Kenongorejo, Pilangkenceng, Madiun
Kenongorejo | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Madiun | ||||
Kecamatan | Pilangkenceng | ||||
Kode Kemendagri | 35.19.13.2012 | ||||
Luas | 962,46 ha | ||||
Jumlah penduduk | 4.662 | ||||
|
Kenongorejo adalah desa di kecamatan Pilangkenceng, Madiun, Jawa Timur, Indonesia. Desa Kenongorejo adalah gabungan dari Desa Tlagan dan Desa Kenongo. Jaman dahulu Desa Tlagan adalah tempat tinggal Raden Tumenggung Natapura, paman Raden Tumenggung Natasari (Bupati Caruban). Raden Tumenggung Natapura mempersunting wanita Desa Tlagan dan pada akhirnya tinggal di Desa Tlagan tersebut. Untuk mengabadikan nama Raden Tumenggung Natapura, yang merupakan saudara dari Raden Tumenggung Purwawijaya ayahanda Raden Tumenggung Natasari (Bupati Caruban), maka Waduk yang terletak di sebelah utara Kota Caruban itu diberinama "WADUK NATAPURA".
"LETAK"
Desa Kenongorejo terletak 7 km dari Kota Caruban, ke arah Utara.yang berbatasan langsung dengan kabupaten ngawi disebelah barat dan kabupaten bojonegoro disebelah timur.
"SEKOLAH"
Di Desa Kenongorejo terdapat dua sekolah SD Negeri, yakni SDN Kenongorejo 01 dan SDN Kenongorejo 02. Sebelum Tahun 1970, kedua sekolah tersebut tergabung dengan sebutan SDN Tlagan A dan B, yang bangunan gedungnya terletak di SDN Kenongorejo 01 sekarang. SDN Kenongorejo 02 adalah penjelmaan dari SD Tlagan B.
Bangunan SDN Kenongorejo 02 mempunyai sejarah yang agak unik. Ketika SD Tlagan B pindah tahun 1970, bangunan yang siap baru tiga kelas, sehingga yang pindah saat itu adalah Kelas 4, Kelas 5, dan Kelas 6. Gedung lain belum ada, halaman belum siap, pagar belum ada. Sekolah didirikan di atas tanah bengkok Pak Lurah, sebagian dana berasal dari Kantong Pak Lurah, sebagian dari Pemerintah. Dananya masih kurang. Kepala Sekolah, Pak Moertodjo, berinisiatif membuat kebijakan tiap Sabtu seluruh siswa bekerja bakti menguruk halaman sekolah dengan pasir/tanah yang berasal dari kanal irigasi (wangan) di dekat sekolah sehingga seluruhnya rata dan bagus. Anak-anak bersukaria bergotong-royong tiap Sabtu hingga seluruhnya selesai diurug dan diratakan. Setelah halaman selesai, seluruh siswa ditugasi untuk membangun pagar yang berasal dari patok kayu dan jeruji dari bambu. Siswa membawa patok kayu, dan siswi membawa jeruji bambu. Setelah semua bahan terkumpul, oleh siswa dibangun pagar yang rapi keliling halaman sekolah. Sisa bangunan yang belum dibangun, sekali lagi Pak Lurah dan Pak Kepala Sekolah berinisiatif lagi, seluruh kelas menanam tembakau di sawah bengkok Pak Lurah. Siswa menanam dari nol, mulai mengganco, mendangir, menggulud, menyemaikan, menanam, memupuk, menyiram, memanen, menyongok. Setelah semua selesai dicongok, dijual ke PT Perkebunan di Desa Kenongorejo juga. Hasilnya sebagaimana dilaporkan saat perpisahan Kelas 6 yang lulus Tahun 1971, sebesar Rp.90.000,- (Dibacakan di panggung oleh Heru Hartanto, alumni 1971). Saat itu nilai uangnya seharga sepeda motor Honda 90 cc terbaru tahun 1970. Uang hasil penjualan itu dipakai untuk membangun tiga kelas berikutnya. Sekali lagi anak-anak bekerja bakti mengurug fondasi tiga kelas itu sampai selesai.
Tahun 1970, SDN Kenongorejo 02 pernah menorehkan Juara I Kasti se Kabupaten Madiun.
Kalau kejadian itu dilakukan di zaman sekarang, mungkin sudah diprotes oleh para orang tua. Tetapi, bagi siswa saat itu, yang sekarang umurnya mungkin bervariasi antara 53-63 tahun, suatu hal yang sangat menyenangkan dan menjadi kenangan yang sangat menyenangkan. Apalagi sekolah ini sudah menjadi sekolah favorit di Kecamatan Pilangkenceng.
"BUDAYA"
Permainan anak-anak yang ada dan pernah ada di Desa Kenongorejo antara lain kasti, jumpritan, jamuran, gobak sodor (go back through the door), dam-daman, macanan, dakon, cirak, tek-po, pathon (gasingan), playon ereng, adu kemiri, mbek-mbekan (gulat), mandi di kedung, wok-wokan (kelereng), dan lain-lain.
Kebiasaan para petani berkaitan dengan menanam padi atau ketan ada upacara "methil", dan lain-laian. Terhadap rojokoyo atau hewan piaraan berkaki empat (kerbau, sapi), tiap Jumat Wage pagi, dituntun ke pasar, dicancang di pohon jati di pinggir sungai dekat jembatan. Hewan itu diselamati jajan pasar, sebagai rasa syukur. Anak-anak berebut jajan pasar itu di tampah dengan hati riang gembira. Ketika kerbau melahirkan dibuatkan dawet kemangi (selasihan).
Setiap menjelang musim hujan, diadakan upacara labuh, dengan membawa encek ke sawah berharap hujan segera turun tanpa membawa bencana. Dulu sering terjadi puting beliung atau tornado, sampai-sampai tiap rumah tangga diwajibkan membuat bunker untuk escape ketika terjadi puting beliung.
"HASIL BUMI"
Hasil bumi terutama adalah padi, jagung, tembakau, kedele.
"INDUSTRI"
Sejak lama budaya membuat batik tulis sudah ada sampai sekarang. Usaha batik tulis dari Desa Kenongorejo menjadi salah satu ikon Kabupaten Madiun. Bahkan produk batiknya yang bermotif porang, dipakai sebagai seragam hari Jumat di Pusdiklat Perum Perhutani Madiun pada tahun 2011- sekarang.salah satu penghasil batik di desa kenongorejo adalah pak.Bi.