Lompat ke isi

Portal:Pertanian/Berita terkini/Maret/2016

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 3 Maret 2017 09.56 oleh Hysocc (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '<noinclude>;31 Maret 2016</noinclude> {{berita |tgl = 31 Maret 2016 |ber = "Pertanian tropis di Asia mengalami kerugian ekologis jika dibandingkan dengan keuntungan ya...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
31 Maret 2016
  • "Pertanian tropis di Asia mengalami kerugian ekologis jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan dari perdagangan internasional. Sebuah riset dari National University of Singapore menyimpulkan hal tersebut dengan membandingkan secara kuantitatif kerugian ekologis dari pertanian seperti hilangnya hutan dan ekosistem hewan liar. Karena selama ini peningkatan nilai perdagangan yang dituju dilakukan dengan cara mengeliminasi hutan dan ekosistem hewan liar. Mereka berharap hasil penelitian ini dapat mengubah kebijakan perdagangan negara-negara di Asia." (Asian Scientist) (Food Navigator)

30 Maret 2016
  • "Nigeria, melalui menteri pertaniannya, menyatakan telah mencapai produksi singkong 45 juta metrik ton pada tahun 2015, yang menjadikannya negara produsen singkong terbesar di dunia. Ia menyatakan hasil ini tercapai berkat kerja sama dengan Synergos dan Bill and Melinda Gates Foundation yag membantu diseminasi 35 varietas singkong di negara tersebut. Penggilingan gandum juga didorong untuk membantu menyerap produksi singkong tersebut dengan ikut menggilingnya menjadi tepung singkong." (Daily Trust) (All Africa)

29 Maret 2016
  • "Negara bagian Minnesota memiliki masalah yang umum terjadi di bidang pertanian, yaitu terkait petani yang sudah memasuki usia lanjut dan keberadaan pemuda yang kesulitan akses lahan pertanian dan alsintan sehingga sulit menjadi petani. Departemen Pertanian Minnesota mempertemukan keduanya, dengan harapan para pemuda mendapatkan akses lahan dan alsintan sehingga dapat melanjutkan produksi hasil tanaman." (The Republic) (La Crosse Tribune)

28 Maret 2016
27 Maret 2016
  • "Produsen makanan raksasa di Amerika Serikat mulai berbalik arah dan mendukung pelabelan GMO pada produk mereka. Label ini bertujuan untuk memberitahu konsumen bahwa dalam produk tersebut terdapat GMO. Sebelumnya mereka sangat menentang dengan dalih kebijakan tersebut sangat tidak efisien. Meski berbagai konsensus ilmiah menyatakan bahwa GMO aman dikonsumsi, namun gerakan mendukung pelabelan tetap muncul dengan alasan 'hak untuk mengetahui' seharusnya dijamin oleh konstitusi." (SF Chronicle) (Ecowatch)

  • "Jepang kembali melakukan perburuan paus dengan dalih riset. Sejak meluncur awal Desember lalu, Jepang telah membunuh lebih dari 300 paus. 90 persen dari 250 paus betina yang tertangkap dalam keadaan hamil. Asosiasi Perburuan Paus Jepang mengklaim bahwa data hasil "penelitian" yang mencakup jumlah populasi, truktur usia dalam populasi, laju pertumbuhan, laju reproduksi, tingkat penyerapan nutrisi, kadar kontaminan dalam daging paus, dan sebagainya tidak bisa didapatkan tanpa membunuh." (Inquisitr) (NPR)

22 Maret 2016
  • "Sebuah riset dari Pemerintah Norwegia terhadap kerabat liar tanaman pertanian (KLTP) menemukan bahwa bank gen belum menyimpan banyak spesies KLTP penting. KLTP memiiki peran penting sebagai sumber gen untuk penelitian genetika terkait demi memperbaiki kode genetik dari tanaman pertanian yang kini dimakan manusia. Perubahan iklim menantang ketangguhan tanaman pertanian, sehingga berbagai riset dibutuhkan untuk mendapatkan varietas baru dengan gen yang bersumber dari KLTP." (Phys.org) (VOA)

