Lompat ke isi

Gudang Garam

Halaman yang dilindungi semi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

PT Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam Tbk
PT Gudang Garam Tbk
Perseroan terbatas terbuka
Kode emitenIDX: GGRM
IndustriRokok
Tembakau
Didirikan26 Juni 1958
PendiriSurya Wonowidjojo
Kantor pusatIndonesia Kediri, Jawa Timur, Indonesia
Tokoh kunci
Juni Setiawati Wonowidjojo (Komisaris Utama)
Susilo Wonowidjojo (Direktur Utama)
ProdukGudang Garam International
Gudang Garam Surya
Gudang Garam Merah
Surya Pro
Surya Pro Mild
GG Shiver
Gudang Garam Signature
Gudang Garam Signature Mild
PendapatanKenaikan Rp 821 Triliun (FY 2018)
Kenaikan Rp 134 Triliun (FY 2018)
Total asetKenaikan Rp 150 Triliun (FY 2018)
Total ekuitasKenaikan Rp 51 Triliun (FY 2018)
Pemilik
Karyawan
26.976 (2015)
Anak usahaPT Halim Wonowidjojo
PT Surya Madistrindo
PT Surya Kertaagung Toll
PT Surya Dhoho Investama
Situs webwww.gudanggaramtbk.com

PT Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam Tbk (terkenal dengan nama singkatan PT Gudang Garam Tbk) adalah sebuah merek/perusahaan produsen rokok terbesar keenam di Indonesia setelah STTC. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo, perusahaan rokok ini merupakan peringkat pertama dan terbesar keenam di Indonesia menurut tahun pendiriannya (jika dibandingkan perusahaan rokok nasional lainya seperti Nojorono dan Djarum di Kudus) dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar 514 hektare di Kediri, Jawa Timur.

Sejarah

Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Jien Hwie atau Surya Wonowidjojo. Sebelum mendirikan perusahaan ini, di saat berumur sekitar dua puluh tahun, Tjoa Jien Hwie mendapat tawaran bekerja dari pamannya di pabrik rokok NV Tjap 93 yang merupakan salah satu pabrik rokok terkenal di Jawa Timur pada waktu itu. Pabrik rokok itu dimiliki oleh paman Jien Hwie, Tjoa Kok Tjiang. Berkat kerja keras dan kerajinannya dia mendapatkan promosi dan akhirnya menduduki posisi direktur di perusahaan tersebut.[1]

Namun, kemudian muncul persengketaan antara kedua paman dan keponakan tersebut, entah karena perbedaan strategi atau kepemilikan saham, sehingga Jien Hwie memutuskan untuk keluar dari Cap 93 pada tahun 1956.[1] Dia memilih lokasi di jalan Semampir II/l, Kediri, di atas tanah seluas ±1.000 m² milik Muradioso yang kemudian dibeli perusahaan, dan selanjutnya disebut Unit I ini, ia memulai industri rumah tangga memproduksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot dengan merek Inghwie. Setelah dua tahun berjalan, Jien Hwie mengganti nama perusahaan dan produknya menjadi Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam (disingkat Gudang Garam), terhitung sejak 26 Juni 1958. Awal PR Gudang Garam sendiri dibantu dengan 50 karyawan eks-Cap 93.[1] Konon, nama "Gudang Garam" diraih Jien Hwie dari mimpi.[2]

Menurut Dukut Imam Widodo, sejarawan Jawa Timur, nama "gudang garam" yang disandang oleh perusahaan ini tercermin pada logo perusahaan yang sampai saat ini masih digunakan. Logo itu didesain oleh Surya bersama salah satu karyawannya yang bekerja di pabrik tersebut. Logo itu terlahir dari sebuah mimpi gudang garam lima los yang berada dekat rel kereta api Kertosono–Bangil. Gudang garam yang dimaksud adalah bangunan yang terletak di dekat pabrik rokok NV Tjap 93, tempat kerja Surya sebelum mendirikan perusahaan sendiri. Lokasi gudang itu tidak jauh dari Stasiun Kediri.[3][4][5] Desain logo dengan pintu terbuka, tertutup dan setengah tertutup, melambangkan tahapan menuju puncak.[1]

Jien Hwie (Surya Wonowidjojo) berusaha mengembangkan usaha barunya ini dengan tekun. Tidak pulang sampai tengah malam, ia memfokuskan usahanya meramu bagaimana campuran resep kretek yang baik.[6] Tidak disangka, kemudian pertumbuhan usaha rumahan Gudang Garam pun tumbuh dengan pesat, dengan di tahun 1966 sudah menyandang gelar sebagai produsen kretek terbesar di Indonesia, dengan ribuan karyawan dan 50 juta batang rokok kretek.[2] Walaupun sempat terdampak oleh krisis politik di pertengahan 1960-an yang membuatnya kehilangan banyak karyawan, langkah cermat Surya berhasil membangkitkan bisnisnya kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama.[7] Di tahun 1969, Surya meningkatkan status perusahaannya menjadi sebuah firma, dan pada 30 Juni 1971 berubah menjadi perseroan terbatas (PT PR Tjap Gudang Garam).[8] Di tahun 1973, Gudang Garam juga mulai menancapkan pengaruhnya di luar negeri dengan mengekspor produk rokoknya.[9]

