Lompat ke isi

Islam Karimov

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Islom Abdug‘aniyevich Karimov
Ислам Абдуганиевич Каримов
Presiden Republik Uzbekistan ke-1
Masa jabatan
31 Agustus 1991
(Pejabat Presiden hingga 22 Januari 2008) – Sekarang
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada
Pengganti
Petahana
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir30 Januari 1938 (umur 86)
Samarkand, RSS Uzbek, Uni Soviet
Kebangsaanuzbek
Partai politikOKP
(sebelum 1991)
FMDP
(1991-2007)
O’ZLIDEP
(sejak 2007)
Suami/istriTatyana Akbarovna Karimova
Find a Grave: 169200276 Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Islom Abdug‘aniyevich Karimov (dalam bahasa Uzbekcyrillic: Ислом Абдуғаниевич Каримов ; dalam bahasa Rusia: Ислам Абдуганиевич Каримов Islam Abduganiyevich Karimov) (lahir pada 30 Januari 1938 di Samarkand, RSS Uzbek, Uni Soviet) menjabat Presiden Uzbekistan sejak 1991.

Ia berdarah setengah Uzbek dari pihak ayahnya, dan setengah Tajik dari pihak ibunya. Karimov lahir di Samarkand dan dibesarkan di panti asuhan negara Uni Soviet. Ia belajar teknik dan ekonomi di Tashkent.

Mulai berkuasa

Karimov menjadi pejabat di Partai Komunis Uni Soviet, menjadi Sekretaris Pertamanya di Uzbekistan pada 1989. Pada 24 Maret 1990 ia menjadi Presiden Republik Sosialis Soviet Uzbek. Ia mendeklarasikan kemerdekaan Uzbekistan pada 31 Agustus 1991 dan menang dalam pemilihan presiden pertama Uzbekistan pada 29 Desember pada tahun itu dengan 86% suara. Pemilihan itu dituduh tidak adil, dengan propaganda yang diselenggarakan oleh negara, dan manipulasi penghitungan suara, meski kandidat dan pemimpin oposisi Partai Erk (Kebebasan) , Muhammad Solih, memiliki kesempatan berpartisipasi. Segera setelah pemilihan, diambil tindakan politik yang keras memaksa para pemimpin oposisi mengasingkan diri, sementara banyak lagi yang lainnya dijatuhkan hukuman penjara dalam jangka panjang dan beberapa lagi hilang.

Menjadi presiden

Islam Karimov

Pada 1995, Karimov memperpanjang masa jabtannya sampai 2000 melalui suatu referendum yang banyak dikritik. Ia terpilih kembali dengan 91,9% suara pada 9 Januari 2000. AS mengatakan bahwa pemilihlan ini "tak bebas dan tak wajar dan tidak memberikan pilihan yang sebenarnya kepada para pemilih Uzbekistan".[1].

Kandidat oposisi tunggal Abdulhasiz Dzhalalov mengakui bahwa ia hanya ikut dalam pemilihan umum itu hanya sekadar membuatnya tampak demokratis, dan bahwa ia sendiri memilih Karimov. Pada 27 Januari 2002, Karimov memenangkan referendum lain untuk memperpanjang masa jabatan kepresidenan dari 5 tahun menjadi 7 tahun. Masa jabatan Karimov yang sekarang, yang mestinya berakhir pada 2005, telah diperpanjang parlemen, yang menjadwalkan pemilihan berikutnya pada Desember 2007.

Karimov mengangkat Ergash Shaismatov sebagai Wakil Perdana Menteri Uzbekistan.[2]

Catatan Karimov pada hak-hak sipil dan kebebasan pers telah bertemu dengan kritik sungguh-sungguh pada komunitas internasional. Secara khusus, terang-terangan DuBes Inggris di Uzbekistan Craig Murray telah telah berkata pada rezim Karimov mendidihkan orang sampai mati, dan PBB telah menemukan siksaan "dilembagakan, sistematis, dan menjadi-jadi" dalam sistem peradilan Uzbekistan. Karimov tetap kawan karib dan setia sebagai sekutu George Walker Bush, yang mengundang tiada jalan mengkritik atau melawan pelanggaran HAM-nya yang kurang ajar.

Setelah Serangan 11 September 2001 Uzbekistan dianggap sebagai seukutu strategis dalam kampanye AS untuk Perang melawan Terorisme karena sama-sama menentang Taliban. Uzbekistan menjadi tuan rumah bagi kehadiran pasukan AS sebanyak 800 orang di pangkalan Karshi-Khanabad, yang juga dikenal sebagai "K2", yang mendukung upaya yang dipimpin AS dalam invasi Afghanistan 2001.[3] Langkah ini dikritik oleh Human Rights Watch yang mangatkaan bahwa pemerintah AS menomorduakan promosi hak-hak asasi manusia dibandingkan bantuan dalam Perang di Afghanistan. Hubungan AS-Uzbek memburuk pada Mei 2005 ketika pemerintah AS mengkritik reaksi pemerintah Uzbek terhadap protes di Andijan. Pada Juli 2005 pasukan AS meninggalkan Karshi-Khanabad.[4]

Presiden Karimov baru-baru ini menyatakan di Axborot News bahwa ia akan mempertimbangkan untuk tetap berkuasa setelah 2007 dengan persetujuan lewat pemilihan umum untuk menyelamatkan Uzbekistan dari kelompok-kelompok ekstremis yang kini siap mengambil alih negara itu. Pemilihan umum akan diselenggarakan pada Januari 2008.

Melawan gerakan Islam

Karimov mengadakan mobilisasi melawan Gerakan Islam Uzbekistan dan Hizb-ut-Tahrir, organisasi Islam yang dianggap teroris oleh pemerintah.[5]. Pemerintah Uzbek menghukum mati Tohir Yo‘ldosh dan Juma Namangani, pemimpin IMU, in absentia.[6] Namangani meninggal di Afganistan pada 2001 tetapi Tohir Yo‘ldosh masih hidup.[7]

Di Uzbekistan, puluhan ribu Muslim dan Muslimah telah ditahan tanpa diadili, ribuan lainnya disiksa, dan ratusan telah dibunuh di luar pengadilan. Muslimahnya selalu terancam tindak pelecahan seksual selama interogasi. Mereka yang dipenjara melaporkan bahwa mereka menjadi sasaran pemukulan, kurungan di ruang bawah tanah dalam kondisi yang tak tertahankan untuk manusia, serta suntikan dengan darah terinveksi HIV karena mereka tetap salat dan menolak memohon ampunan kepada Karimov [butuh rujukan].

Kritik

Komunitas internasional telah berulang-ulang mengkritik catatan pemerintahan Karimov dalam segi hak asasi manusia dan kebebasan pers. Secara khusus, Craig Murray, duta besar Britania dari 2002 hingga 2004, menulis tentang korupsi keuangan dan pelanggaran hak asasi manusia selama ia menjabat sebagai duta besar dan belakangan ia menulis dalam memoarnya Murder in Samarkand [8], menunjuk kepada laporan tentang orang-orang yang direbus hingga mati. PBB menemukan bahwa penyiksaan "dilembagakan, dilakukan secara sistematis, dan meluas" dalam sistem peradiilan Uzbekistan.[9]

Steve Crawshaw, Direktur Human Rights Watch London menyatakan,”Polisi di Uzbekistan menggunakan sengatan listrik, pukulan, dan perkosaan untuk memaksa pengakuan. Mereka membuat sesak napas tahanan dengan tas plastik, menyiram dengan gas klor, atau mematikan ventilasi udara di sel bawah tanahnya. Mereka menggantung lelaki secara telanjang pada pergelangan tangan dan kaki. Dalam sebuah kasus tahun lalu (2003), dokter menemukan bahwa luka bakar pada tubuh seorang tahanan yang mati di tahanan ialah akibat dicelupkan ke dalam air mendidih. Tangannya tak lagi berkuku. Inilah gaya dari rezim Karimov.”

Kehidupan keluarga

Karimov menikah; istrinya Tatyana Akbarovna Karimova ialah ekonom. Mereka memiliki 2 putri dan 3 cucu. Putri tertuanya Gulnara Karimova menjabat sebagai Penasihat Kedutaan Besar Uzbekistan di Rusia dan dipercaya untuk membangun kerajaan bisnis yang luas yang termasuk operator telepon nirkabel di Uzbekistan, kelab malam dan pabrik semen besar.

Didahului oleh:
Rafik Nishanov
Sekretaris Jenderal Partai Komunis RSS Uzbek
1989 – 1991
Diteruskan oleh:
partai dibubarkan
Didahului oleh:
Tidak Ada
Presiden Uzbekistan
1991 –Sekarang
Diteruskan oleh:
Sedang Menjabat

Lihat pula

Pranala luar


Referensi