Bagindo Dahlan Abdullah
Bagindo Dahlan Abdullah | |
---|---|
Duta Besar Indonesia untuk Irak ke-1 | |
Masa jabatan 27 Maret 1950 – 12 Mei 1950 | |
Presiden | Soekarno |
Pendahulu Jabatan baru | |
Wakil Pemimpin Pemerintahan Kota Jakarta | |
Masa jabatan 7 September 1945 – 23 September 1945 | |
Gubernur | Suwiryo |
Pelaksana Tugas Wali Kota Khusus Jakarta | |
Masa jabatan Maret 1942 – 8 Agustus 1942 | |
Gubernur Jenderal | Hitoshi Imamura |
Pendahulu E. A. Voorneman (sebagai Burgemeester Batavia) Pengganti Sakae Tsukamoto | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 15 Juni 1895 Pasia, Pariaman, Hindia Belanda |
Meninggal | 12 Mei 1950 Baghdad, Irak | (umur 54)
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Nafisah (cerai mati), Siti Akmar |
Anak | Arsad (Ajo Tanjuang), Bagindo Jamaluddin Abdullah, Sidhawati Abdullah, Gandasari A. Win, Surniati Salim, Bagindo Taufik Anwar Abdullah, Bagindo Abdul Malik Abdullah, Fatmah Zahra Asmar |
Orang tua | Abdullah (ayah) dan "Uniang" (ibu) |
Almamater | Universitas Leiden |
Pekerjaan | Diplomat |
Dikenal karena | Pejuang kemerdekaan Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Haji Bagindo Dahlan Abdullah (15 Juni 1895 – 12 Mei 1950)[1] adalah seorang pejuang kemerdekaan dan diplomat Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Pemimpin Pemerintahan Kota Jakarta mendampingi Raden Suwirjo di masa peralihan kekuasaan antara pendudukan Jepang dengan Pemerintah Indonesia dari 7 September 1945 hingga 23 September 1945.[2] Dalam kiprahnya, ia pernah diutus negara untuk menjadi Duta Besar Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk Irak, Syria, dan Trans-Jordania.[3]
Ia diangkat sebagai duta besar untuk ketiga negara tersebut oleh Presiden Soekarno pada tahun 1950, dan resmi bertugas sebagai duta besar pada tanggal 27 Maret 1950. Namun Bagindo menjabat duta besar dalam tempo yang amat singkat, kurang dari tiga bulan, karena ia meninggal dunia pada tanggal 12 Mei 1950 akibat serangan jantung yang menimpanya.[3]
Sesuai saran dan nasihat Haji Agus Salim, jenazah Bagindo Dahlan Abdullah kemudian dimakamkan di Baghdad, Irak, dengan upacara kebesaran di Masjid Syekh Abdul Qadir Jailani di kota tersebut. Saran dan nasihat Agus Salim itu bertujuan agar makam Bagindo akan dikenang lama dan menjadi simbol tali persahabatan antara Indonesia dan Irak.[3]
Referensi
- ^ Suryadi, Surya (21 Agustus 2014). "Nasionalisme Seorang Putra Pariaman: Mengenang Kepahlawanan H. Bagindo Dahlan Abdullah (1895-1950)". Leiden: Universitas Leiden.
- ^ "Jakarta, 1945–kini". Interaktif Kompas.id. Diakses tanggal 7 Januari 2022.
- ^ a b c "H. Bgd. Dahlan Abdullah: Nasionalisme seorang Putra Pariaman" Goodreads. Diakses 10-6-2014.
Pranala luar
- "Nasionalis asal Pariaman: H Bgd. Dahlan Abdullah" Suryadi. Diakses 28-6-2014.
Jabatan diplomatik | ||
---|---|---|
Jabatan baru | Duta Besar Indonesia untuk Irak 1950 |
Diteruskan oleh: Tirtawinata |