.jpg | |
Sutradara | Wicaksono Wisnu Legowo |
Produser | Ifa Isfansyah |
Ditulis oleh | Wicaksono Wisnu Legowo |
Pemeran | Ubaidillah Slamet Ambari Yono Daryono Rudi Iteng Firman Hadi Narti Diono Bontot Sukandar |
Distributor | Fourcolours Films |
Tanggal rilis | 2016 |
Durasi | 83 menit |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Jawa dialek Tegal |
Turah adalah film drama berbahasa Tegal produksi Fourcolours Films pada tahun 2016. Film berdurasi 83 menit, ini disutradarai oleh Wicaksono Wisnu Legowo, dengan menampilkan para aktor antara lain Ubaidillah, Slamet Ambari, Yono Daryono, Rudi Iteng, Firman Hadi, Bontot Sukandar, Narti Diono, dan lain-lain. Turah menceritakan tentang kehidupan masyarakat Kampung Tirang di Kota Tegal yang mengalami isolasi selama bertahun-tahun yang kemudian memunculkan berbagai problema. Tahun 2016, film ini memenangi 3 kategori sekaligus; Geber Award dan Netpac Award dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival. Sedangkan kategori Asian Feature Film Special Mention diraih dalam Singapore International Film Festival.[1][2][3][4][5][6]
Latar belakang
Di pesisir pantai utara, dekat dengan Pelabuhan Tegalsari Kota Tegal, ada sebuah perkampungan yang berdiri di atas tanah timbul. Kampung tersebut dikelilingi oleh air laut dan termasuk wilayah kategori miskin serta terpencil. Listrik menyala hanya pada malam hari serta tidak ada air bersih. Oleh masyarakat sekitar, kampung itu dikenal sebagai Kampung Tirang. Kondisi tersebut menginspirasi sineas muda Tegal, Wicaksono Wisnu Legowo, untuk mengangkat kisah hidup para warga di Kampung Tirang melalui film layar lebar dengan lakon Turah. Proses produksi film itu dilaksanakan di Kampung Tirang, dengan menggandeng para aktor teater, wartawan, dan masyarakat sekitar. Film ini menggambarkan problema sosial masyarakat setempat.
Sinopsis
Kerasnya persaingan hidup menyisakan orang-orang kalah di Kampung Tirang. Mereka dijangkiti pesimisme dan diliputi perasaan takut. Terutama kepada Darso, juragan kaya yang telah memberi mereka ‘kehidupan’. Pakel, sarjana penjilat di lingkaran Darso dengan pintar membuat warga kampung makin bermental kerdil. Situasi tersebut memudahkannya untuk terus mengeruk keuntungan. Setitik optimisme dan harapan untuk lepas dari kehidupan tanpa daya hadir pada diri Turah dan Jadag. Peristiwa-peristiwa terjadi, mendorong Turah dan Jadag untuk melawan rasa takut yang sudah akut dan meloloskan diri dari narasi penuh kelicikan. Ini adalah usaha sekuat daya dari mereka, orang-orang di Kampung Tirang, agar mereka tidak lagi menjadi manusia kalah, manusia sisa-sisa.
Para pemain
- Ubaidillah sebagai Turah
- Slamet Ambari sebagai Jadag
- Yono Daryono sebagai Darso
- Rudi Iteng sebagai Pakel
- Narti Diono sebagai Kanti
- Cartiwi sebagai Rum
- Muh. Riziq sebagai Roji
- Siti Khalimatus Sadiyah sebagai Sulis
- Aminah sebagai Nenek Sulis
- M. Ilham Maulana sebagai Agung
- Bontot Sukandar sebagai Kandar
- Sulistyo Kusumawati sebagai Ibu Slamet
- Firman Hadi sebagai Petugas Sensus 1
- Lukman Jiwa sebagai Petugas Sensus 2
- Bambang Suwidagdo sebagai Polisi 1
- Ali Mukti sebagai Polisi 2
- Dicky Mareta sebagai Polisi 3
- Wawan Hudiyanto sebagai Wartawan 1
- Citra Egi sebagai Wartawan 2
- M. Haikal sebagai Wartawan 3
- Khaerul Anam sebagai Wartawan 4
Lihat pula
Pranala luar
Referensi
- ^ Suara Merdeka Kisah Warga Kampung Tirang Diangkat ke Layar Lebar diakses 23 November 2016
- ^ DPRD Kota Tegal Kisah Warga Kampung Tirang Diangkat ke Layar Lebar diakses 23 November 2016
- ^ Singapore International Film Festival Film: Turah diakses 23 November 2016
- ^ Jogja-Netpac Asian Film Festival Film:Turah diakses 23 November 2016
- ^ Detik Hot Turah Berkompetisi di Singapura dan JAFF-Netpac Asian Film Festival diakses 4 Desember 2016
- ^ Suara Merdeka Turah Mengekspose Korupsi dan Kematian, diakses 6 Desember 2016