Letnan Harahap
Letnan Harahap | |
---|---|
Sutradara | Sophan Sophiaan |
Produser | Mulyono Sugandi |
Ditulis oleh | Deddy Arman |
Pemeran | Sophan Sophian Kaharuddin Syah Lenny Marlina Darussalam Doddy Sukma Ade Irawan Parto Tegal Brigitta Maria Syamsuri Kaempuan Usman Effendy Mustafa Etty Sumiati Abdi Wiyono Dewi Indrawati Dhanan Djaya Bagus Aryatama |
Penata musik | Leo Kristi |
Distributor | Sumaco Film |
Tanggal rilis | 1977 |
Durasi | 106 menit |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia 1978 |
|
Letnan Harahap adalah film Indonesia tahun 1977.
Sinopsis
Letnan Harahap (Kaharuddin Syah) adalah sosok ideal seorang polisi yang sederhana, tekun dan jujur, bersemboyan lebih baik mati dalam tugas daripada di tempat tidur. Ketika Letnan Harahap menangkap beberapa morfinis, salah seorang orang tua mereka menyertakan sebuah amplop saat mengucapkan terima kasih, tetapi ditolaknya. Begitu pula saat menangkap anak-anak penggede yang mengebut di jalan raya, Harahap tetap berteguh untuk tidak membebaskan tahanannya, meski ditawari sebuah mobil kecil untuk keluarganya. Film ini juga menampilkan perbedaan yang menonjol antara kehidupan istri penggede tidak sempat memperhatikan anak karena sibuk rapat dan serakah harta, dengan kehidupan keluarga miskin yang ribut antara keluarga karena tergusur rumahnya dan harus bertransmigrasi. Keributan semakin bertambah saat Harahap datang dan mengabarkan bahwa anaknya ditangkap karena mencuri nasi bungkus. Sang istripun menyambut dengan kemarahan dan mengatakan "Jika orang gede melakukan korupsi tidak ditangkap, tetapi anak kecil yang mencuri nasi bungkus ditangkap". Semboyan Harahap sebagai polisi terbukti saat menumpas gembong pengedar narkotik, yang saat itu ia harus istirahat karena mengidap kanker.
Serba-serbi
- Dalam film ketiganya ini Sophan Sophiaan, selain sebagai sutradara, memerankan seorang preman dengan menggunakan kaos oblong bergambar Ali Sadikin. Sebagai sutradara semakin mantap dalam karakter, kritik sosial dan nasionalis.
- Cerita diilhami dari sebuah artikel dalam majalah “Intisari”.