Lompat ke isi

Antibodi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Desember 2020 04.33 oleh RianHS (bicara | kontrib) (Hasil terjemahan dari en.wp)
Tiap antibodi mengikat antigen spesifik, dengan interaksi yang dianalogikan dengan gembok dan kunci.

Antibodi (disingkat Ab), juga dikenal sebagai imunoglobulin (disingkat Ig),[1] adalah protein berbesar berbentuk huruf Y yang digunakan oleh sistem imun untuk mengidentifikasi dan menetralkan benda asing seperti bakteri dan virus patogen. Antibodi mengenali molekul unik milik patogen, yang disebut antigen.[2][3] Setiap ujung "Y" dari antibodi berisi paratop (dianalogikan dengan gembok) yang spesifik untuk satu epitop tertentu (dianalogikan dengan kunci) pada antigen, yang memungkinkan kedua struktur ini berikatan secara presisi. Dengan menggunakan mekanisme pengikatan ini, antibodi dapat menandai mikroorganisme atau sel yang terinfeksi untuk diserang oleh komponen sistem imun lainnya atau dapat menetralkannya secara langsung (misalnya dengan memblokir bagian dari virus yang penting untuk invasi).

Untuk memungkinkan sistem imun mengenali jutaan antigen yang berbeda, situs pengikatan antigen di kedua ujung antibodi juga memiliki variasi yang sama banyaknya. Sementara itu, bagian antibodi sisanya relatif konstan. Antibodi punya beberapa varian yang menentukan kelas atau isotipe antibodi, yaitu IgA, IgD, IgE, IgG, atau IgM. Di batang tubuh antibodi yang relatif konstan, terdapat situs yang terlibat dalam interaksi dengan komponen sistem imun lainnya. Oleh karena itu, pembagian kelas tersebut menentukan fungsi yang dipicu oleh antibodi setelah mengikat antigen, selain perbedaan karakteristik struktural. Perbedaan kelas antibodi juga memengaruhi perbedaan tempat mereka dilepaskan di dalam tubuh dan pada tahapan respons imun apa.

Bersama dengan sel B dan sel T, antibodi merupakan bagian terpenting dari sistem imun adaptif. Mereka hadir dalam dua bentuk: melekat pada sel B atau dalam bentuk terlarut dalam cairan ekstraseluler seperti plasma darah. Awalnya, antibodi menempel ke permukaan sel B – mereka disebut sebagai reseptor sel B (BCR). Setelah antigen berikatan dengan BCR, sel B teraktivasi untuk berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi sel plasma (yang mensekresikan antibodi-yang-dapat-larut dengan paratop yang sama) atau menjadi sel B memori (yang bertahan di dalam tubuh untuk mengaktifkan kekebalan jangka panjang terhadap antigen).[4] Antibodi yang larut dilepaskan ke dalam darah dan cairan ekstraseluler, serta banyak sekresi. Karena cairan juga disebut sebagai humor, imunitas yang dimediasi oleh antibodi kadang-kadang dikenal sebagai, atau dianggap sebagai bagian dari, imunitas humoral.[5] Unit berbentuk Y dapat berdiri sendiri sebagai monomer atau terangkai dalam kompleks molekul yang terdiri dari dua hingga lima unit.

Antibodi merupakan glikoprotein yang termasuk dalam superfamili imunoglobulin. Istilah antibodi dan imunoglobulin sering digunakan secara bergantian,[6] meskipun istilah 'antibodi' kadang-kadang digunakan untuk bentuk yang disekresikan dan larut, dengan kata lain, tidak termasuk reseptor sel B.[7]

Kelas

Antibodi memiliki berbagai variasi yang dikenal sebagai isotipe atau kelas. Pada mamalia berplasenta, terdapat lima kelas antibodi yang dikenal sebagai IgA, IgD, IgE, IgG, dan IgM, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi subkelas seperti IgA1, IgA2. Awalan "Ig" adalah singkatan dari imunoglobulin, sedangkan sufiks menunjukkan jenis rantai berat yang dikandung antibodi: jenis rantai berat α (alfa), γ (gamma), δ (delta), ε (epsilon), dan μ (mu) yang merupakan dasar penamaan bagi IgA, IgG, IgD, IgE, dan IgM. Ciri khas setiap kelas ditentukan oleh bagian dari rantai berat di dalam engsel dan wilayah Fc.[8]

Tiap-tiap kelas memiliki perbedaan dalam sifat biologis, lokasi fungsional, dan kemampuan untuk menangani antigen, seperti yang digambarkan dalam tabel.[9] Misalnya, antibodi IgE bertanggung jawab atas respons alergi yang mencakup pelepasan histamin dari sel mast, yang berkontribusi pada asma. Wilayah variabel antibodi berikatan dengan antigen penyebab alergi, misalnya partikel tungau debu rumah, sedangkan wilayah Fc-nya (dalam rantai berat ε) berikatan dengan reseptor Fc ε pada sel mast, yang memicu degranulasinya (pelepasan molekul yang disimpan dalam granulanya).[10]

