Lompat ke isi

Sejarah Indramayu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Desember 2022 08.24 oleh 103.158.121.36 (bicara) (Penmbahan Konten)

Dermayu adalah nama lama dari Indramayu, nama Dermayu memang lebih dikenal dari pada nama Indramayu yang dinilai terlalu rumit dan panjang ketika diucapkan. Sebenarnya Dermayu dengan Indramayu itu memiliki sejarah yang berbeda pendiriannya.

Pada sejarah di Indramayu sendiri terdapat beberapa sejarah yang berbeda pada setiap massanya seperti : Sejarah Kesulthonul Nagarigung Dermayu, Sejarah Karesidenan Indramayu dan Sejarah Kabupaten Indramayu.

Sebelum Indramayu Berdiri

Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya

Berawal dari Kerajaan Sriwijaya yang memperluas wilayah kekuasaannya di nusantara, yang mana Kerajaan Sriwijaya ini berhasil menduduki seluruh pulau jawa di abad ke 9 masehi hingga abad ke 13 masehi.

Kekuasaan Pamalayu Kerajaan Singhasari

Pada abad ke 13 masehi Kerajaan Singhasari mulai melakukan perluasaan wilayah dengan Pamalayu di selatan pulau jawa dan dipesisir utara pulau jawa dari Surabaya, Gresik, Tuban, Jepara, Demak, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Kuningan, Indramayu, Majalengka, Subang dan Karawang.

Kerajaan Singhasari mulai digantikan oleh Kerajaan Majapahit, yang mana wilayah kekuasaan Singhasari di nusantara menjadi kekuasaan Majapahit abad ke 14 masehi. Pada tahun 1351 masehi Prabu Hayam Wuruk membagi wilayah kekuasaannya menjadi 14 administratif kerajaan bawahan yakni :

  • Kerajaan Daha.
  • Kerajaan Wengker.
  • Kerajaan Matahun.
  • Kerajaan Lasem.
  • Kerajaan Pajang.
  • Kerajaan Paguhan.
  • Kerajaan Kahuripan.
  • Kerajaan Singhasari.
  • Kerajaan Mataram.
  • Kerajaan Wirabhumi.
  • Kerajaan Pawanukan.
Kerajaan Manukan
"kerajaan pawanukan"

1351-1470
Bendera Kerajaan Manukan
Bendera
{{{coat_alt}}}
Lambang
Wilayah resmi Kerajaan Manukan
Wilayah resmi Kerajaan Manukan
Pembagian administratif
Pembagian administratif
StatusKerajaan bawahan
Kerajaan Majapahit
Ibu kotaLosarang, Indramayu
Bahasa resmiBahasa Jawa Indramayu dan Bahasa Melayu
Kelompok etnik
Agama
PemerintahanMonarky
Maharaja 
• 1351-1367
Putri Swardhani
(Bhatara Manukan I)
• 1367-1394
Raden Bagus Genthong
(Bhatara Manukan II)
• 1394-1424
Raden Angling Darma
(Bhatara Manukan III)
• 1424-1447
Raden Arya Damar
(Bhatara Manukan IV)
• 1447-1470
Rajanandaneswari
(Dyah Sudharmini)
(Bhatara Kembang Jenar)
Sejarah 
• Didirikan
1351
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Majapahit
krjKerajaan
Manukan
krjKerajaan
Kembang Jenar
Sekarang bagian dari Republik Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Pawanukan (Manukan) didirikan oleh Putri Swardhani pada tahun 1351 masehi dan sekaligus menjadi Raja Manukan I. Letak kepemerintahaan Kerajaan Manukan berada di Losarang, Indramayu. Putri Swardhani adalah anak dari Dyah Rajasaduhita Iswari atau Bhatara Pajang dari pernikahannya dengan Raja Singhawardhana atau Bhatara Paguhan. Putri Swardhani juga adik dari Prabu Wikramawardhana atau Bhatara Mataram dan Dyah Rajasaduhita Iswari (Dyah Nertaja) adalah adik dari Maharaja Hayam Wuruk.

Putri Swardhani turun tahta menggantikan neneknya Tribhuwana Tunggal Dewi sebagai mantan Raja Majapahit dan juga pernah menjabat sebagai Bhatara Kahuripan sehingga Putri Swardhani menggantikan neneknya sebagai Raja Kahuripan serta tahtanya di Kerajaan Manukan digantikan oleh Raden Bagus Genthong yang sebelumnya menjabat sebagai senopatinya Putri Swardhani. Ia menjabat dari tahun 1367 sampai 1394 masehi.

Era Raden Bagus Genthong bisa dikatakan sebagai awal mulanya ditemukannya bijih tembaga di Kerajaan Manukan terutama di daerah Terisi dan Gantar. Disana masih terdapat bekas mulut goa tambang tembaga era Raden Bagus Genthong.

Tembaga digunakan untuk mengganti bahan pembuatan Khong (gentong) yang terbuat dari tanah liat, oleh karena itu bijih tembaga dibutuhkan untuk bahan baku pembuatan beberapa peralatan rumah tangga seperti Khong (gentong) yang awal mulanya digunakan untuk menampung air, memasak makanan, menyimpan beras dan menyimpan koin, maka di jaman Raden Bagus Genthong yaitu Khong dirubah menjadi Khong tembaga dengan sebutan Dangdang Tembaga.

Selain itu wajan yang terbuat dari tanah liat atau yang digunakan untuk memasak dan rebus makanan, wajan tanah liat di rubah menjadi wajan tembaga. Di Indramayu sendiri wajan tembaga sekarang hanya digunakan untuk membuat makanan dodol khas dermayu.

Kemudian Raden Bagus Gentong digantikan oleh putranya yang bernama Raden Angling Darma sebagai Bhatara Manukan III, ia menjabat dari tahun 1394 sampai 1442 masehi.

Masuknya Agama Islam Di Indramayu

Pada saat dipimpin oleh Raden Angling Darma, yang mana agama Islam mulai masuk ke Indramayu dari tahun 1394 masehi melalui tokoh Syeikh Subaqir yaitu seorang Ulama asal Persia (Iran) yang datang ke Indramayu untuk mengenalkan dan menyebarkan agama Islam pada penduduk.

