Pura-Pura Haji
Pura-Pura Haji | |
---|---|
Genre | |
Skenario | Rois Said |
Sutradara | Archie Hekagery |
Pemeran | |
Penggubah lagu tema | Setia Band |
Lagu pembuka | "Sholat" — Setia Band |
Lagu penutup | "Sholat" — Setia Band |
Penata musik | Joseph S. Djafar |
Negara asal | Indonesia |
Bahasa asli | Bahasa Indonesia |
Jmlh. musim | 1 |
Jmlh. episode | 75 |
Produksi | |
Produser eksekutif | Kamil Wahyudi |
Produser | Mudakir Rifai |
Sinematografi | Memet Nakesh |
Pengaturan kamera | Multi-kamera |
Rumah produksi | MNC Pictures |
Distributor | MNC Media |
Rilis asli | |
Jaringan | RCTI |
Rilis | Senin, 4 September – Jum'at, 17 November 2017 |
Pura-Pura Haji adalah sinetron Indonesia produksi MNC Pictures yang ditayangkan perdana 3 September 2017 pukul 22.00 WIB di RCTI.[1] Sinetron ini disutradarai oleh Archie Hekagery serta dibintangi oleh Rahman Yacob, Dicky Chandra, dan Irgi Achmad Fahrezi.[2]
Sinopsis
Cerita ini berkisah tentang kehidupan masyarakat Desa Cikuya dengan segala keunikannya. Di Cikuya, konon seorang haji masih sangat dihormati, disegani, dan menempati derajat tinggi di kehidupan karena tidak semua mampu dan berkesempatan untuk meraih titel haji. Seorang haji akan menjadi patron, teladan, atau panutan bagi masyarakat.
Namun, pada titik tertentu, seorang haji dinilai dapat menentukan maju-tidaknya sebuah bisnis. Secara kebetulan, keadaan Toko Emas Haji Kosim seolah membenarkan pendapat itu. Dengan pemilik seorang haji, toko emas ini selalu ramai dikunjungi pelanggan, baik yang akan membeli maupun menjual emas.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan Toko Emas Super Jahal yang berada persis di sebelahnya. Dimiliki oleh seorang yang belum berhaji bernama Kang Jahal, toko ini cenderung sepi pelanggan.
Pandangan sempit inilah yang kemudian mendesak Kang Jahal untuk melakukan berbagai cara demi mendapatkan titel haji. Tujuannya, tak lain agar toko emasnya juga ramai dikunjungi pelanggan. Dengan modal pinjaman dari seorang Rentenir, Kang Jahal nekat berangkat haji dengan menggunakan jasa travel agent. Sialnya, travel agent yang ditunjuk adalah travel agent bodong alias palsu. Walhasil, Kang Jahal kena tipu dan terdampar di bandara tanpa bisa melaksanakan ibadah haji. Apa lancung, Kang Jahal yang sudah gembar-gembor sebelumnya kalau dia akan berangkat haji, untuk beberapa hari tetap bertahan di Jakarta, agar ketika pulang kembali ke Cikuya dapat berpura-pura menjadi haji.
Seperti pepatah, kebohongan satu akan ditutupi oleh kebohongan lainnya, maka begitulah yang terjadi dengan Kang Jahal dan Jannah istrinya. Yang kasihan adalah Jihan, anak Kang Jahal-Jannah. Dia yang pada dasarnya memiliki sifat jujur, harus terjebak dilema, menuruti orang tua walaupun selalu hidup bohong, atau berkata jujur dan itu berarti menjatuhkan kembali derajat orang tuanya yang—secara perlahan—memang mulai meningkat. Bukan hanya persaingan semu dengan Haji Kosim yang diciptakan sendiri, situasi Kang Jahal semakin rumit karena ia harus terus dihantui oleh Rentenir yang saban waktu selalu menagih dan merongrong. Bahkan dengan gelar haji pura-pura yang sudah disematkan, Kang Jahal terus “menyiksa diri” dengan ambisi untuk mendapatkan “kharisma” di mata masyarakat.
Di sisi lain, Haji Kosim yang pada dasarnya merupakan orang baik dan tidak pernah membuat masalah, tetap menghadapi banyak masalah. Bukan hanya tekanan dari Kang Jahal sebagai pesaing bisnis, tapi juga dari kelakuan anak kandungnya sendiri, Kemal.
Anak satu-satunya Haji Kosim ini memang punya sifat yang bertolak belakang dengan abahnya. Dia sangat berorientasi keduniaan dan tipe pemberontak. Baginya, rasionalitas menjadi pegangan utama dalam berkehidupan. Yang tak kalah merepotkan, selain berteman dengan rentenir, Kemal juga mencintai Jihan, anak Kang Jahal. Padahal, Jihan sendiri tidak suka dan lebih mencintai Nata, seorang santri adik Nanang, pegawainya Haji Kosim. Begitulah pusaran “cinta segitiga tidak sama sisi” yang terjadi antara Kemal-Jihan-Nata.
Denyut nadi dan dinamika Desa Cikuya semakin terasa di dalam kehidupan pasar yang diisi oleh orang-orang macam Cicih, ibu beranak Gadis dan Galuh, seorang etnis Arab satu-satunya Dullah, dan lalu lalang warga dan pedagang di Pasar Cikuya. Semua bisa bikin tertawa, tapi tak jarang juga memancing air mata. Begitupun, Desa Cikuya masih menawarkan hawa kesejukan dengan masih guyubnya orang untuk beribadah di masjid, yang dimotori sendiri oleh Haji Kosim dan Ustad Rifai.
Pemeran
Pemeran | Peran |
---|---|
Rahman Yacob | Jahal |
Dicky Chandra | Haji Kosim |
Irgi Achmad Fahrezi | Nanang Karomah |
Joe P Project | Rentenir |
Dea Annisa | Jihan |
Fachri Muhammad | Kemal |
Angga Yunanda | Nata |
Bobby Maulana | Abdullah |
Rully P Project | Sarmili |
Shanty Denny | Jannah |
Fuad Idris | Ustadz Rifai |
Valeria Stahl | Nur |
Linda Ramadhanty | Gadis |
Winda Puspita | Cicih |
Jui Purwoto | Bandi |
Claudia Andhara | Yuli |
Devira Lusiana | Galuh |
Audrey Sherin Ceacilia | Audrey |
Andry Budiarsha | Cungkring |
Arul Mbojo | Ikin |
Pipit Firmansyahpitra | Pengawal |
Abie Revan | |
Ipeh Hepi | Atin |
Intan RJ | Karina |
Referensi
- ^ Kironoputro, Dewanto. "Yuk Kenalan dengan 3 Keluarga Utama Sinetron Pura-Pura Haji". Okezone.com. Diakses tanggal 4 September 2017.
- ^ Belitung, Pos. "Mengintip Kehidupan Para Pemeran Sinetron Pura Pura Haji, Ada Kabar Mengejutkan". Tribunnews.com. Diakses tanggal 5 Desember 2017.