Kelas Subkelas Deskripsi
IgA 2 Ditemukan di area mukosa, seperti usus, saluran pernapasan, dan saluran urogenital, serta mencegah kolonisasi oleh patogen.[11] Juga ditemukan dalam air liur, air mata, dan ASI.
IgD 1 Fungsinya terutama sebagai reseptor antigen pada sel B yang belum terpapar antigen,[12] serta mengaktifkan basofil dan sel mast untuk menghasilkan faktor antimikrob.[13]
IgE 1 Mengikat alergen dan memicu pelepasan histamin dari sel mast dan basofil, dan terlibat dalam alergi, serta melindungi dari cacing parasitik.[14]
IgG 4 Dalam empat bentuknya, memberikan sebagian besar kekebalan berbasis antibodi terhadap patogen yang menyerang.[14] Satu-satunya antibodi yang mampu melewati plasenta untuk memberikan kekebalan pasif pada janin.
IgM 1 Diekspresikan di permukaan sel B (monomer) dan dalam bentuk tersekresi (pentamer) dengan aviditas yang sangat tinggi. Menghilangkan patogen pada tahap awal imunitas seluler B (humoral) sebelum IgG mencukupi.[14][12]

Referensi

Referensi

  1. ^ Rhoades RA, Pflanzer RG (2002). Human PhysiologyPerlu mendaftar (gratis) (edisi ke-5th). Thomson Learning. hlm. 584. ISBN 978-0-534-42174-8. 
  2. ^ Janeway, Charles (2001). ImmunobiologyPerlu mendaftar (gratis) (edisi ke-5th). Garland Publishing. ISBN 978-0-8153-3642-6. 
  3. ^ Litman GW, Rast JP, Shamblott MJ, Haire RN, Hulst M, Roess W, Litman RT, Hinds-Frey KR, Zilch A, Amemiya CT (January 1993). "Phylogenetic diversification of immunoglobulin genes and the antibody repertoire". Molecular Biology and Evolution. 10 (1): 60–72. doi:10.1093/oxfordjournals.molbev.a040000. PMID 8450761. 
  4. ^ Borghesi L, Milcarek C (2006). "From B cell to plasma cell: regulation of V(D)J recombination and antibody secretion". Immunologic Research. 36 (1–3): 27–32. doi:10.1385/IR:36:1:27. PMID 17337763. 
  5. ^ Pier GB, Lyczak JB, Wetzler LM (2004). Immunology, Infection, and Immunity. ASM Press. ISBN 978-1-55581-246-1. 
  6. ^ Rhoades RA, Pflanzer RG (2002). Human PhysiologyPerlu mendaftar (gratis) (edisi ke-5th). Thomson Learning. hlm. 584. ISBN 978-0-534-42174-8. 
  7. ^ "MeSH Browser – Immunoglobulins". meshb.nlm.nih.gov. Diakses tanggal 2020-10-25. 
  8. ^ Janeway, Charles (2001). ImmunobiologyPerlu mendaftar (gratis) (edisi ke-5th). Garland Publishing. ISBN 978-0-8153-3642-6. 
  9. ^ Woof JM, Burton DR (February 2004). "Human antibody-Fc receptor interactions illuminated by crystal structures". Nature Reviews. Immunology. 4 (2): 89–99. doi:10.1038/nri1266. PMID 15040582. 
  10. ^ Williams CM, Galli SJ (May 2000). "The diverse potential effector and immunoregulatory roles of mast cells in allergic disease". The Journal of Allergy and Clinical Immunology. 105 (5): 847–59. doi:10.1067/mai.2000.106485. PMID 10808163. 
  11. ^ Underdown BJ, Schiff JM (1986). "Immunoglobulin A: strategic defense initiative at the mucosal surface". Annual Review of Immunology. 4 (1): 389–417. doi:10.1146/annurev.iy.04.040186.002133. PMID 3518747. 
  12. ^ a b Geisberger R, Lamers M, Achatz G (August 2006). "The riddle of the dual expression of IgM and IgD". Immunology. 118 (4): 429–37. doi:10.1111/j.1365-2567.2006.02386.x. PMC 1782314alt=Dapat diakses gratis. PMID 16895553. 
  13. ^ Chen K, Xu W, Wilson M, He B, Miller NW, Bengtén E, Edholm ES, Santini PA, Rath P, Chiu A, Cattalini M, Litzman J, B Bussel J, Huang B, Meini A, Riesbeck K, Cunningham-Rundles C, Plebani A, Cerutti A (August 2009). "Immunoglobulin D enhances immune surveillance by activating antimicrobial, proinflammatory and B cell-stimulating programs in basophils". Nature Immunology. 10 (8): 889–98. doi:10.1038/ni.1748. PMC 2785232alt=Dapat diakses gratis. PMID 19561614. 
  14. ^ a b c Pier GB, Lyczak JB, Wetzler LM (2004). Immunology, Infection, and Immunity. ASM Press. ISBN 978-1-55581-246-1. 

Pranala luar