Syeikh Subaqir hidup menetap di Gumi Hwang atau Sukagumihwang, Indramayu dan mengangkat Rakinem sebagai muridnya, yang mana Rakinem sendiri adalah seorang penduduk pribumi suku jawa Gumi Hwang (sukagumihwang, Indramayu). Ia juga menjadi seorang Ulama Indramayu pertama dan tahun 1411 masehi tokoh Ulama dari Kerajaan Siam (Thailand) yaitu Syeikh Dzatul Khafi dan Syeikh Hasanuddin datang ke kediaman Syeikh Rakinem dan Syeikh Subaqir di desa Bondan, Sukagumihwang, Indramayu.

Syeikh Dzatul Khafi dan Syeikh Hasanuddin menyebarkan ilmu Hadis agama Islam di penduduk Indramayu tahun 1412 masehi. Adik dari Syeikh Rakinem yaitu Nyi Mas Ratu Kenchana Wungu dinikahi oleh Syeikh Dzatul Khafi dengan maskawin berupa Masigid Darusajiddin Bodan yang dibangun pada tahun 1414 masehi. Dari pernikahaan Syeikh Dzatul Khafi dengan Nyi Mas Ratu Kenchana Wungu dikaruniai tiga anak yaitu :

  • Kiyai Panjunan.
  • Kiyai Abdullnurakim.
  • Nyi Ageng Muara.

Ketiga anaknya itu lahir dan dewasa di Sukagumihwang, Indramayu. Pada saat mereka dewasa mereka hidup perpindah-pindag untuk menyebarkan agama islam ke luar wilayah Indramayu, begitu juga dengan Syeikh Subaqir yang pergi ke daerah Jawa Tengah.

Tahun 1442 masehi tahtanya diganti oleh Raden Aria Damar, namun Kerajaan Manukan digabung menjadi satu kerajaan dengan Kerajaan Kembang Jenar. Pada tahun 1469 masehi Pangeran Cakrabuana melarikan diri dari Pakwan Pajajaran bersama dengan penduduknya ke Indramayu (Kerajaan Kembang Jenar) dan mereka belajar agama islam kepada Syeikh Rakinem, Syeikh Dzatul Kahfi dan Syeikh Hasanudin.

Pangeran Cakrabuana mendirikan sebuah desa bernama desa Pakungwati dan menjadi desa suku sunda pertama di utara. Pada tahun 1470 masehi Putra Raden Jaka Samudra yaitu Raden Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra) mulai mendirikan Kesultanan Dermayu tahun 1478 masehi dan berdaulat dari Kerajaan Majapahit. Raden Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra) memperistri Nyi Mas Ratu San Xian (San Dang) anak Raja Palembang yaitu Raja Lebar Daun ke VII (keturunan Tionghoa). Putranya yang bernama Pangeran Wirakusuma menjadi Sulthonul Wirakusuma (sulthan dermayu II) dan putra yang satunya yaitu Pangeran Adikusuma mendirikan Desa Tunggul Payung (Tugu di Lelea) pada tahun 1530 masehi. Pangeran Adikusuma memperistri keturunan Tionghoa Taipei era Dinasti Ming, sedangkan Sulthonul Wirakusuma memperistri Nyi Mas Ratu Ilir putri Raden Husyahin (Kussen), yang mana Nyi Mas Ratu Ilir adalah ponakan Raden Fatah Kesultanan Demak.

Sejarah Nama Daerah

Nama Dermayu berasal dari dua kosa kata yakni kata Darma atau Derma artinya Dermaga atau dalam bahasa indonesia adalah pelabuhan, sedangkan kata Ayu berasal dari kata Rahayu, yang mana artinya adalah Ketentraman, Keasrian, Kedamaian dan Kecantikan. Akan tetapi yang dimaksudkan disini arti dermayu adalah Pelabuhan yang Tentram dan Asri, yang mana pada massanya daerah Dermayu (Indramayu) dikenal sebagai bangsa kelautan. Hal itu bisa diteliti pada simbol sapu angin (delapan penjuru mata angin atau Kemudi Kapal Laut) yang digunakan Sulthonul Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra ke I) pada Dinasti Kasulthonul Nagarigung Darmayu.

Ada juga yang berpendapat bahwa nama Dharmayu berasal dari kata Dharma Buddha dan kata Ayu berasal dari kata Yuan yang merujuk pada Dinasti Yuan Tiongkok, yang mana artinya Dharma Yuan atau Dermayuan.

Semua pendapat itu memanglah masuk akal dan wajar, namun diperlukan catatan lama dari pihak yang berhubungan antara sejarah hubungan Dermayu dan Dinasti Yuan di Tiongkok atau setidaknya rujukan. Untuk saat ini arti Dermayu memiliki arti Pelabuhan, selain itu juga daerah ini dahulu lebih dikenal memiliki beberapa pelabuhan abad ke 15 masehi wangsa Dermayu seperti Pelabuhan Teluk Kerimun di Losarang, Pasekan , Juntinyuat dan Serayu (Brebes).

Sedangkan untuk nama Indramayu sendiri berawal dari Putra Raden Suramenggali atau Dinasti Singhalodra (anak Sulthonul Syah Werdhinata atau wiralodra ke IV) yaitu Pangeran Kertawijaya (Sulthonul Kertawijaya atau wiralodra ke VIII) yang diangkat menjadi Bupati Solo (Surakarta) oleh Kangjeng Ageng Sulthonul Hamengkurat I (mataram islam).

Pada Idhul Fitri hari Jumat tanggal 15 November 1678 masehi dikabarkan Sulthonul Syama'un meninggal dunia akibat Kesultanan Dermayu diserang oleh VOC. Sehingga Pangeran Kertawijaya sebagai ponakannya melakukan serangan balasan pada 19 November 1678 masehi kepada VOC dan berhasil menduduki beberapa wilayah luar Kesulthonul Nagarigung Dermayu seperti Pakungwati (Cirebon), Serayu (Brebes), Tegal, Kuningan, Tegalkalong Sumedang, Subang, Karawang, Bekasi, Bogor Timur, Banten, Palembang dan Jambi.

