Lompat ke isi

Samyojana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Oktober 2011 09.06 oleh Tjmoel (bicara | kontrib) (→‎Belenggu penderitaan: +terjemahan)

Dalam agama Buddha, sebuah belenggu, rantai atau ikatan (Pāli: samyojana, saŋyojana, saññojana) jiwa, mengikat mahluk hidup kepada sasāra, lingkaran kehidupan beserta dengan dukkha. Dengan memutuskan seluruh belenggu, seseorang mencapai nibbāna (Pāli; Skt.: nirvāa).

Belenggu penderitaan

Diseluruh Kanon Pali, kata "belenggu" digunakan untuk menjelaskan fenomena intrapsikis yang mengikat seseorang kepada penderitaan. Sebagai contoh, dalam Itivuttaka 1.15 kitab Khuddaka Nikaya, Buddha menyatakan:

"Bhikkhu, Saya tidak membayangkan belenggu lain - terbelenggu yang oleh karenanya mahluk yang tergabung berkelana dan berpindah-pindah dalam waktu yang lama - seperti belenggu keinginan. Terbelenggu oleh belenggu akan keinginan, mahluk hidup tergabung berkelana dan berpindah-pindah dalam waktu yang lama."[1]

Dilain pihak, penderitaan yang disebabkan oleh sebuah belenggu sebagaimana tersirat dalam percakapan teknis dalam SM 35.232, dimana YM. Sariputta bercakap-cakap dengan YM. Kotthita:

YM. Kotthita: "Bagaimana, rekan Sariputta, bahwa ... telinga adalah belenggu akan suara atau suara merupakan belenggu akan telinga?..."
YM. Sariputta: "Rekan Kotthita, sebuah ... telinga bukanlah belenggu akan suara ataupun suara merupakan belenggu akan telinga, akan tetapi keinginan dan nafsu yang timbul daripadanya yang bergantung pada keduanya: terdapatlah belenggu disana.."[2]

Daftar belenggu

Tahapan, belenggu dan kelahiran kembali duniawi
(menurut Sutta Piaka[3])

"Buah"[4]
tahapan

Belenggu
yang diabaikan

kelahiran kembali
hingga berakhirnya penderitaan

pemasuk-arus

1. pandangan salah
2. keraguan
3. melekat pada ritual

belenggu
rendah

sampai dengan tujuh kali lagi
sebagai manusia atau di surga

kembali-sekali[5]

sekali lagi sebagai
seorang manusia

tidak-kembali

4. nafsu indria
5. dendam dan dengki

sekali lagi dalam
sebuah bait murni

arahat

6. nafsu materi
7. nafsu non-materi
8. kesombongan
9. kegelisahan
10. ketidak-tahuan

belenggu
tinggi

tidak ada

Sumber: Ñāṇamoli & Bodhi (2001), Diskusi Ukuran-Menengah, hal. 41-43.

Belenggu diberi nomor dengan cara yang berbeda antara Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka Kanon Pali

Referensi

  1. ^ Thanissaro (2001).
  2. ^ Bodhi (2000), p. 1230. Tangentially, in discussing the use of the concept of "the fetter" in the Satipatthana Sutta (regarding mindfulness of the six sense bases), Bodhi (2005) references this sutta (SN 35.232) as explaining what is meant by "the fetter," that is, "desire and lust" (chanda-raga). (While providing this exegesis, Bodhi, 2005, also comments that the Satipatthana Sutta commentary associates the term "fetter" in that sutta as referring to all ten fetters.)
  3. ^ Sebagai contoh, lihat : "Tamsil seekor Ular air"" (MN 22), dimana Buddha menyatakan:

    '... [U]ntuk mereka yang adalah arahat, terbebas dari noda, yang telah mencapai dan menyelesaikan tugas mereka, menaruh beban, mencapai tujuan mereka, memutuskan belenggu yang mengikat keberadaan, yang terbebaskan oleh pengetahuan penuh, tidak lagi terdapat lingkaran (mendatang) akan keberadaan yang dapat mengikat mereka.... [B]hikkhu tersebut yang telah mengabaikan lima belenggu terendah akan terlahir kembali segera (di Baik Murni) dan disana mereka pada akhirnya akan melampaui, tidak akan kembali dari dunia itu.... [B]hikkhu tersebut yang telah mengabaikan tiga belenggu, seluruhnya adalah pemasuk-arus, tidak cenderung untuk menurun, terjamin, dan menuju kepada Pencerahan sepenuhnya.'(Nyanaponika, 2006)

  4. ^ "Buah" (Pali:phala) adalah puncak dari "jalan" (magga). Oleh karena itu, sebagai contoh, seorang "pemasuk-arus" adalah buah untuk seseorang pada jalur "masuk-arus"; lebih jelasnya, pemasuk arus telah mengabaikan tiga belenggu pertama, yang mana seseorang yang berada pada jalur masuk-arus berjuang untuk mengabaikan belenggu-belenggu ini.
  5. ^ Baik pemasuk-arus dan kembali-sekali mengabaikan tiga belenggu pertama. Yang membedakan tingkatan-tingkatan ini adalah bahwa kembali-sekali sebagai tambahan juga melemahkan nafsu, kebencian dan khayalan, dan akan harus dilahirkan kembali hanya satu kali.