Dalam pengelolaan perusahaan miliknya ini, Surya masih memegang sikap konservatif. Hal ini misalnya ditunjukkan ketika sejumlah perusahaan seperti Bentoel Group sudah memproduksi rokoknya menjadi Sigaret Kretek Mesin di tahun 1970-an, Gudang Garam masih setia dengan Sigaret Kretek Tangan[10] dan baru mendatangkan mesin rokok di tahun 1979. Mesin rokok ini kemudian tercatat menaikkan produksi perusahaan menjadi dua kali lipat (9 miliar batang/tahun menjadi 17 miliar batang/tahun).[11] Memasuki era 1980-an, pabrik Gudang Garam makin jauh lagi perkembangannya, dengan beroperasi di lahan 240 ha, berkapasitas produksi 240 juta batang/tahun, omset US$ 7 juta, pangsa pasar 38% dan cukai mencapai Rp 1 miliar, menempatkan posisinya sebagai perusahaan kretek terbesar di tanah air.[11][12] Karyawannya mencapai 37.000 dan sudah memiliki armada helikopter sendiri.[13] Meskipun sudah sukses, Surya saat itu tetap memfokuskan usahanya pada produksi kretek saja, baik itu produksi rokok maupun kertasnya.[14] Gudang Garam kemudian juga mulai menunjukkan aktivitas sosialnya (CSR), dengan mendukung perkembangan olahraga seperti tenis meja.[15]

Belakangan, dua putra Surya, Rachman Halim dan Susilo Wonowidjojo, mulai aktif juga memainkan peran di Gudang Garam sejak 1970-an. Dua putranya ini kemudian menjadi pimpinan perusahaan kretek ini berturut-turut, setelah Surya meninggal di tahun 1985.[16] Sejak tanggal 27 Agustus 1990, PT PR Tjap Gudang Garam resmi menjadi perusahaan publik, dengan melepas 57 juta saham di Bursa Efek Jakarta dan 96 juta saham di Bursa Efek Surabaya, yang ditawarkan dengan harga Rp 10.250/lembar.[17][8] Kepemilikan saham saat itu dipegang oleh keluarga almarhum Surya Wonowidjojo, dengan yang utama dipegang oleh jandanya, Tan Siok Tjien dan putranya, Rachman Halim.[15] Kini, kepemilikan saham mayoritas tetap dikuasai keluarga Wonowidjojo, namun lewat PT Suryaduta Investama.[17]

Pada tahun 1996, Gudang Garam mencatatkan penjualan Rp 9,6 triliun; dan di tahun 2000, menjadi Rp 15 triliun dengan 41.000 karyawan. Melanjutkan sikap konservatisme Surya, meskipun pada era 1990-an sempat menempati perusahaan (konglomerasi) terbesar kelima di Indonesia,[18] manajemen dan kepemilikan Gudang Garam tetap berada di tangan keluarga Wonowidjojo. Mereka juga tidak terlalu bergantung pada hutang luar negeri, sehingga tidak terdampak krisis yang menimpa Indonesia di akhir 1990-an.[19] Gudang Garam juga tercatat mampu menghadapi berbagai tantangan seperti kehadiran BPPC yang pernah memengaruhi produksinya di awal 1990-an.[9] Pada tahun 2001, Gudang Garam tercatat telah memiliki 6 pabrik di lahan 100 ha dan lebih dari 40.000 pekerja.[2]

Gudang Garam kini memegang sekitar 21% pangsa pasar rokok nasional, dengan pabrik di Kediri, Sumenep, Karanganyar dan Gempol.[20] Untuk distribusi, PT Gudang Garam Tbk tidak mendistribusikan secara langsung melainkan melalui PT Surya Madistrindo lalu kepada pedagang eceran kemudian baru ke konsumen.

Perkembangan mutakhir

Pada 4 Agustus 2017, Japan Tobacco International (Japan Tobacco Inc.), membeli 100% saham PT Karyadibya Mahardika dan PT Surya Mustika Nusantara, anak perusahaan dari PT Gudang Garam Tbk.[21] Sekarang, kedua perusahaan ini terpisah dari Gudang Garam. Pasca-akuisisi ini, sempat tersiar rumor beberapa kali bahwa Gudang Garam akan merger atau diakuisisi perusahaan rokok asal Jepang tersebut, namun manajemen selalu membantahnya.[22]

Dalam menghadapi tantangan baru-baru ini, perseroan menambah modal anak usahanya yakni PT Surya Kerta Agung (SKA), dalam mendukung rencana perusahaan untuk ekspansi bisnis jalan tol. Berdasarkan keterangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Gudang Garam bersama dengan PT Suryaduta Investama masing-masing dengan kepemilikan saham 99,9% dan 0,1% atas SKA, memutuskan untuk melakukan penambahan modal dasar pada SKA.[23] Tidak hanya itu, suntikan modal Rp 1 triliun juga diberikan pada PT Surya Dhoho Investama (perusahaan afiliasi) yang mengelola Bandara Dhoho Kediri yang sahamnya dimiliki 99,99% oleh Gudang Garam, dengan tujuan akhirnya akan diakuisisi oleh perusahaan kretek ini.[24]