Dari situlah masyarakat Dermayu menjuluki Pangeran Kertawijaya sebagai Dewa Indra atau Dewa Perang yang menyebutnya Kadewatan Indra Sekehing Dermayu (Indra Dermayu) dan Kangjeng Ageng Sulthonul Hamengkurat II mengangkat Pangeran Kertawijaya sebagai Sulthonul Indrawijaya atau Sulthonul Hanom Kapingsetunggal (sultan muda I) pada tahun 1678 masehi untuk menjadi pengganti Sulthonul Syama'un (dinasti wiralodra ke VII) di Kesulthonul Nagarigung Dermayu (pasal Mataram Islam) sekaligus sebagai awal mula wangsakerta (Sulthonul Kertawijaya) atau Dinasti Indrawijaya, hingga dilanjutkan ke Sulthonul Wiradhibrata sebagai Sulthonul Dermayu IX tahun 1686, sedangkan Kertawijaya pergi ke timur dan mendirikan Kantor Pemajegan (pajak) Kanoman (kemudahan) di lemahwunguk Kadipaten Gebang (cirebon).

Nama Dinasti Indrawijaya dari pangeran kertawijaya (wiralodra ke VIII) ini juga yang kemudian dinobatkan sebagai nama Karesidenan Indramajoe (Indramayu) tahun 1812 era Thommas Raffles.


Karesidenan Indramayu

Pasca Sulthonul Marangali (wiralodra ke XI) meninggal dalam perang tahun 1770 masehi dan Kesultanan Dermayu berada dalam kekuasaan Hindia-Belanda sekaligus memutus Dinasti Kepemerintahan Sultan Dermayu. Pada tahun 1807 pasukan asal Inggris mendarat di pantai utara Pasekan Indramayu menyerang Hindia-Belanda dan 6 kapal besar asal Francis (Kanada) yang bersandar di pelabuhan Pasekan untuk mengangkut minyak mentah dari Indramayu ke Kanada di tenggelamkan oleh pasukan Inggris, kemudian daerah Indramayu di duduki Inggris pada tahun 1807 atau era dimulainya kepemerintahan Thommas Raffles.

Di tahun 1817 Thommas Raffles mulai membentuk beberapa Karesidenan di pulau jawa. Karesidenan adalah bentuk kepemerintahaan Kota (pemukiman besar) yang memiliki beberapa Kadipaten (Kabupaten) dan Kawedanan (setara Kecamatan) di dalamnya. Pada pulau jawa bagian barat terdapat 9 Karesidenan di dalam Provincie West-Java (Jawa Barat) yakni :

Peta Karesidenan di Pulau Jawa

  1. Karesidenan Indramajoe (Indramayu).[1]
  2. Karesidenan Buitenzorg (Bogor).
  3. Karesidenan Batavia (Betawi atau Jakarta).
  4. Karesidenan Bantam (Serang).
  5. Karesidenan Cheribon (Cirebon).
  6. Karesidenan Krawang (Purwakarta).
  7. Karesidenan West-Priangan (Sukabumi).
  8. Karesidenan Midd-Priangan (Bandung).
  9. Karesidenan Oost-Priangan (Tasikmalaya).
Peta Karesidenan Indramayu

Pada saat dibentuknya Karesidenan[2] , pihak keturunan Sultan Dermayu XI melakukan gugatan kepada Thommas Raffles di Batavia (Jakarta), bahwa Indramayu dirugikan dalam pembentukan Provincie West-Java yang mana wilayah Pemanukan, Gebang dan Kuningan sebelumnya wilayah dari Kesultanan Dermayu, tiba-tiba Gebang dan Kuningan dimasukan ke dalam wilayah Karesidenan Cherribon (Cirebon) dan Pamanukan juga dahulunya wilayah Kesultanan Dermayu, kemudian di masukan ke dalam Karesidenan Purwakarta atau Krawang dan jelas itu menjadi sebuah kerugian bagi Indramayu.

Keturunan Sultan Dermayu XI (Sulthonul Marangali) yang masih utuh menyebutkan kepada Thommas Raffles, bahwa kebanyakan orang-orang itu tidak banyak ikut perang melawan Portugis, VOC, Hindia-Belanda dan yang kebanyakan melawan mereka adalah orang-orang dari Banten, Bogor Timur, Bekasi, Dermayu, Sumedang, Jawa Tengah, Daerah Istimewah Yogyakarta dan Jawa Timur di pulau jawa yang mana orang-orang Indramayu mencatatnya.

Pihak keturunan Sultan Dermayu XI saat itu mengajukan usulan kepada Thommas Raffles, yang mana lebih baik Karesidenan Indramajoe (Indramayu) di gabung dengan Prov. Midd-Java (jawa tengah), hal itu agar wilayah Pemanukan, Gebang dan Kuningan masih berada dalam wilayah Karesidenan Indramajoe (Indramayu), sebab Kadipaten Pemanukan adalah wilayah bagian penting Kesultanan Dermayu, yang mana daerah itu adalah pelabuhan lama era Kerajaan Kembang Jenar dan juga markas militer dermayu sebagian besarnya berada di pemanukan.

Kadipaten Gebang adalah wilayah bagian penting Kesultanan Dermayu dimasa lalu, yang mana daerah itu terdapat tambang batu andesit untuk membuat semen yang sudah dibangun oleh Raden Sutajaya seorang mentri Pemajegan atau pajak Kesultanan Dermayu era kepemerintahaan Sultan Wirakusuma (wiralodra ke II). Raden Sutajaya adalah putra dari Kiyai Ageng Jebug Angrum seorang mentri pemajegan Dermayu tahun 1478 sampai 1510 masehi era Sultan Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra ke I), selain itu Raden Sutajaya juga pernah menjadi perwira perang Dermayu wangsa Sultan Wirakusuma, yang mana Kesultanan Demak saat itu membutuhkan bantuan prajurit dari Kesultanan Dermayu karena Kesultanan Demak dilanda peperangan agama, setelahnya ia diangkat oleh Sultan Wirakusuma menjadi Mentri Palebuhan Serayu (brebes) yang masih wilayah dari Kesultanan Dermayu di timur dan sekaligus Raden Sutajaya menjadi Bupati Gebang pertama di Kadipaten Gebang Kesultanan Dermayu. Raden Sutajaya juga hanya mantu dari Raja di Kerajaan Pakungwati (cirebon).

