Lompat ke isi

Tutur Tinular: Pedang Naga Puspa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tutur Tinular: Pedang Naga Puspa
SutradaraNurhadi Irawan
ProduserHandi Muljono
Ditulis olehS. Tidjab
PemeranYoseph Hungan, Benny G. Rahardja, Baron Hermanto, Syarief Friant, Elly Ermawati, Lamting, Rudy Wahab, Aspar Paturusi, Krissno Bossa, Baron Achmadi, Puji Astuti, Diah Permatasari, Suparmi
Penata musikIdris Sardi
SinematograferWilliam Samara
PenyuntingErmis Thaher
DistributorPT. Kanta Indah Film
PT. Kalbe Farma
Tanggal rilis
1989
Durasi83 menit
NegaraIndonesia

Tutur Tinular: Pedang Naga Puspa adalah film Indonesia tahun 1989 dengan disutradarai oleh Nurhadi Irawan yang dibintangi oleh Benny G. Rahardja dan Yoseph Hungan yang diangkat dari cerita sandiwara radio Tutur Tinular karya S. Tidjab

Sinopsis

Arya Dwipangga (Baron Hermanto) senang olah sastra, adiknya Arya Kamandanu (Benny G. Rahardja) senang bersilat. Pacar Kamandanu direbut oleh Dwipangga. Ia lari dan diperangkap masuk gua ahli senjata Empu Ranubaya dan dijadikan murid. Ranubaya adalah kawan seperguruan Empu Hanggareksa, ayah Kamandanu. Tetapi dua empu ini bertolak belakang dalam sikap. Hanggareksa mengabdi raja Singasari, Kartanegara (Aspar Paturusi), Ranubaya tidak mau. Kertanegara kedatangan utusan Kubilai Khan dari Mongolia yang ingin menjalin hubungan damai. Tawaran itu ditampik. Utusan Mongolia kecewa dan pulang sambil menculik Empu Ranubaya (Yoseph Hungan). Di Mongolia Empu Ranubaya sangat diperhatikan Kubilai Khan (Syarief Friant), dan disuruh membuat cemburu perwira tinggi lain. Mereka merencanakan melenyapkan Empu Ranubaya. Untung ada kelompok lain yang menyelamatkan Empu Ranubaya dan pedangnya, yaitu Lou (Lamting) dan istrinya Mei Shin (Elly Ermawati), yang kemudian disuruh membawa pedang itu dan terdampar di Jawa. Pedang lalu diperebutkan para pendekar kerajaan Kediri yang baru saja dibangun menggantikan Singasari. Lou dan Mei Shin dibantu oleh Kamandanu. Lou meninggal. Mei Shin berniat balas dendam.[1]

Penghargaan

  • Film terlaris III di Jakarta, 1990, dengan 379.710 penonton, menurut data Perfin.
  • Unggulan, FFI 1990, untuk Artistik, Suara.

Referensi

  1. ^ Laman Tutur Tinular [pranala nonaktif permanen], diakses pada 16 Februari 2010

Pranala luar