Lompat ke isi

Embung Bembem

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 26 Agustus 2024 09.31 oleh Davia Darayya (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Embung Bembem''' adalah telaga yang berada di Kalurahan Giriasih, Kapanewon Purwosari, Kabupaten Gunungkidul. == Asal-Usul Embung Bembem == Pada zaman dahulu, sebuah desa yang terletak di pegunungan Gunungkidul sering dilanda kekeringan yang parah. Tanahnya gersang dan tanaman sulit tumbuh subur. Warga desa mengandalkan hujan untuk bercocok tanam, tetapi hujan jarang turun. Kalau pun hujan tu...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Embung Bembem adalah telaga yang berada di Kalurahan Giriasih, Kapanewon Purwosari, Kabupaten Gunungkidul.

Asal-Usul Embung Bembem

Pada zaman dahulu, sebuah desa yang terletak di pegunungan Gunungkidul sering dilanda kekeringan yang parah. Tanahnya gersang dan tanaman sulit tumbuh subur. Warga desa mengandalkan hujan untuk bercocok tanam, tetapi hujan jarang turun. Kalau pun hujan turun, airnya cepat meresap ke dalam tanah kapur yang tidak bisa menampung air dalam jumlah banyak.

Pada suatu hari di musim hujan, seorang pengembara bernama Tono datang ke desa tersebut. Ia berjalan-jalan di sekitar desa dan pandangannya tertuju pada sebuah lembah kecil yang dipenuhi dengan air hujan. Lembah itu tampak seperti cekungan alami yang menampung air, namun airnya cepat sekali surut.

Tono memutuskan untuk tinggal beberapa hari di desa itu. Setiap malam, saat hujan turun deras, Tono sering mengunjungi lembah tersebut. Suatu malam, ketika hujan turun lebat dan kabut menyelimuti desa, Tono mendengar suara yang tidak biasa. Di tengah gemuruh hujan, terdengar suara katak yang sangat berbeda dari biasanya. Suara itu berbunyi "bembem... bembem...", seperti ada irama yang teratur.

Tono penasaran dan mengikuti suara itu hingga ke pusat lembah. Ia menemukan sekumpulan katak yang berkumpul di genangan air. Suara "bembem" mereka begitu harmonis dan menenangkan hati. Suara ini, pikir Tono, bukanlah suara biasa. Ia merasa bahwa suara katak tersebut adalah pertanda baik.

Keesokan harinya, Tono berbicara dengan para tetua desa dan menyarankan agar mereka membangun sebuah embung di lembah itu. Ia meyakinkan mereka bahwa embung tersebut akan menjadi sumber air yang dapat membantu desa bertahan di musim kemarau. Warga desa pun setuju. Dengan bantuan Tono, mereka mulai menggali dan memperkuat lembah itu menjadi embung yang dapat menampung air lebih lama.

Setelah embung itu selesai dibangun, warga desa memperhatikan bahwa suara "bembem" dari katak-katak tersebut semakin sering terdengar, terutama di malam hari setelah hujan turun. Mereka percaya bahwa suara itu adalah berkah yang diberikan alam kepada mereka.

Embung itu pun diberi nama Embung Bembem, sebagai penghormatan kepada suara katak yang telah menjadi bagian dari legenda desa tersebut. Sejak itu, desa ini memanfaatkan embung tersebut untuk penghidupan masyarakat sekitar. Embung Bembem menjadi sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, tetapi juga bagi alam di sekitarnya.