Kadipaten Kuningan juga wilayah bagian penting Kesultanan Dermayu dimasa lalu, yang mana daerah ini mampu mencukupi kebutuhan bahan Kayu Jati purba di penduduk Kesultanan Dermayu untuk Produksi bahan banguan seperti membuat rumah, membuat kebutuhan perkakas rumah tangga yang terbuat dari kayu jati dan kebutuhan lainnya. Daerah ini didirikan oleh Pangeran Aria Kemuning yaitu anak Sultan Wirakusuma atas pernikahaanya dengan Nyi Mas Ratu Ilir (anak Raden Husyahin). Ia juga menjadi perwira perang Kesultanan Dermayu dimasa lalu dan ia diangkat menjadi anak angkat Syeikh Syarif Hidayatullah pasca Kerajaan Pakungwati (cirebon) perang dengan Kerajaan Galuh Kawali di Ciamis, yang mana Syeikh Syarif Hidayatullah meminta bantuan Sultan Wirakusuma berupa Prajurit dari Kesultanan Dermayu dan lebih dari 200 prajurit terbunuh yang sebagian besarnya adalah para ulama asal dermayu.

Usulan penggabungan Karesidenan Indramajoe (Indramayu) ke dalam Prov. Midd-Java (jawa tengah) ditolak oleh Thommas Raffles karena Prov. Midd-Java (jawa tengah) sudah memiliki 20 Karesidenan di dalamnya atau terlalu banyak, namun kebijakan Thommas Raffles mengistimewahkan daerah Karesidenan Indramajoe, yang mana daerah Indramayu hanya bisa dipimpin oleh penduduk pribuminya (Jawa dan Tionghoa) saja sebagai Resident (pemerintah) dan Thommas Raffles tidak turut ambil bagian dalam pengaturan proyek atau pekerjaan di Indramayu, sedangkan karesidenan lain di Prov. West-Java berada dalam kendali Thommas Raffles sepenuhnya seperti orang pribumi tidak diperbolehkan menjadi Resident dan tidak berhak mengatur proyek tanpa persetujuan Thommas Raffles.

Pada saat itu keturunan Sultan Marangali yang masih tersisa menunjuk Ing. Burger untuk menjadi Resident pertama di Karesidenan Indramayu. Ing. Burger adalah seorang Insinyur Mesin keturunan Indramayu Jerman yang juga memiliki istri asal Indramayu. Semasa hidupnya ia adalah pendiri perusahaan mesin bernama Seban (Sedot Banyu) di Jatibarang Indramayu, selain itu ia juga memproduksi mesin kendaraan lainnya seperti Mesin Mobil Grandongwagen (mobil asal Indramayu), Mesin Kereta (Maschinspoorwagen), Mesin Slip (mesin pemisah kulit padi) dan Mesin generator untuk pembangkit listrik untuk kegiatan las (welding).

mobil buatan Indramayu

Ing. Burger yang tiba-tiba ditunjuk sebagai Resident karena pendidikannya yang tinggi dan dipercaya juga oleh penduduk Indramayu, ia bersedia menjadi Resident pertama Indramayu untuk mengikuti tantangan politik demi kabaikan semua penduduk Indramayu, meskipun sebelumnya ia hanya ahli dalam bidang mesin dan tidak mengerti dalam dunia politik.

Di era kepemerintahaan Ing. Burger inilah lahirnya jalan-jalan penghubung dari Jatibarang ke Kadipaten, dari Jatibarang ke Karangampel, dari Losarang ke Sumedang, dari Terisi ke Subang, dari Bongas ke Wates Kediri dan Perlebaran jalan tanggul menjadi Jalan Van Tura (Pantura) yang mana penduduk Indramayu bisa terhindar dari kerja paksa yang marak terjadi di pulau jawa tahun 1812 masehi.

Ing. Burger juga membentuk ulang beberapa daerah administratif di wilayah Karesidenan Indramayu, yang mana sebelumnya Karesidenan Indramayu memiliki 7 Kawedanan dan itu dirubah oleh Ing. Burger dari 7 Kawedanan menjadi 3 Kadipaten dan 5 Kawedanan di Karesidenan Indramayu yakni :

  1. Kota Indramayu (Ibu Kota Resident).
  2. Kadipaten Jatibarang.
  3. Kawedanan Karangampel.
  4. Kadipaten Losarang.
  5. Kawedanan Sin Dong (nama lama sindang).
  6. Kawedanan Karangawor (nama lama Kandanghaur).
  7. Kawedanan Luwungmalang (nama lama Haurbaougeulis atau suku bugis).
  8. Kawedanan Jatiwangi (sekarang bagian dari Majalengka).
  9. Kadipaten Majalengka (sekarang bagian dari Majalengka).

Pada saat Inggris mulai digulingkan oleh Hindia-Belanda, daerah-daerah bentukan administratif era kepemerintahan Thommas Raffles itu diambil alih sepenuhnya oleh Hindia-Belanda.

Karesidenan Indramayu mulai berganti menjadi Kesultanan Indramayu pasca terjadi pemberontakan penduduk Indramayu (Dermayu-Tionghoa) terhadap kepemerintahaan Hindia Belanda yang mulai tidak mutualisme. Pemberontakan itu dimotori oleh Raden Jalari (keturunan marangali) dan Syeikh Syafiuddin asal Kawedanan Karangampel Indramayu dan dari pemberontakan itu Kesultanan Indramayu berdiri kembali dengan nama Dinasti yang berbeda yakni Dinasti Purbadinegara, yang mana Raden Jalari menjadi Sulthonul Purbadinegara kapingsetunggal (ke 1), namun Kesultanan Indramayu hanya kerajaan bawahan dari Hindia-Belanda.

