Soesilo Soedarman
Soesilo Soedarman | |
---|---|
Berkas:Soesilo Soedarman 1994.jpg | |
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Republik Indonesia ke-4 | |
Masa jabatan 17 Maret 1993 – 18 Desember 1997 | |
Presiden | Soeharto |
Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Indonesia ke-3 | |
Masa jabatan 21 Maret 1988 – 17 Maret 1993 | |
Presiden | Soeharto |
Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ke-11 | |
Masa jabatan 1986–1988 | |
Presiden | Soeharto |
Pengganti Abdul Rahman Ramly | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Maos, Cilacap, Jawa Tengah, Hindia Belanda | 12 November 1928
Meninggal | 18 Desember 1997 Jakarta, Indonesia | (umur 69)
Sebab kematian | Pembengkakan jantung |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Partai Golongan Karya |
Suami/istri | Ny. Widaningsri |
Hubungan | Mayjen TNI (Purn.) Muhammad Mangundiprojo (Ayah Mertua) Letjen TNI (Purn.) Himawan Soetanto (Kakak Ipar) Wartono Soedarman (Adik Kandung) |
Anak | Indroyono Soesilo |
Almamater | Militer Akademi (MA) Jogya Angkatan I (1948) |
Profesi | Militer |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Pangkat | Jenderal TNI |
Satuan | Kavaleri |
Sunting kotak info • L • B |
Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Soesilo Soedarman (EYD: Susilo Sudarman) (10 November 1928 – 18 Desember 1997) adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan VI (1993—1998) dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada Kabinet Pembangunan V (1988—1993). Soesilo Soedarman juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat yang berkedudukan di Washington DC dari 18 Februari 1986 hingga 11 April 1988.
Kehidupan Awal
Soesilo lahir sebagai anak kedua dari sebelas bersaudara pada 10 November 1928 di Maos, Cilacap dengan nama Soemarlan. Pada saat ia disapih, ia lalu dirawat oleh sang kakek yang lalu mengganti namanya dengan Soesilo. Kakek Soesilo adalah seorang juragan tanah (landlord) yang kaya. Maka dari itu saat kelahirannya, ia lalu mendapatkan beberapa hadiah dari sang kakek berupa tanah seluas 100 bau dan uang sejumlah 10 ribu gulden. Hadiah ini diberikan tak lain dan tak bukan bertujuan agar Soesilo kelak akhirnya dapat bersekolah menjadi seorang dokter. Kakek Soesilo sendiri memiliki dokter pribadi bernama Dokter Katung, di mana sang kakek kagum pada sosok dokter ini dan menginginkan sang cucu kelak juga bisa menjadi dokter. Namun, pada saat masa pendudukan Jepang, kakeknya ini terkena peraturan reformasi tanah (landreform), di mana akhirnya kakek Soesilo jatuh miskin.
