Lompat ke isi

Kereta api Gajayana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 April 2020 03.15 oleh Rizal Febri (bicara | kontrib) (Sejarah: revisi tata letak gambar)
Kereta api Gajayana
Berkas:Papan Nama KA Gajayana Khas Daop 8.jpg
Informasi umum
Jenis layananKereta api eksekutif
Kereta api jarak jauh
StatusBeroperasi
Daerah operasiDaerah Operasi VIII Surabaya
Mulai beroperasi28 Oktober 1999
Operator saat iniPT Kereta Api Indonesia
Jumlah penumpang harian2.190 penumpang per hari (rata-rata)[butuh rujukan]
Lintas pelayanan
Stasiun awalMalang
Jumlah pemberhentianLihatlah di bawah.
Stasiun akhirGambir
Jarak tempuh912 km
Frekuensi perjalanansatu kali dalam perjalanan pulang pergi
Jenis relRel berat
Pelayanan penumpang
KelasEksekutif dan luxury (reguler)
Eksekutif (fakultatif)
Pengaturan tempat duduk
  • 50 tempat duduk disusun 2-2 (eksekutif)
    kursi dapat direbahkan dan diputar
  • 26 tempat duduk disusun 1-2 (luxury)
    kursi dapat diputar dan dapat direbahkan hingga 180°
Fasilitas restorasiAda
Fasilitas observasiKaca panorama dupleks, dengan tirai, lapisan laminasi isolator panas.
Fasilitas hiburanAda
Fasilitas bagasiAda
Teknis sarana dan prasarana
Lebar sepur1.067 mm
Elektrifikasi-
Kecepatan operasional60 s.d. 100 km/jam
Pemilik jalurDitjen KA, Kemenhub RI
Nomor pada jadwal75-76 (reguler)
91F-92F (fakultatif)

Kereta api Gajayana merupakan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif dan luxury (kelas eksekutif untuk kereta fakultatif) yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VIII Surabaya untuk melayani lintas Malang-Gambir lewat Blitar-Yogyakarta-Purwokerto dan sebaliknya. Perjalanan kereta api ini menempuh jarak 912 km dalam waktu sekitar 15 jam.

Asal usul nama

Nama "Gajayana" berasal dari seorang raja dari Kerajaan Kanjuruhan, Sang Liswa (anak dari Dewa Shima), yang sangat dicintai oleh para kaum brahmana dan rakyatnya karena membawa ketenteraman di seluruh negeri. Pusat pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan diduga berada di Dinoyo, Lowokwaru, Malang.

Sejarah

Kereta api Gajayana saat beroperasi menggunakan rangkaian kereta buatan 2009, September 2013

Kereta api Gajayana mulai beroperasi pada tanggal 28 Oktober 1999 dengan dua layanan kelas, yaitu kelas eksekutif dan bisnis. Kereta kelas bisnis yang digunakan saat itu merupakan limpahan dari rangkaian kereta api Turangga—pada tahun yang sama, kereta api Turangga mendapat rangkaian baru dari PT INKA sehingga ia melayani kelas bisnis dan eksekutif. Pada tahun 2001, kereta api ini mendapat rangkaian baru dari INKA sehingga ia hanya melayani kelas eksekutif.

Sejak bulan Oktober 2008, kereta api Gajayana sempat beroperasi menggunakan rangkaian kereta eksekutif hasil penyehatan dari PT INKA, sebelum ia menggunakan rangkaian kereta keluaran tahun 2009—rangkaian kereta hasil penyehatan tersebut digunakan untuk pengoperasian kereta api Bangunkarta.

Saat ini, kereta api Gajayana beroperasi menggunakan rangkaian kereta kelas eksekutif tahun 2016 keluaran ketujuh dan tahun 2017 keluaran pertama, sedangkan rangkaian lama (buatan tahun 2009) dimutasi ke dipo kereta lain, seperti Solo Balapan (SLO) dan Purwokerto (PWT)—kecuali "P 0 09 01", "P 0 09 02", dan "M1 0 09 02".

Layanan pada kereta api ini ditambah sehingga ia melayani kelas luxury mulai tanggal 26 Mei 2019.[1][2][3]

Data teknis

Lintasan perjalanan Malang - Gambir pp.
Lokomotif CC206
Rangkaian Kereta api reguler

1 kereta pembangkit (P 2016/2017 ML atau P ML) + 4 kereta kelas eksekutif (K1 2016/2017 ML) + 1 kereta makan (M1 2016/2017 ML) + 4 kereta kelas eksekutif (K1 2016/2017 ML) + 1 kereta kelas luxury (K1 2019) + satu kereta bagasi (B ML)


Kereta api fakultatif

4 kereta eksekutif (K1) + 1 kereta makan (M1) + 4 kereta eksekutif (K1) + 1 kereta pembangkit (P)


Catatan  : Susunan rangkaian dapat berubah sewaktu-waktu

Jumlah tempat duduk 426 tempat duduk (untuk reguler)

400 tempat duduk (untuk fakultatif)

Tarif

Tarif kereta api ini berkisar antara Rp260.000,00-Rp1.000.000,00 tergantung pada layanan kelas, jarak yang ditempuh penumpang, subkelas/posisi tempat duduk dalam rangkaian kereta, serta hari-hari tertentu seperti akhir pekan dan libur nasional. Selain itu, berlaku pula tarif khusus (untuk perjalanan reguler kelas eksekutif) yang hanya dapat dipesan mulai dua jam sebelum keberangkatan pada stasiun-stasiun yang berada dalam lintas berikut.