Sejarah KAART

Pada tahun 1940 kepemerintahaan Hindia-Belanda membentuk BriefKaart atau Surat Post dan nomor kendaraan yakni daerah Karesidenan Indramajoe dan Karesidenan Cheribon dikelompokan menjadi satu kode BriefKaart, namun tidak menjadi satu kepemerintahaan melainkan hanya soal Briefkaart yang sama dengan Nomor Kendaraan wilayah tersebut yakni KAART E atau Plat E, yang mana meliputi daerah Indramayu, Cirebon, Majalengka, Kuningan dan Ciamis, hingga pasca merdeka daerah-daerah tersebut masih menggunakan KAART E atau Plat E sebagai nomor kendaraan, kecuali Ciamis yang dikelompokan dengan Tasikmalaya.

Sejarah Kabupaten Indramayu

Lambang Kabupaten Indrmayu

Kabupaten Indramayu secara resmi berdiri pada tahun 1948 yang ditandai berakhirnya dinasti purbadinegara yang mulai menggunakan politik Demokrasi sebagai bentuk kepemerintahaan Indramayu pasca menanda tangani perjanjian Sulthonul Murjani dengan Ir. Sukarno di Keraton Dermayu tahun 1948.

Dalam perjanjian itu yang mana Sultan Murjani sebagai Sultan Purbadinegara V sekaligus sultan terakhir dermayu menanda tangani penghentian politik dinasti diganti dengan demokrasi terpimpin oleh Presiden Sukarno-Hatta dan mengakui Kedaulatan Republik Indonesia diatas para raja atau sultan di seluruh nusantara.

Presiden Sukarno datang ke Indramayu bersama Moh. Hatta, Jendral Nasution dan Ma. Sentot di tahun 1948 pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Keduanya banyak membaca buku-buku karya dari orang-orang Indramayu tentang politik, pemberontakan, perlawan, serangan terhadap penjajah, komik, lukisan, penemuan, pertambangan emas, sumur minyak, komoditif masa lalu dermayu dan karya lainnya, namun yang Sukarno-Hatta sukai adalah buku karya dari Sultan Purbadinegara Kapingkalih (II) atau Raden Rolat tentang Nasionalisme dan Kewilayanisme (Regionalisme) yang diterbitkan pada tahun 1921 di Indonesia.

Sukarno dan Hatta tidak menampik menyebutkan bahwa Kesultanan Dermayu adalah memiliki ilmu Politik yang begitu maju dan hal itu sangat pantas, jika penduduk Dermayu (Indramayu) banyak tercatat oleh kepemerintahan Hindia-Belanda tentang peperangan penduduk Kesultanan Dermayu melawan mereka di masa lalu dari abad ke 16 hingga abad ke 20 masehi, karena nasionalisme pada penduduk dermayu (indramayu) yang mempertahankan wilayah mereka secara daerah (regional) dan itu mengapa Kesultanan Dermayu ini terkenal kuat.

Moh. Hatta juga membaca buku karya dari penduduk peranakan Tionghoa Dermayu tentang kemerdakaan Dermayu tahun 1944 yang merdeka dari Jepang oleh tokoh Dr. Raden Murjani sebagai Sultan Purbadinegara V tahun 1944, namun Moh. Hatta sangat berharap bahwa politik dinasti kesultanan dermayu diganti dengan demokrasi terpimpin untuk Indramayu dan semua keturunan sultan-sultan dermayu menjadi sebagai simbol kebudayaan dermayu.

Dr. Raden Murjani sendiri tidak mempermasalahkan tentang politik demokrasi yang digunakan oleh daerah Indramayu dan ia juga berpendapat, bahwa ia sebagai keturunan sultan-sultan dermayu masih punyak hak untuk menjadi pemerintah dermayu dengan cara dipilih melalui bakat serta bukan berdasarkan golongan-golongan tertentu, yang mana penduduk indramayu juga bisa menjadi pemerintah Indramayu dengan demokrasi dan itu untuk kebaikan semua penduduk Indramayu meskipun keturunan sultan dermayu menjadi simbol budaya dermayu.

Dr. Raden Murjani sendiri juga memuji Sukarno-Hatta tentang Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam pancasila yang diutamakannya untuk membangun negari dengan kesetaraan semua penduduk tanpa memandang golongan tertentu. Dr. Raden Murjani mulai menanda tangani surat perjanjian penghentian politik dinasti yang diganti dengan politik demokrasi di keraton dermayu tahun 1948 dan sekaligus menjadi Dinasti Purbadinegara sebagai Dinasti Dermayu yang terakhir serta menjadi Simbol Kebudayaan Dermayu.

Presiden Sukarno dan Moh. Hatta bersama Jendral Nasution mulai pamit dari Dermayu menuju ke Stasiun Jatibarang dan disana beliau menandai suatu tempat dekat stasiun kereta api jatibarang Indramayu sebagai simbol tugu kemerdekaan dari kayu jati, yang mana tugu kayu jati itu di Jatibarang bukan semerta-merta sebagai napak tilas Presiden Sukarno-Hatta dan Jendral Nasution, namun tugu itu adalah simbol kedaulatan suatu daerah yang dahulunya lebih dahulu merdeka sebelum negara Indonesia berdiri dan tidak semua daerah di Indonesia memiliki tugu yang didirikan oleh Sukarno-Hatta, oleh karena itu tugu di jatibarang Indramayu itu adalah satu-satunya simbol Tugu Kemerdekaan Indonesia yang sengaja dibuat oleh Sukarno-Hatta, Jendral Nasution dan Ma. Sentot sebagai simbol pendirian negara Indonesia.


