Lompat ke isi

Proses lupa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 28 Desember 2022 03.52 oleh Mebiyan saputra (bicara | kontrib) (menggnti penjelasan proses lupa pada bagian atas)

Proses lupa adalah suatu proses dimana seseorang akan kehilangan ingatan jangka pendek. Lupa dianggap sebagai bentuk ketidak mampuan dalam mengenal maupun mengingat sesuatu yang sebelumnya pernah dialami atau dipelajari. Sehingga lupa bukan merupakan kondisi dimana kehilangan informasi dan pengetahuan yang ada di dalam memori manusia.Hal ini mungkin disebabkan karena informasi tidak disimpan dengan baik.

Fenomena lupa dapat terjadi pada siapapun juga baik anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebagainya. Sebagian ahli psikologi kognitif mempercayai bahwa lupa terjadi karena interferensi atau terhalang oleh informasi yang lain.

Lupa pada sisi lain merupakan suatu hal yang dapat membantu individu untuk menghilangkan ingatan-ingatan negatif yang menghambat perkembangan dirinya. Lupa terhadap kejadian buruk atau traumatis misalnya, dapat membantu seorang individu berkembang lebih baik. Dengan demikian, lupa tidak hanya dapat diartikan secara negatif saja sebagai bentuk hilangnya ingatan seseorang dalam menemukan kembali memori dalam otaknya, tetapi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang positif sebagai upaya untuk menghilangkan memori tentang peristiwa yang dapat menghambat perkembangan seorang manusia.

Teori-teori tentang Proses Lupa

Informasi yang masuk ke otak manusia dicerna dalam bentuk sandi oleh memori kita. Proses lupa merupakan bentuk terjadinya kegagalan dalam penyandian (failure to encode) mengacu pada kegagalan memasukkan materi atau sandi-sandi ke dalam otak. Kegagalan penyandian tersebut disebabkan oleh faktor adanya informasi yang dipelajari tidak sungguh-sungguh masuk ke dalam memori kita dan disebabkan oleh stress. Ada beberapa teori mengenai proses lupa:

  1. Teori Atropi (Decay)

Decay (pembusukan) adalah memudarnya ingatan akibat jarang dipergunakannya informasi tersebut. Dengan demikian, teori ini berpendapat bahwa lupa terjadi karena informasi yang pernah disimpan tidak pernah dipergunakan atau jarang dipergunakan. Hal ini menyebabkan lama kelamaan informasi tersebut mengalami kerusakan atau membusuk dengan sendirinya.

2. Teori Interferensi

Merupakan ingatan yang terganggu karena masuknya informasi lain. Informasi tersebut menghalangi dan menghambat informasi yang ingin diingat. Gangguan informasi dalam ingatan dibedakan menjadi dua, yakni 1) Retroactive Inhibition, yang berarti ingatan baru menghambat ingatan yang lama. 2) Proactive Inhibition yang berarti memori lama menghambat pengambilan ingatan baru.

3. Cue Dependent Forgetting Theory

Teori ini berpendapat bahwa pada prinsipnya lupa disebabkan oleh kerusakan informasi di dalam ingatan atau terhalang informasi lain. Selain itu, disebabkan pula oleh terlalu jauhnya informasi yang ingin diingat kembali oleh seseorang.[1]

4.teori pemudaran

Teori pemudaran menyatakan bahwa informasi yang disimpan akan semakin melemah sehingga informasi itu akan sulit diambil kembali dari tempat penyimpanan dan bahkan akan hilang seiring dengan waktu yang berjalan jika informasi tersebut jiks tidak di gunakan. penelitian yang di jadikan bukti bahwa telah terjadi pemudaran adalah penelitian Brown di inggris yang di lakukan pada tahun 1958 da penelitian Peterson dan Peterson yang dilakukan di amerika pada tahun 1959.

Teori Kelupaan Karena Ketergantungan Pada Tanda (Cue‐Dependent Forgetting)

Informasi dalam memori jangka‐panjang ada kemungkinan bersifat permanen. Informasi yang masuk dalam memori jangka‐ panjang akan tetap berada disitu selamanya. Hanya saja, kegagalan untuk mendapatkan akses pada informasi di memori jangka‐ panjang bisa saja terjadi, sehingga kita jadi lupa. Kegagalan untuk mendapatkan akses informasi yang telah tersimpan disebabkan tanda‐tanda yang dipakai untuk mendapat‐ kan akses informasi adalah tidak efektif atau tidak tepat. Maka dapat dikatakan, kelupaan adalah masalah kegagalan mengambil kembali informasi yang telah disimpan dalam memori akibat tanda‐tanda yang kurang tepat. Misalnya, seorang guru kita di SD dulu (30 tahun lalu) ada yang bernama pak Suharto dengan ciri‐ciri tinggi besar, berkulit hitam, berkumis tebal, ramah dan suka bermain gitar. Hari ini kita bertemu dengan bekas teman kita di SD dan ia lupa nama pak Suharto. Kita memberi tahu kepadanya bahwa pak Suharto itu laki‐laki yang sudah nikah dan tetap saja bekas teman kita itu tidak mampu mengingat nama pak Suharto. Baru ketika kita bilang bahwa pak Suharto itu berbadan tinggi berkulit hitam, maka bekas teman tersebut langsung bisa menyebutkan nama pak Suharto.

Dasar Fisiologis Kelupaan

Memori orang meskipun seringkali bersifat reliabelita namun terkadang juga dapat kurang akurat. Gejala ketidakakuratan memori orang oleh Schacter (1999) dinilai dan digolongkan sebagai 7 dosa, yaitu kesementaraan (transience), linglung (absent‐ mindedness), bloking (blocking), salah atribusi (misattribution), sugestibilitas (suggestibility), bias (bias), dan persistensi (persistence). Dosa kesementaraan, linglung dan bloking meru‐ pakan bentuk dari kelupaan (forgetting). Uraian dibawah mengenai dasar‐dasar syaraf proses kelupaan merupakan kesimpulan artikel Schacter (1999).


Pranala luarteori

  1. ^ Bhinnety, Magda. "Struktur dan Proses Memori" (PDF). Buletin Psikologi. 16 (2): 75. 

https://www.dictio.id/t/bagaimana-proses-terjadinya-lupa/111318[1]

  1. ^ "Bagaimana proses terjadinya lupa?". Dictio Community (dalam bahasa Inggris). 2018-05-11. Diakses tanggal 2022-12-28.