Masa kecil Soesilo Soedarman diwarnai dengan kegemarannya menggembalakan kerbau milik kakeknya bersama beberapa teman sebayanya. Ia juga suka menangkapi belut di sawah dan membakarnya. Selain itu, Soesilo kecil sangat gemar akan wayang, di mana ia sering menonton pertunjukan wayang semalam suntuk dan mengagumi tokoh Bima dan Hanoman. Dia juga sering bermain dalang sendiri dengan wayang-wayang, suara gamelan dari mulut dan diterangi lampu petromaks. Kegemaran akan wayang ini melekat sepanjang hidupnya. Pada masa kecilnya ini pula, karena lebih sering diasuh oleh kakeknya maka Soesilo memanggil kakeknya dengan sebutan Bapak sedangkan ayahnya sendiri dipanggil dengan sebutan kangmas (kakak). Hal ini lalu disadarinya saat Soesilo akan dikhitan, ia baru menyadari saat itu bahwa yang ia panggil kangmas adalah ayahnya sendiri.[1]
Nama Soesilo Soedarman
Dari saat pengasuhan kakeknya tersebut, namanya hanya Soesilo saja. Hingga saat Soesilo menjadi duta besar di Amerika Serikat ada yang menanyakan nama keluarga Soesilo. Soesilo menjawab bahwa namanya hanyalah satu kata tersebut. Namun si penanya berkata "Kamu harusnya mempunyai nama lain" dan Soesilo lalu memberikan nama Soedarman yang merupakan nama ayahnya (Soedarman Wiryosoedarmo). Pada kesempatan berikutnya, Soesilo lalu dipanggil dengan nama Mr. Soedarman.[1]
Karier Militer
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Tinggi di Yogyakarta, ia lalu melanjutkan pendidikannya ke Militer Akademi (MA), melenceng dari keinginan kakeknya yang menginginkannya menjadi dokter. Di Militer Akademi (MA) ia adalah rekan satu angkatan dari Subroto (mantan Menteri Pertambangan dan Energi) dan Sayidiman Suryohadiprojo (mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang). Lulus dari akademi, sebagai salah satu lulusan terbaik, ia diwajibkan menjadi pelatih. Beberapa tokoh pernah berada dalam pelatihannya adalah Mudjono, S.H. dan Soedharmono (mantan Wakil Presiden). Dalam mobilisasi pelajar di era perang kemerdekaan (1947), ia bertugas untuk melatih para siswa tingkat SMP dan SMA saat pasukan Belanda telah mencapai Gombong. Sebagai tentara pula, ia pernah menjabat sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan (Pangkowilhan) Sumatra dan Kalimantan Barat pada periode 1980–1985.[1]
Pernikahan dan anak
Ia menikah dengan Widaningsri Putri dari Mayjen TNI Muhammad Mangundiprojo dan Adik Letjen TNI Himawan Soetanto, seorang gadis yang dikenalnya saat masih menjadi taruna Militer Akademi (MA). Pernikahan tersebut berlangsung di Ponorogo, pada 15 April 1951. Pernikahan ini dikaruniai 5 anak, 1 wanita dan 4 laki-laki.[1]
Meninggal Dunia
Soesilo Soedarman meninggal dunia pada tanggal 18 Desember 1997 dalam usia 69 tahun di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Jenazah Soesilo Soedarman dimakamkan di TMP Kalibata, Bertindak inspektur upacara Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Wiranto
Museum Soesilo Soedarman
Museum Soesilo Soedarman terletak di desa Gentasari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Nama beliau juga di abadikan sebagai Nama Gelanggang Olah Raga ( GOR ) di kompleks Universitas Jenderal Sudirman .[2]
Pranala luar
- (Indonesia) Museum Soesilo Soedarman
Referensi
- ^ a b c d Majalah Kartini, 17 April 1988. "Orang-orang baru di kabinet bercerita tentang masa kecil mereka: Dari yang menjadi komandan gembala sampai mata-mata kecil"
- ^ "Museum Jenderal TNI (Purn) Soesilo Soedarman" Diarsipkan 2014-11-03 di Wayback Machine. Website tnial.mil.id
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Sudomo |
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Republik Indonesia 1993—1997 |
Diteruskan oleh: Feisal Tanjung |
Didahului oleh: Achmad Tahir |
Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Indonesia 1988—1993 |
Diteruskan oleh: Joop Ave |
Jabatan diplomatik | ||
Didahului oleh: Hasnan A. Habib |
Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat 1986–1988 |
Diteruskan oleh: Abdul Rahman Ramly |
- Kelahiran 1928
- Kematian 1997
- Meninggal usia 69
- Rintisan biografi Indonesia Oktober 2021
- Tokoh militer Indonesia
- Tokoh TNI
- Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
- Tokoh Jawa
- Tokoh Jawa Tengah
- Tokoh dari Brebes
- Tokoh dari Cilacap
- Tokoh Orde Baru
- Tokoh Angkatan 45
- Politikus Indonesia
- Politikus Partai Golongan Karya
- Menteri Indonesia
- Menteri Koordinator Indonesia
- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia
- Duta Besar Indonesia
- Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat