Lompat ke isi

Vitamin B12

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Mei 2013 07.56 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q13405367)

Vitamin B12

Vitamin B12, disebut juga kobalamin, adalah sebuah vitamin larut air yang berperan penting dalam berfungsi normalnya otak dan sistem saraf, serta dalam pembentukan darah. Vitamin ini merupakan salah satu dari delapan vitamin B. Umumnya, vitamin ini terlibat dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh, terutama pengaruhnya pada sintesis dan regulasi DNA serta pada sintesis asam lemak dan produksi energi.


Vitamin B12 merupakan kumpulan senyawa-senyawa yang terhubung secara kimia, yang semuanya memiliki aktivitas sebagai vitamin. Secara struktur, vitamin B12 adalah vitamin yang paling kompleks dan mengandung elemen kobal yang jarang tersedia secara biokimia. Biosintesis dari struktur dasar vitamin ini hanya dapat dilakukan oleh bakteri, namun konversi antara bentuk-bentuknya yang berbeda dapat terjadi dalam tubuh. Suatu bentuk sintesis yang umum dari vitamin ini, sianokobalamin, tidak terjadi di alam, namun digunakan dalam banyak sediaan farmasi dan suplemen, dan juga sebagai bahan tambahan makanan karena kestabilannya dan harganya yang lebih murah. Dalam tubuh, vitamin ini diubah menjadi bentuk fisiologisnya, metilkobalamin dan adenosilkobalamin, dengan membuang gugus sianida nya walaupun dalam konsentrasi minimal. Baru-baru ini, hidroksokobalamin (suatu bentuk kobalamin yang dihasilkan dari bakteri), metilkobalamin, dan adenosilkobalamin juga dapat ditemukan pada produk farmakologi dan suplemen makanan yang mahal. Kegunaaan dari zat-zat ini masih diperdebatkan.


Dalam sejarahnya, vitamin B12 ditemukan dari hubungannya dengan penyakit anemia pernisius, sebuah penyakit otoimun yang menghancurkan sel-sel parietal dalam perut yang mensekresi faktor intrinsik. Faktor intrinsik ini sangat penting dalam absorpsi normal vitamin B12, sehingga kekurangan faktor intrinsik, yang tampak pada anemia pernisius, disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Sejak saat itu, banyak jenis-jenis kekurangan vitamin B12 lain yang lebih tidak kentara, berikut efek biokimianya, telah berhasil diuraikan.