Kebijakan M. I. Syafiuddin

Kemudian di Keraton Dermayu, bahwa M.I. Syafiuddin kebingungan tentang bentuk kepemerintahaan, yang mana harus menggunakan sistem Kota atau Kabupaten untuk daerah Indramayu itu. Sebenarnya Dr. Raden Murjani lebih menginginkan Indramayu itu dibentuk sebagai kepemerintahan Kota, karena Indramayu juga dulu adalah Karesidenan (Kota) dan juga sistem Kota untuk membangun putaran ekonomi lebih cepat dari pada putaran ekonomi kabupaten tergolong lambat, namun kendalanya saat itu tahun 1948 jumlah populasi penduduk di Indramayu itu kurang dari 1 juta penduduk, sedangkan untuk menjadi Kota atau pemukiman besar dibutuhkan lebih dari 1 juta penduduk agar ekonomi dapat berputar dengan cepat.

Ditambah lagi pasca perang tahun 1945, yang mana penduduk Indramayu separuhnya mengalami kemiskinan hebat akibat perang berkepanjangan yang terjadi di Indramayu sampai ada keluarga yang makan dengan sega king (nasi aking). Selain itu angka pendidikan penduduk Indramayu tahun 1948 hanya sampai Kuliah Technik itupun anak orang kaya yang bisa pergi ke Jerman, sedangkan yang mencapai pendidikan SMA, SMP hanya keluarga kaya di Indramayu dan sebagian penduduk di Indramayu tidak tamat SD.

Menurut M.I. Syafiuddin, bahwa Indramayu menjadi daerah Kota itu percuma saja jika penduduknya masih berada dalam angka kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah bahkan tidak sekolah, itu hanya akan membuat nama Kota Indramayu saja yang terkenal tapi tidak dengan keterampilan yang dimiliki penduduk Indramayu.

M.I. Syafiuddin lebih memilih Indramayu ini menjadi Kabupaten, yang mana tingkat kabupaten tidaklah memalukan jika memiliki sedikit kekurangan dari pada memilih menjadi Kota akan lebih memalukan lagi jika memiliki angka kemiskinan tinggi. Indramayu hanya perlu meningkatkan mutualisme dalam pendidikan bagi anak penduduk Indramayu.

Perang dimasa lalu adalah masalah utama yang menjadi penyebab penduduk Indramayu tertinggal dalam dunia pendidikan, yang mana penduduk bangsa lain setiap harinya belajar bagaimana caranya membuat benda untuk dijual ke berbagai negara agar bisa menghasilkan uan dan membangun daerah serta negaranya agar bisa maju, sedang penduduk Indramayu saat itu sedang sibuk mengisi peluru dan menyuling minyak untuk menjadi peledak.

Jadi jelas itu adalah ketertinggalan yang nyata bagi penduduk Indramayu, oleh karena itu M.I. Syafiuddin lebih menekan penduduk Indramayu agar memandang pendidikan dan menyuruh anak-anak mereka pergi kesekolah untuk belajar agar bisa mengejar ketertinggalan pendidikan keterampilan dan membangun daerahnya menjadi maju, karena pemerintah hanya bisa mengarahkan dan membangun jalan serta sarana umum, namun tidak bisa membangun pekerjaan penduduk dengan keuangan negara yang bisa merugikan negara. Jadi yang bisa membangun daerah Indramayu adalah masyarakatnya sendiri yang membangun Industri Swasta dan pekerjaan lainnya oleh keterampilannya.

M. I. Syafiuddin berpendapat jika penduduk Indramayu berpendidikan dan berketerampilan untuk membuat benda pastinya tidak akan sulit untuk mendirikan Industri Swasta karya buah tangannya sendiri.

Pada tahun 1958 masehi M.I. Syafiuddin mengirim surat kepada Presiden Sukarno di Ibu Kota lama Yogyakarta untuk mengirim guru Bahasa Jerman atau Deutschlehrer ke Indramayu dan terdapat guru bahasa jerman asal Austria yang hidup Surabaya. Pemuda-pemuda Indramayu setelah lama belajar kosa kata dan lulus ujian bahasa jerman di sebuah perusahaan resmi Kedutaan Besae Jerman yaitu Goethe-Institut di Jakarta, mereka dikirim untuk kuliah bidang perminyakan, perlogaman, möbel (mebel) di Jerman Barat dan Timur.

Setelah lama belajar di Jerman para anak muda Indramayu mulai satu-persatu pulang ke Indramayu membangun kedaerahnnya dan mendirikan Industri Kecil seperti membuat baud dan mur, membuat plat panduan (stainless stell), menjadi dokter ahli, membuat mesin penyedot air, mesin generator strüm, membuat mesin pemisah kulit padi, membuat mesin alat perontok padi (Grabagan), membuat paduan logam dari garam laut dan yang terakhir paling mengubah wajah Indonesia adalah penemuan tanur sembur modern yang terbuat dari plat paduan logam Garam laut pertama di Indonesia, yang mana plat tersebut memiliki sifat tahan karat serta tahan air laut yang dapat digunakan membangun tanur sembur untuk penyulingan perminyakan di sumur minyak Indramayu.

Pada tahun 1994 Insinyur-Insinyur mesin dan perminyakan asal Indramayu diminta oleh wakil presiden Indonesia yaitu Alm. B. J. Habibi untuk membangun kilang minyak penyulingan modern untuk memproses minyak mentah dari tanur sembur modern termasuk technik hilirisasi. Kilang minyak itu bernama Kilang Minyak Balongan yang dikelola langsung oleh Perusahaan Minyak Negara Indonesia atau Pertamina dan menjadi kilang modern pertama di indonesia pada Jamannya. Pembangunan kilang minyak balongan ini juga terdapat tenaga kerja dari Jerman yang membantu Indramayu untuk menemukan titik atau sumber ladang minyak di daerah Indramayu tahun 1994.

Hasil pemrosesan minyak di kilang minyak balongan ini menghasilkan minyak Bensin yang berasal dari bahasa jerman yaitu Das Benzin atau minyak hasil sulingan yang lebih ringan kandungan belerangnnya. Kehadiran Benzin di Indonesia juga bertujuan untuk menghentikan jual beli minyak mentah yang lebih beresiko terhadap lingkungan.

