Pulau Obi
Sumber referensi dari artikel ini belum dipastikan dan mungkin isinya tidak benar. |
Pulau Obi, atau bisa disebut juga Pulau Obira, merupakan pulau terbesar yang terletak di gugusan Kepulauan Obi. Pulau Obi dikelilingi oleh banyak pulau-pulau kecil, di antaranya Pulau Obilatu, Pulau Bisa, Pulau Gata-gata, Pulau Latu, Pulau Woka, dan Pulau Tomini.
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 1°30′S 127°45′E / 1.500°S 127.750°E |
Luas | 3.111[1] km2 |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Kependudukan | |
Kelompok etnik | Suku Tobelo, Suku Buton, Suku Ambon |
Pulau Obi dibatasi oleh Laut Maluku di sebelah barat, Laut Seram di sebelah selatan, dan Selat Obi di sebelah utara dan di sebelah Timur. Pulau-pulau besar yang terdekat dengan Pulau Obi adalah Pulau Bacan di sebelah utara dan Pulau Ambon di sebelah selatan.Topografi Pulau Obi secara umum berupa perbukitan dengan pesisir pantai yang pendek. Kondisi permukaan yang berbukit-bukit tersebut membuat Pulau Obi memiliki banyak mata air dan sungai-sungai yang berhulu di perbukitan. Selain itu, di bagian barat Pulau Obi terdapat Danau Kapi merupakan danau terbesar di Pulau Obi.
Pulau Obi merupakan bagian dari kabupaten Halmahera Selatan. Secara administratif, Pulau Obi berbatasan langsung dengan Provinsi Malukudi sebelah selatan dan Provinsi Papua Barat di sebelah timur. Menurut data Halmahera Selatan Dalam Angka, 2010, luas wilayah pulau Obi mencapai 3048km2, di mana Pulau Obi dan pulau-pulau kecil disekitarnya dibagi ke dalam beberapa kecamatan dan tiap-tiap kecamatan di bagi ke dalam beberapa desa yang dipimpin oleh kepala desa, dengan tingkat pemerintahan yang paling rendah merupakan dusun yang dikepalai oleh kepala dusun.
Administratif
Pulau Obi merupakan bagian dari kabupaten Halmahera Selatan. Secara administratif,Pulau Obi berbatasan langsung dengan Provinsi Maluku di sebelah selatan dan Provinsi Papua Barat di sebelah timur. Menurut data Halmahera Selatan Dalam Angka, 2010, luas wilayah pulau Obi mencapai 3048km2, di mana Pulau Obi dan pulau-pulau kecil disekitarnya dibagi ke dalam beberapa kecamatan dan tiap-tiap kecamatan di bagi ke dalam beberapa desa yang dipimpin oleh kepala desa, dengan tingkat pemerintahan yang paling rendah merupakan dusun yang dikepalai oleh kepala dusun.
Demografi
Jumlah penduduk di Pulau Obi sebanyak ± 35.000 jiwa dengan kepadatanpenduduk 15 jiwa/km2 (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Halmahera Selatan, 2010). Seluruh penduduk di Pulau Obi adalah pendatang, karena tidak memeliki penduduk asli. Suku pertama yang menetap di Pulau Obi adalah suku Buton. Kemudian suku lain yang menetap di Pulau Obi adalah suku Tobelo-Galela, Ternate, Tidore, Makian-Kayoa, Bugis, Makassar, dan Jawa.
Penduduk Pulau Obi tersebar di pesisir pantai tanpa adanya penduduk yang menetap di dataran tinggi. Pola persebaran penduduk tersebut disebabkan oleh suku-suku awal yang menetap di Pulau Obi bermata pencaharian sebagai nelayan dan Petani. Akan tetapi terdapat beberapa pemukiman di daerah perbukitan yang merupakan pemukiman pekerja tambang dan pemukiman temporer bagi petani cengkih yang digunakan saat panen cengkih.
Pendidikan
Menurut data dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, 2011, rasio jumlah sekolah SD sebesar 35%, rasio sekolah SLTP 36%, dan rasio jumlah sekolah SLTA 21%. Untuk sumber daya manusia, masyarakat Obi memiliki jumlah sarjana yang cukup tersebar di berbagai wilayah Maluku Utara. Untuk S1 mayoritas menempuh pendidikan di Ternate, Manado, Makassar dan Yogyakarta, secara keseluruhan terdapat sekitar 1500 mahasiswa yang berasal dari Pulau Obi. Untuk pasca sarjana sekitar 59 mahasiswa lulus pada akhir 2011. Mahasiswa yang diwisuda dari berbagai macam jurusan yaitu sektor akademik, pertambangan dan pemerintahan.
Kesehatan
Kebutuhan fasilitas kesehatan dan tenaga medis di Pulau Obi ini masih sangat minim, meskipun terdapat puskesmas dengan fasilitas rawat inap, namun dari aspek infrastuktur belum memenuhi kebutuhan untuk pengobatan penyakit-penyakit tertentu. Hanya terdapat 2 dokter yang bersifat paruh waktu dan 6 paramedis yang terdiri dari mantri, bidan dan perawat. Kurangnya fasilitas dan tenaga medis berakibat pada tidak tertanganinya berbagai penyakit yang menyerang masyarakat. Untuk mendapatkan fasilitas kesehatan harus melalui urusan administratif yang rumit, karena selama ini jika ada pasien yang sakit maka harus dirujuk ke Pulau Bacan dengan melalui jalur laut.
Pertanian
Pulau Obi memiliki potensi sumber daya alam dalam sektor pertanian yang cukup melimpah. Hasil perkebunan yang dominan adalah cengkih, pala, kelapa dan lada. Untuk satu ton cengkih bisa menghasilkan uang sebesar 70 juta rupiah yang sudah dipotong biaya panen bagi petani cengkih di Pulau Obi.
Pertambangan
Pulau Obi selain memiliki potensi sumber daya alam dalam sektor pertanian, juga terdapat sektor pertambangan yang cukup baik. Potensi yang ada adalah tambang emas, batubara, nikel, semen, minyak bumi dll. Besarnya potensi ini berkorelasi terhadap besarnya kontribusi daerah Obi terhadap penerimaan Halmahera Selatan.
Pariwisata
Pulau Obi memiliki objek objek wisata alam yang sangat potensial untuk di kembangkan. Namun akibat ketidakmerataan pembangunan pariwisata di Obi tak terpublikasi atau terkelola dengan baik. Bentuk-bentuk tempat wisata di Pulau Obi cukup bervariasi seperti untuk memancing, snorkeling, diving dan kegiatan di air lainnya. Hal ini dikarenakan kekayaan laut Obi yang sangat kaya dan masih cukup terjaga. Beberapa tempat wisata yang dapat ditemui di Obi ialah pantai merah putih, Pulau sambiki, Pulau dua, Pulau santari, Pulau kadera, batu mogimpi dll.
Lihat pula
Sumber
- ^ Halmahera Selatan Dalam Angka 2018