Lompat ke isi

Layanan jejaring sosial

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 22 November 2018 17.23 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)
Situs Jejaring sosial

Layanan jejaring sosial adalah layanan dalam jaringan, platform, atau situs yang bertujuan memfasilitasi pembangunan jaringan sosial atau hubungan sosial di antara orang-orang yang memiliki ketertarikan, aktivitas, latar belakang, atau hubungan dunia nyata yang sama. Suatu layanan jejaring sosial terdiri dari perwakilan masing-masing pengguna (biasanya berupa profil), hubungan sosialnya, dan berbagai layanan tambahan. Kebanyakan layanan ini berbasis web dan penggunanya berinteraksi melalui Internet, seperti surat elektronik dan pesan instan. Layanan komunitas dalam jaringan kadang dianggap sebagai layanan jejaring sosial, meski dalam artian yang lebih luas layanan jejaring sosial bersifat terpusat pada individu, sementara layanan komunitas daring bersifat terpusat pada grup. Situs-situs jejaring sosial memungkinkan pengguna berbagi ide, aktivitas, acara, dan ketertarikan di dalam jaringan individunya masing-masing.

Sejarah

Kemunculan situs jejaring sosial ini diawali dari adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan dunia.[1]

Situs jejaring sosial pertama, yaitu Sixdegrees.com mulai muncul pada tahun 1997.[2] Situs ini memiliki aplikasi untuk membuat profil, menambah teman, dan mengirim pesan.[2] Tahun 1999 dan 2000, muncul situs sosial lunarstorm, live journal, Cyword yang berfungsi memperluas informasi secara searah. Tahun 2001, muncul Ryze.com yang berperan untuk memperbesar jejaring bisnis.[2] Tahun 2002, muncul friendster sebagai situs anak muda pertama yang semula disediakan untuk tempat pencarian jodoh.[3] Dalam keanjutannya, friendster ini lebih diminati anak muda untuk saling berkenalan dengan pengguna lain.[3] Tahun 2003, muncul situs sosial interaktif lain menyusul kemunculan friendster, Flick R, You Tube, Myspace.[2] Hingga akhir tahun 2005, friendster dan Myspace merupakan situs jejaring sosial yang paling diminati.[2]

Memasuki tahun 2006, penggunaan friendster dan Myspace mulai tergeser dengan adanya facebook.[2] Facebook dengan tampilan yang lebih modern memungkinkan orang untuk berkenalan dan mengakses informasi seluas-luasnya.[4] Tahun 2009, kemunculan Twitter ternyata menambah jumlah situs sosial bagi anak muda.[2] Twitter menggunakan sistem mengikuti - tidak mengikuti (follow-unfollow), di mana kita dapat melihat status terbaru dari orang yang kita ikuti (follow).[2]. Tahun 2012,muncul kembali dan menambah kembali situs jejaring sosial untuk semua usia yang bernama Ketiker. Ketiker adalah situs web yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut post.

Kelebihan

Keberadaan situs jejaring sosial ini memudahkan kita untuk berinteraksi dengan mudah dengan orang-orang dari seluruh belahan dunia dengan biaya yang lebih murah dibandingkan menggunakan telepon.[5] Selain itu, dengan adanya situs jejaring sosial, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat.[6]

Kelemahan

Kemunculan situs jejaring sosial ini menyebabkan interaksi interpersonal secara tatap muka (face-to-face) cenderung menurun.[1] Orang lebih memilih untuk menggunakan situs jejaring sosial karena lebih praktis.[1]. Di lain pihak, kemunculan situs jejaring sosial ini membuat anak muda tidak dapat tidak mengakses internet.[1]. Dalam kadar yang berlebihan, situs jejaring sosial ini secara tidak langsung membawa dampak negatif, seperti kecanduan (addiksi) yang berlebihan dan terganggunya privasi seseorang.[2][5]

Referensi

  1. ^ a b c d (Inggris) Watkins, S.Craig. 2009. The Young and the Digital: What the Migration to Social Network Sites, Games, and Anytime, Anywhere Media Means for Our Future.'UK: Beacon Press. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Young" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ a b c d e f g h i Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama ellison
  3. ^ a b (Inggris) Lange, P. G. (2007). Publicly private and privately public: Social networking on YouTube. Journal of Computer-Mediated Communication, 13(1), article 18.
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Gaul
  5. ^ a b Aleman, Anna M.Martinez & Wartman, Katherine Link. 2009. Online Social Networking on Campus: Understanding What Matters in Student Culture. Taylor & Francis. Hal 120-123.
  6. ^ Lin, Carolyn A. & Atkin, David A. 2002. Communication Technology and Society. Cresskill, NJ: Hampton Press, Inc. Hal 183.