Selain itu mesin perontok padi atau dalam bahasa jawa dermayu disebut Grabagan adalah mesin buatan asli anak muda Indramayu tahun 1977-an dan menjadi daerah dengan pertanian modern pertama di Indonesia. Biji Padi yang di Grabag menggunakan mesin itu bijih padinya tidak pecah dan jelas tidak mengurangi kualitas bijih padi, sedangkan daerah pertanian lain masih menggunakan Gebotan yang terbuat dari kayu, yang mana biji padi ketika di Gebot akan pecah dan tentunya mengurangi kualitas biji padi tersebut. Dari penemuan-penemuan jenius anak muda Indramayu dalam mesin untuk pertanian padi itu nama Indramayu dikenal sebagai Lumbung Beras berkualitas Internasional sejak tahun 1977 dan sampai sekarang.

Perusahaan-perusahaan yang masih memproduksi alat pertanian ini sudah mulai berkurang di Indramayu yang biasanya diproduksi oleh perusahaan Arjuna Ireng dan Schamin pasca pemberlakuan batasan pembelian logam minimal 1 Ton metrik, mereka mulai mengurangi angka produksinya dan mulai mengkonsep untuk menciptaan alat baru.


Hari Jadi Indramayu

Lambang Kabupaten Indrmayu

Menurut Tim Panitia Peneliti Sejarah Kabupaten Indramayu bahwa hari jadi Indramayu jatuh pada tanggal 7 Oktober 1527 yang telah disahkah pada sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah tingkat II Indramayu pada tanggal 24 Juni 1977 dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah tingkat II Indramayu.

Penetapan itu ditetapkan pada Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 1977 tentang Penetapan Hari Jadi Indramayu, dimana dalam Peraturan Daerah tersebut disebutkan bahwa hari jadi Indramayu ditetapkan jatuh pada tanggal 7 Oktober 1527 yang jatuh pada hari Jumat Kliwon tanggal 1 Muharam 934 H. Dalam menentukan hari jadi tersebut tim panitia peneliti sejarah Indramayu berpegang pada sebuah patokan peninggalan jaman dulu dan atas dasar beberapa fakta sejarah yang ada, yaitu prasasti, penulisan-penulisan masa lalu, benda-benda purbakala/benda pusaka, legenda rakyat serta tradisi yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

Lisan Penduduk

Menurut Babad Dermayu penghuni partama daerah Indramayu adalah Raden Aria Wiralodra yang berasal dari Bagelen Jawa Tengah putra Tumenggung Gagak Singalodra yang gemar melatih diri olah kanuragan, tirakat dan bertapa.

Suatu saat Raden Wiralodra tapa brata dan semedi di perbukitan melaya di kaki gunung sumbing, setelah melampau masa tiga tahun ia mendapat wangsit “Hai wiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di kemudian hari carilah lembah Sungai Cimanuk. Manakala telah tiba disana berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah disana, kelak tempat itu akan menjadi subur makmur serta tujuh turunanmu akan memerintan disana”.

Dengan didampingi Ki Tinggil dan berbekal senjata Cakra Undaksana berangkatlah mereka ke arah barat untuk mencari Sungai Cimanuk. Suatu senja sampailah mereka di sebuah sungai, Wiralodra mengira sungai itu adalah Cimanuk maka bermalamlah disitu dan ketika pagi hari bangun mereka melihat ada orang tua yang menegur dan menanyakan tujuan mereka. Wiralodra menjelaskan apa maksud dan tujuan perjalanan mereka, tetapi orang tua itu berkata bahwa sungai tersebut bukan cimanuk karna cimanuk telah terlewat dan mereka harus balik lagi ke arah timur laut. Setelah barkata demikian orang tarsebut lenyap dan orang tua itu menurut riwayat adalah Ki Buyut Sidum, Kidang Penanjung dari Pajajaran. Ki Sidum adalah seorang panakawan tumenggung Sri Baduga yang hidup antara tahun 14741513.

Kemudian Raden Wiralodra dan Ki Tinggil melanjutkan perjalanan menuju timur laut dan setelah berhari-hari berjalan mereka melihat sungai besar, Wiralodra berharap sungai tersebut adalah Cimanuk , tiba-tiba dia melihat kebun yang indah namun pemilik kebun tersebut sangat congkak hingga Wiralodra tak kuasa mengendalikan emosinya ketika ia hendak membanting pemilik kebun itu, orang itu lenyap hanya ada suara “Hai cucuku Wiralodra ketahuilah bahwa hamba adalah Ki Sidum dan sungai ini adalah Sungai Cipunegara, sekarang teruskanlah perjalanan kearah timur, manakala menjumpai seekor Kijang bermata berlian ikutilah dimana Kijang itu lenyap maka itulah sungai Cimanuk yang tuan cari.”. Ki Sidum adalah seorang ulama besar dari Ligung Majalengka yang pulang berkelana dari Banten untuk pulang ke Ligung Majalengka kemudian bertemu dengan Raden Arya Wiralodra. dan Makom dan petilasannya ada di Desa Bantarwaru Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka.

Saat mereka melanjutkan perjalanan bertemulah dengan seorang wanita bernama Dewi Larawana yang memaksa untuk di persunting Wiralodra namun Wiralodra menolaknya hingga membuat gadis itu marah dan menyerangnya. Wiralodra mengelurkan Cakranya kearah Larawana, gadis itupun lenyap barsamaan dengan munculnya seekor Kijang. Wiralodra segera mengejar Kijang itu yang lari kearah timur, ketika Kijang itu lenyap tampaklah sebuah sungai besar. Karena kelelahan Wiralidra tertidur dan bermimpi bertemu Ki Sidum , dalam mimpinya itu Ki Sidum berkata bahwa inilah hutan Cimanuk yang kelak akan menjadi tempat bermukim.