Jadwal perjalanan

Berikut ini adalah jadwal perjalanan kereta api Gajayana reguler per 1 Desember 2019 (sesui Gapeka 2019).

KA 75 Gajayana
(Malang – Gambir)
KA 76 Gajayana
(Gambir – Malang)
Stasiun Tiba Berangkat Stasiun Tiba Berangkat
Malang - 13.25 Gambir - 18.00
Malang Kotalama 13.30 13.33 Cirebon 20.54 21.02
Kepanjen 13.55 13.58 Purwokerto 22.56 23.11
Wlingi 14.44 14.48 Kroya 23.39 23.44
Blitar 15.09 15.15 Gombong 00.10 00.14
Tulungagung 15.43 15.46 Kebumen 00.32 00.36
Kediri 16.13 16.18 Kutoarjo 01.03 01.07
Kertosono 16.50 16.53 Yogyakarta 01.59 02.07
Nganjuk 17.13 17.16 Solo Balapan 02.54 02.59
Madiun 17.57 18.10 Madiun 04.15 04.25
Solo Balapan 19.25 19.30 Nganjuk 05.06 05.08
Yogyakarta 20.17 20.22 Kertosono 05.29 05.32
Kutoarjo 21.12 21.15 Kediri 06.03 06.11
Kebumen 21.40 21.43 Tulungagung 06.37 06.41
Purwokerto 22.52 23.05 Blitar 07.11 07.20
Cirebon 01.04 01.11 Wlingi 07.41 07.46
Jatinegara 03.48 03.50 Kepanjen 08.31 08.36
Gambir 04.05 - Malang Kotalama 08.58 09.07
Malang 09.12 -

Insiden

  • Pada tanggal 19 Mei 2010 sekitar pukul 07.15, kereta api Gajayana menabrak kendaraan angkutan rakitan ledok di perlintasan tanpa palang pintu di Kromasan, Ngunut, Tulungagung, dekat Stasiun Ngunut. Tidak ada korban tewas dalam musibah ini. Perlintasan tersebut menjadi andalan bagi para sopir ledok tersebut untuk mengangkut sayuran meskipun tidak berpalang dan tidak dijaga.[4]
  • Pada tanggal 4 Januari 2011, empat rangkaian kereta eksekutif kereta api Gajayana yang sedang parkir di Stasiun Malang tiba-tiba mundur dan menabrak empat rumah. Satu orang balita tewas dalam kejadian tersebut.[5]
  • Pada 27 Agustus 2011, kereta api Gajayana dengan masinis Yodian Wiliarso dan asisten masinis Bambang Suradi dibajak oleh tiga orang yang memasuki kabin masinis lokomotif. Sebanyak tiga pembajak masuk lokomotif dan mengarahkan kereta api tersebut ke Stasiun Pasar Senen. Mulanya, kereta ini tertahan sinyal masuk di stasiun Jatibarang, kemudian saat di Stasiun Telagasari beberapa orang menghadang kereta api dan satu orang masuk lokomotif. Kereta sempat berhenti di Stasiun Haurgeulis untuk menurunkan penumpang gelap di lokomotif. Lalu sang masinis memberitakan kepada pusat kendali (PK) Cirebon agar diberikan sinyal aspek hijau dan melaju tanpa henti di sepanjang jalur rel hingga Gambir. Selama pembajakan berlangsung, masinis sempat kehilangan kontak. Masinis kemudian memberitahu PK baru pada pukul 09.08 bahwa masinis tersebut disandera dan meminta agar PK mengarahkan kereta itu langsung ke Gambir. Kereta api Gajayana mencoba berhenti di Stasiun Jatinegara namun gagal dan diarahkan ke Stasiun Pasar Senen. Pada pukul 09.35, kereta api Gajayana masuk ke jalur 4, berhenti dengan rem darurat oleh petugas teknisi, kemudian dihadang aparat Brimob yang sudah berjaga di bibir peron.[6]
  • Pada tanggal 18 Maret 2015 sekitar pukul 14.00, kereta api Gajayana berhenti luar biasa karena dihadang oleh dua orang petani yang mengetahui bahwa ada kerusakan rel pada letak km 53 di Malang.[7]
  • Seorang ayah beserta anaknya nekat menabrakkan diri ke kereta api Gajayana di dekat Stasiun Purwosari pada tanggal 20 Maret 2015 malam hari dikarenakan bercerai dengan istrinya.[8][9]
  • Pada tanggal 12 April 2015, dua orang perempuan yang mengendarai sepeda motor tewas ditabrak kereta api Gajayana di perlintasan tanpa palang pintu di Jambean, Kras, Kediri.[10]

Galeri

Referensi

Pranala luar