Tak hanya itu, kabarnya, Gudang Garam telah membentuk 3 anak perusahaan baru dan siap merambah rokok elektrik. Satu adalah sebagai importir, kemudian perusahaan kedua distribusi, dan ketiga untuk manufakturnya. Menurut Direktur Gudang Garam, Istata Taswin Siddharta, perusahan melihat tren rokok elektrik dapat membuka potensi persaingan di industri rokok walaupun saat ini perseroan melihatnya belum sebagai ancaman serius.[25]

Produk

Sigaret Kretek Tangan

  • Gudang Garam Merah
  • Gudang Garam Djaja
  • Gudang Garam Special Deluxe King Size
  • Gudang Garam Patra
  • Taman Sriwedari Kretek

Sigaret Kretek Mesin Full Flavor

  • Gudang Garam International
  • Surya Professional
  • Surya Exclusive
  • Surya 12
  • Surya 16
  • Gudang Garam Signature
  • GG Move

Sigaret Kretek Mesin LTLN

  • GG Mild
  • GG Shiver (dahulu GG Mild Shiver)
  • Surya Professional Mild
  • Gudang Garam Signature Mild

Sigaret Klobot Kretek

  • Gudang Garam Klobot Manis

Sigaret Putih Mesin

  • Halim Merah
  • Halim Coklat

Produk sebelumnya

  • Gudang Garam Klobot Tawar
  • Gudang Garam Tanda Mata
  • Gudang Garam International Coklat
  • Gudang Garam Gold
  • Gudang Garam Nusantara
  • Nusa
  • Surya 12 Premium
  • Surya 16 Exclusive
  • Surya Slims Merah
  • Surya Slims Menthol
  • Surya Slims White
  • Surya Signature Filter (Merah)
  • Surya Signature Mild
  • Surya Signature Menthol Mild
  • Halim Coklat

Referensi

  1. ^ a b c d Lika Liku Bisnis GudangLika Liku Bisnis Gudang Garam Menjadi Nomor Satu ...
  2. ^ a b c 100 tokoh yang mengubah Indonesia: biografi singkat seratus tokoh paling ...
  3. ^ by. "Hoki dan Rezeki Logo Gudang Garam (4) | Jatimplus.id" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-27. Diakses tanggal 2019-12-27. 
  4. ^ Riyanto, B. (2019). SIASAT MENGEMAS NIKMAT: Ambiguitas Gaya Hidup dalam Iklan Rokok Di Masa Hindia Belanda sampai Pasca Orde Baru 1925–2000. Yogyakarta: Lembaga Studi Realino. ISBN 9786025607615. 
  5. ^ Sri Margana,. Kretek Indonesia : dari nasionalisme hingga warisan budaya. Universitas Gadjah Mada. Jurusan Sejarah,, Pusat Studi Kretek Indonesia,. [Yogyakarta]. ISBN 978-602-1217-03-0. OCLC 893974635. 
  6. ^ Para Pemancang Tiang Indonesia
  7. ^ Sejarah Gudang Garam yang Pernah Terdampak G30S PKI
  8. ^ a b Appendices
  9. ^ a b Identifikasi Masalah Sosial-Ekonomi Akibat Pemutusan Hubungan Kerja (Kasus ...
  10. ^ Matra, Masalah 48-53
  11. ^ a b SIASAT MENGEMAS NIKMAT: Ambiguitas Gaya Hidup dalam Iklan Rokok Di Masa ...
  12. ^ Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia
  13. ^ Berita industri, Volume 16
  14. ^ Approaching Suharto's Indonesia from the Margins
  15. ^ a b Prospektus GGRM 1990
  16. ^ Sejarah Gudang Garam dan Susilo Wonowidjojo Orang Terkaya Kedua RI
  17. ^ a b Sejarah dan Profil Singkat GGRM (Gudang Garam Tbk)
  18. ^ The Rise of "the Rest": Challenges to the West from Late-industrializing ...
  19. ^ Asian Development Experience Vol. 2: The Role of Governance in Asia
  20. ^ 40 Saham Terbaik untuk Dibeli di Tahun 2017
  21. ^ Japan Tobacco Akuisisi Anak Usaha Gudang Garam
  22. ^ Kabar Dicaplok Raksasa Japan Tobacco, Gudang Garam Buka Suara
  23. ^ Rokok Gudang Garam Masuk Bisnis Tol, Pemerintah Kegirangan!
  24. ^ Gudang Garam Suntik Modal Pengelola Bandara Kediri Rp 1 T
  25. ^ Gudang Garam Bentuk 3 Anak Usaha Baru, Siap Rambah Rokok Elektrik?

Pranala luar