Lompat ke isi

Antiseptik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 Desember 2020 08.15 oleh FBN122645 (bicara | kontrib) (Suntingan 112.215.230.70 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot)
Larutan antiseptik iodin yang dioleskan ke luka.

Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa.[1][2] Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.[2] Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan.[3] Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada benda mati, contohnya wastafel atau meja.[3] Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan.[3][4] Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.[5]

Efektivitas

Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan.[6] Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik.[7] Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri, tetapi tidak akan membunuh bakteri tersebut.[7] Ketika konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA).[7] Lama paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.[7]

Jenis-jenis

Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri.[4] Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah hydrogen peroksida, garam merkuri, boric acid, dan triclosan.[3][4][7]

Hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida (H2O2) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat namun tidak mengiritasi jaringan hidup.[3][4] Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai antiseptik pada membrane mukosa.[4] Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena zat ini mudah mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen.[4]

Garam merkuri

Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000.[4]. Senyawa ini dapat membunuh hampir semua jenis bakteri dalam beberapa menit.[4]. Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat.[4].

Asam Borat

Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan.[4] Zat ini dapat digunakan secara optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20.[4]

Triclosan

struktur kimia triclosan

Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur, deodoran, dan lain-lain.[7] Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim.[7] Mekanisme kerja triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikrob kehilangan kekuatan dan fungsinya.[7]

Lihat Pula

Referensi

  1. ^ Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology & Imunology, Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
  2. ^ a b Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorgnisms. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
  3. ^ a b c d e Jain M. 2004. Competition Science Vision. India: Pratiyogita Darpan.
  4. ^ a b c d e f g h i j k Havard CMH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th Edition. USA: Barnes & Noble Books.
  5. ^ [KSBH] Kansas State Board of Health. 2008. Annual Report of The State Board of Health of The State of Kansas. USA: BiblioBazaar LLC.
  6. ^ Block SS. 2001. Disinfection, Sterilization, and Preservation 5th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
  7. ^ a b c d e f g h Franklin TJ, Snow GA. 2005. Biochemistry and Molecular Biology of Antimicrobial Drug Action 6th Edition. New York: Springer Science & Business Media Inc.