19 Maret 2016
Petani modern
Petani modern
  • "Meski kebutuhan terhadap bahan pangan terus meningkat, namun semakin sedikit pemuda yang ingin bekerja di bidang pertanian. Hasil survei yang dilakukan ORC International terhadap 1000 lebih pemuda yang lahir setelh tahun 2000, menemukan bahwa hanya 9% yang berminat bekerja di bidang pertanian. Minat terbesar, yaitu 21% masing-masing dipegang oleh bidang kesehatan dan bidang teknologi." (Farm Futures) (Des Moines Registers)

18 Maret 2016
  • "Setelah vending machine berisi roti baguette populer di Prancis, kini sebuah toko daging di Paris berinovasi dengan menyediakan vending machine untuk Pâté, yaitu produk daging yang diolah dari daging cincang. Mereka terinspirasi dari banyaknya calon konsumen yang hanya bisa hadir di hari mereka tutup, sehingga vending machine yang menyala 24 jam dapat menjadi solusi." (San Franscisco Chronicle) (USA Today)

17 Maret 2016
  • "Delta sungai Mekong di Vietnam Selatan mengalami kekeringan terparah akibat El Nino. Kawasan ini merupakan lumbung padi terbesar di Vietnam. Kekeringan ini mengakibatkan turunnya produksi hingga satu juta ton. Namun kondisi ini tidak mengganggu ketahanan pangan Vietnam, karena negara ini telah mengekspor hingga tujuh juta ton per tahun. Namun kekeringan ini dapat mengurangi kesejahteraan petani yang berladang di kawasan tersebut." (Daily Mail) (ABC News)

16 Maret 2016
  • "Paket kebijakan terhadap peternakan susu di Eropa menjadikan harga susu terus turun. Suplai susu berlebih namun permintaan yang rendah di Eropa, yang diakibatkan embargo balasan dari Rusia menyebabkan peternakan sapi di seluruh Eropa terus merugi. Kondisi ini membuat Uni Eropa harus membayar peternak untuk 'menghentikan produksi' demi kestabilan suplai. Namun paket kebijakan kemungkinan tidak mampu mempertahankan pendapatan peternak dalam waktu lama." (Stuff.co.nz) (Agriland)

14 Maret 2016
13 Maret 2016
  • "Berbagai lembaga kemasyarakatan dan partai politik di India menolak keberadaan Monsanto dan produknya melalui jalur hukum. Beberapa di antara tuntutan hukum yang dikeluarkan adalah tuduhan monopoli produk dan kurangnya kelayakan ilmiah terhadap benih tanaman transgenik produksi Monsanto. Selain itu, keampuhan tanaman transgenik mulai diragukan, karena beberapa hama utama mulai memperlihatkan resistansinya. Salah satunya adalah kapas yang produksinya di India terserang hama meski menggunakan produk Monsanto." (Wall Street Journal) (The Wire)

11 Maret 2016
  • "Kadar metana di atmosfer meningkat tajam sejak tahun 2006. Penyebabnya, menurut peneliti dari National Institute of Water and Atmospheric Research, adalah budi daya padi di Asia Tenggara, China, dan India, serta pemeliharaan sapi. Mereka membuat kesimpulan tersebut berdasarkan rasio isotop karbon C-13/C-12 yang ditemukan pada metana di udara, yang sesuai dengan hasil metabolisme mikroba. Sedangkan aktivitas mikroba yang menghasilkan metana bisa ditemukan di lahan basah (seperti rawa dan sawah) serta aktivitas pencernaan hewan ternak. Mereka mengeliminasi rawa dari daftar kemungkinan karena berdasarkan data satelit, emisi metana terbesar tidak berasal dari rawa, melainkan dari kawasan lumbung padi." (Science Magazine) (Radio NZ)

10 Maret 2016
  • "Target 20 persen campuran bahan bakar nabati dan diesel untuk tahun ini diperkirakan sulit untuk dipenuhi oleh Indonesia tahun ini. Sedangkan El Nino telah menyebabkan penurunan produksi minyak sawit Asia Tenggara. Kondisi keduanya akan menyebabkan penurunan ekspor kelapa sawit ke Eropa, China, dan India, dan merupakan yang pertama terjadi dalam lima tahun terakhir." (The Star) (Jakarta Globe)