Setelah ada kepastian lewat mimpinya Wiralodra dan Ki Tinggil membuat gubug dan membuka ladang, mereka menetap di sebelah barat ujung sungai Cimanuk. Pedukuhan Cimanuk makin hari makin banyak penghuninya. diantaranya seorang wanita cantik paripurna bernama Nyi Endang Darma. Karena kemahiran Nyi Endang dalam ilmu kanuragan telah mengundang Pangeran Guru dari Palembang yang datang ke lembah Cimanuk bersama 24 muridnya untuk menantang Nyi Endang Darma namun semua tewas dan dikuburkan di suatu tempat yang sekarang terkenal dengan “Makam Selawe”.

Untuk menyaksikan langsung kehebatan Nyi Endang Darma, Raden Wiralodra mengajak adu kesaktian dengan Nyi Endang Darma namun Nyi Endang Darma kewalahan menghadapi serangan Wiralodra maka dia meloncat terjun ke dalam Sungai Cimanuk dan mengakui kekalahannya. Wiralodra mengajak pulang Nyi Endang Darma untuk bersama-sama melanjutkan pembangunan pedukuhan namun Nyi Endang Darma tidak mau dan hanya berpesan, “Jika kelak tuan hendak memberi nama pedukuhan ini maka namakanlah dengan nama hamba, kiranya permohonan hamba ini tidak berlebihan karena hamba ikut andil dalam usaha membangun daerah ini”.

Untuk mengenang jasa orang yang telah ikut membangun pedukuhannya maka pedukuhan itu dinamakan “DARMA AYU” yang di kemudian hari menjadi “INDRAMAYU”.

Berdirinya pedukuhan Darma Ayu memang tidak jelas tanggal dan tahunnya namun berdasarkan fakta sejarah Tim Peneliti menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada jum’at kliwon, 1 sura 1449 atau 1 Muharam 934 H yang bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 1527.

Catatan proses Indramayu lainnya

Cerita pedukuhan Darma Ayu adalah salah satu catatan sejarah daerah Indramayu namun ada beberapa catatan lainnya yang juga berkaitan dengan proses pertumbuhan daerah Indramayu antara lain:

  • Berita yang bersumber pada Babad Cirebon bahwa seorang saudagar China beragama islam bernama Ki Dampu Awang datang ke Cirebon pada tahun 1415. Ki Dampu Awang sampai di desa Junti dan hendak melamar Nyi Gedeng Junti namun ditolak oleh Ki Gedeng Junti, disini dapat disimpulkan bahwa Desa Junti sudah ada sejak tahun 1415.
  • Catatan dalam buku Purwaka Caruban Nagari mengenai adanya Desa Babadan,dimana pada tahun 1417 M Sunan Gunung Jati pernah datang ke Desa Babadan untuk mengislamkan Ki Gede Babadan bahkan menikah dengan puteri Ki Gede Babadan .
  • Di tengah kota Indramayu ada sebuah desa yang bernama Desa Lemahabang, nama itu ada kaitannya dengan nama salah seorang Wali Songo Syeikh Siti Jenar yang dikenal dengan nama Syeikh Lemah Abang, mungkin dimasa hidupnya (14501406) Syeikh Lemah Abang (Syekh Demak) pernah tinggal di desa tersebut atau setidak-tidaknya dikunjungi olehnya untuk mengajarkan agama islam.

Catatan lain pada tahun 1499 tentang perjalanan jalur rempah Johaness Johnsson dengan Tome Pires menyebutkan daerah Daramayo (Indramayu Sekarang) memiliki 4 pelabuhan besar yakni :

  1. Daramayo (Pasehkan).
  2. Lohsarang (Losarang).
  3. Amppal (Karangampel).
  4. Balanacc (Blanakan).
  5. Chesam (Ciasem).
  6. Chemao atau Chemayo (Cilamaya).

Dalam catatan jalur rempah Johaness Johnsson juga menyebutkan Kerajaan atau Kesultanan di pulau jawa pada tahun 1499 pada jalur rempahnya seperti :

  1. Sultanato de Bantam (Banten).
  2. Sultanato de Daramayo (Dermayu atau Indramayu).
  3. Sultanato de Damma (Demak).


Bukti lain di tahun 1351 masehi dalam piagam singosari tahun 1351 masehi oleh Hayam Wuruk juga tercatat dalam naskah kuno nagarakartagama majapahit, bahwa wilayah Indramayu dulunya sebuah kerajaan pawanukan atau manukan dalam kerajaan bawahan dan sebagai administratif dari Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Manukan (Indramayu) didirikan pada tahun 1351 masehi oleh Ratu Swardhani. Ratu Swardhani sendiri anak dari Raja Singa Wardhana (Bhre Paguhan) atas pernikahanya dengan Ratu Rani Pajang (Bhre Pajang).

Candi peninggalan Majapahit di Indramayu yang di gali pada tahun 2019

Candi Sambimaya adalah peninggalan Kerajaan Majapahit di Indramayu di abad ke 14 masehi pada masa Sri Prabu Bathara Wijaya Hayam Wuruk dan Ratu Swardhani tahun 1351 Masehi.

Candi Kesit yang di potret oleh Gerard pieter servatius (Resident van Indramajoe) tahun 1850 di daerah Tukdana, Indramayu Selatan

Candi Kesit terletak di daerah Indramayu selatan atau secara administratif berada pada kecamatan Tukdana. Candi Kesit adalah candi hindu budha yang dibangun pada masa Kerajaan Singhasari di tahun 1247 M di Indramayu.

Melihat bukti-bukti atau sumber di atas diperkirakan pada akhir abad XVI M daerah Indramayu sekarang atau sebagian dari padanya sudah dihuni manusia. [3]

Referensi

  1. ^ Karesidenan Indramajoe adalah Pemerintah Kota atau Residentie dan bukan Bupati
  2. ^ Karesidenan artinya lebih tinggi dari Kadipaten atau setara dengan Kota ""
  3. ^ "Sejarah Kabupaten Indramayu". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-20. Diakses tanggal 2020-07-20. 
  • Sumber: Buku Sejarah Indramayu (cetakan ke 2) terbitan pemerintah Kabupaten DT II Indramayu