Oey Tamba Sia
Oey Tamba Sia | |||
---|---|---|---|
Lahir | 1827 Pekalongan, Jawa Tengah, Hindia Belanda | ||
Meninggal | 1856 (umur 28–29) Batavia, Hindia Belanda | ||
Sebab meninggal | Eksekusi dengan digantung | ||
Pekerjaan | Playboy | ||
Suami/istri | Sim Hong Nio | ||
Pasangan | Mas Ajoe Goendjing Liesie Liem Ing Nio | ||
Orang tua | Letnan Oey Thai Lo (father) | ||
Kerabat | Oey Makau Sia (saudara) Kapitein Oey Giok Koen (keponakan) | ||
| |||
Oey Tamba Sia (lahir 1827 - meninggal 7 Oktober 1856), kadang disebut Oeij Tambah Sia, atau sering keliru dijuluki Oey Tambahsia, adalah seorang playboy kaya raya yang dihukum gantung pemerintah Hindia Belanda karena berperan dalam beberapa kasus pembunuhan di Batavia.[1][2][3] Kisah hidupnya melegenda di kalangan masyarakat Jakarta dan menjadi basis beberapa pantun, karya sastra dan cerita rakyat.
Biografi
Ia lahir pada tahun 1827 di Batavia, dan adalah putra taipan serta raja tembakau asal Pekalongan, Oey Thai Lo, gelar Oey Thoa, yang juga menjabat sebagai Letnan Cina di Kongsi Besar. Sebagai putra seorang Opsir Tionghoa, Oey Tamba menyandang gelar Sia. Pada saat baru berusia 15 tahun, ia kehilangan ayahnya, Letnan Oey Thai Lo, yang tutup usia dan menghibahkan kekayaan yang konon berjumlah 2 juta gulden kepada anak-anaknya.
Menurut cerita rakyat, Oey Tamba Sia walaupun tampan dan perlente adalah pemuda sombong dan gemar berganti-ganti pasangan. Sikap ini memburuk ketika ia menerima warisan besar setelah wafatnya sang ayah. Ia tidak menghormati pembesar-pembesar Tionghoa di Batavia karena banyak yang disokong dana oleh mendiang ayahnya, termasuk sahabat almarhum ayahnya Mayor Cina Tan Eng Goan. Walaupun demikian, Mayor Tan Eng Goan dan para pejabat lainnya berusaha memberikan nasihat kepada Oey Tamba Sia agar bertobat. Bahkan sang Mayor menawarkan Oey Tamba Sia jabatan Letnan Cina yang diemban ayahnya. Namun Oey Tamba Sia menolah baik nasihat maupun jabatan dari para petinggi Tionghoa tersebut.
Tingkah-laku Oey Tamba Sia berakhir pada tindakan kriminal di mana ia memerintahkan pembunuhan Sutedjo, saudara gundiknya Mas Adjeng Gundjing yang ia kira adalah kekasihnya. Oey Tamba Sia bahkan meracuni pembantunya sendiri yang setia Tjeng Kie hanya untuk memfitnah musuh bebuyutannya Lim Soe Keng Sia, anak mantu Mayor Tan Eng Goan. Dewan Tionghoa yang dipimpin Mayor Tionghoa menyelidiki tindakan Oey Tamba Sia tersebut, dan melaporkannya kepada pengadilan Landraad. Oey Tamba Sia dijatuhkan hukuman gantung sampai mati di muka umum. Usaha keluarga Oey untuk naik banding ke Raad van Justitie dan permohonan grasi kepada Gubernur Jendral ditolak.
Saat fajar tanggal 7 Oktober 1856, Oey Tamba Sia dihukum gantung sampai mati di lapangan Stadhuis (sekarang Museum Sejarah Jakarta).
Sastra
Pada tahun 1903, Thio Tjin Boen menerbitkan Tambahsia: Soewatoe tjerita jang betoel soedah kedjadian di Betawi antara tahoen 1851-1956, karyanya yang berdasarkan riwayat Oey Tamba Sia.[4] Tidak lama kemudian, pada tahun 1906, diterbitkan cerita anonim tentang Oey Tamba Sia yang dikisahkan oleh penulis Tjoa Ban Soeij dalam bentuk syair setebal 129 halaman, yaitu Sair swatoe tjeritajang betoel soeda kedjadian di Tanah Betawi dari halnja Oeij Tambah Sia, tatkalah Sri Padoeka toean besar Duymaer van Twist mendjabat Gouverneur General koetika tahoen 1851. Tambah Sia, karya Boan Soeij Tjoa, terbit pada tahun 1922 juga menceritakan kisah hidup Oey Tamba Sia.
Rujukan
- ^ https://books.google.co.id/books?id=CH0p3zHladEC&dq=%22oey+tamba%22&source=gbs_navlinks_s
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-30. Diakses tanggal 2016-11-30.
- ^ http://indonesianfolktales.wikia.com/wiki/Oey_Tambahsia_the_Playboy_of_Batavia
- ^ http://news.liputan6.com/read/99667/ioey-tambahsiai-si-tampan-yang-lupa-diri