9 Maret 2016
  • "Kolonisasi Mars semakin dekat. Penelitian yang dilakukan Wageningen University mengenai pertumbuhan tanaman pertanian di tanah buatan yang menyerupai tanah planet Mars mendapatkan hasil yang signifikan. Mereka sudah memanen gandum hitam, tomat, dan kacang-kacangan pada tanah tersebut. Meski hasilnya lebih sedikit dibandingkan yang dihasilkan dengan tanah di bumi, mereka menyimpulkan bahwa koloni manusia di Mars tetap dapat menjaga asupan nutrisinya melalui budi daya tanaman di planet tersebut." (ScienceAlert) (UPI)

8 Maret 2016
  • "Sebuah studi terhadap suatu wilayah lumbung pangan dunia baru, Mato Grosso di Brazil yang kini menyuplai 10 persen kedelai dunia, menyimpulkan bahwa peningkatan satu derajat celcius dapat menurunkan produksi kedelai di wilayah tersebut hingga 13 persen. Kondisi ini dikatakan cukup mengkhawatirkan, karena pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2015, neara anggota konferensi sepakat untuk membatasi peningkatan temperatur hingga setinggi-tingginya 2 derajat celcius, sehingga berdasarkan simulasi, dapat mengurangi suplai pangan hingga seperempatnya." (Phys.org) (ZME Science)

7 Maret 2016
  • "China mengubah kebijakan produksi pangannya. Setelah sukses meningkatkan produksi beberapa tahun terakhir untuk memberi makan semiliar penduduknya, bahkan mampu ekspor, China kini kelebihan suplai yang berpotensi membebani anggaran negara. Mereka harus menyerap kelebihan suplai tersebut sehingga petani tetap dapat hidup. Namun kebijakan pertanian China untuk beberapa tahun kedepan hanya bertujuan untuk mencegah suplai jatuh, sambil meningkatkan penguasaan teknologi di tingkat petani sehingga efisiensi dan pendapatan pedesaan meningkat." (Reuters) (Business Times)

5 Maret 2016
4 Maret 2016
  • "Perubahan iklim dapat menyebabkan gangguan terhadap produksi pangan dan kesehatan manusia, yang dari keduanya dapat membunuh 500 ribu jiwa tambahan di tahun 2050. Sedangkan saat ini 1,4 juta jiwa diperkirakan meninggal setiap tahun akibat dampak perubahan iklim secara langsung maupun tidak langsung. Angka tersebut didapatkan dari simulasi skenario berkurangnya asupan nutrisi manusia karena berkurangnya produksi pangan dan gangguan pada produksi tanaman, yang secara langsung menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia." (Medical News Today) (News Week)

3 Maret 2016
  • "Kekeringan yang sedang terjadi di Suriah kemungkinan merupakan musim kering yang terparah sejak 900 tahun lalu, demikian NASA melaporkan. Kesimpulan ini didapatkan berdasarkan analisis cincin pertumbuhan pada fosil pohon yang ditemukan di kawasan tersebut. Dengan ditambah konflik yang terjadi di negara tersebut, menjadikan kelangkaan air semakin parah bagi warga di negara tersebut." (Guardian) (Independent)

2 Maret 2016
  • "Flubendiamida, insektisida dari kelas ryanoida akan dilarang penggunaannya di Amerika Serikat karena memiliki risiko terhadap kesehatan organisme air. Studi yang dilakukan oleh EPA menemukan bahwa flubendiamida terurai di alam menjadi senyawa yang sangat beracun dan mampu mengganggu rantai makanan, dan bersifat sangat persisten di alam. Pengguna terbesar flubendiamida adalah budi daya kacang almond di California. Flubendiamida diproduksi oleh Bayer CropScience dan Nichino America." (Agriculture.com) (Los Angeles Times)

1 Maret 2016