Lompat ke isi

Perang Dunia II

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berkas:Soviet Reichstag.jpg
Seorang serdadu Tentara Merah Uni Soviet yang mengibarkan bendera Uni Soviet di atas Gedung Reichstag, Berlin. Gambar ini merupakan simbol berakhirnya Perang Dunia II di Eropa.

Perang Dunia II, mulai berkecamuk pada tanggal 1 September 1939 sampai tanggal 14 Agustus 1945. Sampai saat ini, perang ini adalah perang yang paling dahsyat pernah terjadi di muka bumi. Kurang lebih 50.000.000 (limapuluh juta) orang tewas dalam konflik ini.

Secara kasar bisa dikatakan bahwa peperangan mulai pada saat invasi Jerman di Polandia pada tanggal 1 September 1939 dan berakhir pada tanggal 14/15 Agustus ketika Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat, meskipun ada yang berpendapat sebenarnya perang ini sudah lebih awal mulai.

Perang berkecamuk di tiga benua tua: Afrika, Asia dan Eropa. Di bawah ini disajikan pertempuran-pertempuran dan peristiwa penting di setiap benua.

Asia dan Pasifik

Pendaratan AS di Pasifik, Agustus 1942-Agustus 1945

Artikel utama: Perang Pasifik

1937: Perang Sino-Jepang

Artikel utama: Perang Sino-Jepang (1937-1945)

Konflik perang mulai di Asia beberapa tahun sebelum pertikaian dimulai di Eropa. Jepang telah menginvasi China pada 1931, jauh sebelum Perang Dunia II dimulai di Eropa. Pada 1 Maret, Jepang menunjuk Henry Pu Yi menjadi raja di Manchukuo, negara boneka di Manchuria. Pada 1937, perang telah dimulai, ketika Jepang mengambil alih China.

Roosevelt menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak diterbitkan (rahasia) pada Mei 1940 mengijinkan personel militer A.S. untuk mundur dari tugas sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam operasi terselubung di China: Grup Sukarelawan Semua, juga dikenal sebagai Harimau Terbang Chennault. Selama periode tujuh bulan, Harimau Terbang Chennault menghancurkan sekitar 600 pesawat Jepang, menenggelamkan sejumlah kapal Jepang dan memberhentikan invasi Jepang terhadap Burma. Dengan Amerika Serikat dan negara lainnya memotong ekspor ke Jepang, Jepang merencanakan serangan terhadap Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 tanpa peringatan deklarasi perang, mengakibatkan kerusakan parah di Armada Pasifik Amerika. Hari berikutnya, pasukan Jepang tiba di Hong Kong, yang kemudian menyebabkan menyerahnya pasukan Inggris pada Hari Natal di kemudian hari di bulan itu.

1940: Jajahan Perancis Vichy

Pada 1940, Jepang menduduki Indochina Prancis (Vietnam) sesuai persetujuan dengan Pemerintahan Vichy meskipun Prancis Bebas, dan bergabung dengan kekuatan Axis Jerman dan Italia. Aksi ini menguatkan konflik Jepang dengan Amerika Serikat dan Britania Raya yang bereaksi dengan boykot minyak.

1941: Pearl Harbor, A.S. turut serta dalam perang, invasi Jepang di Asia Tenggara

Artikel utama: Pemboman Pearl Harbor

Pada 7 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh "Vice Admiral" Chuichi Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan angkatan laut A.S. terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan menghancurkan pelabuhan tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap Jepang.

Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan udara A.S. di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi Filipina, dan juga Koloni Britania Hong Kong, Malaya, Borneo dan Burma dengan maksud menguasai ladang minyak Hindia Timur Belanda. Seluruh wilayan ini, dan lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu bulanan saja. Markas Britania di Singapura juga dikuasai yang dianggap oleh Churchill salah satu kekalahan paling memalukan Britania dalam sejarah.

1942: Invasi Hindia-Belanda

Penyerbuan ke Hindia Belanda diawali dengan serangan Jepang ke Labuan, Brunei, Singapura,Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan dan Balikpapan yang merupakan daerah daerah sumber minyak. Jepang sengaja mengambil taktik tersebut sebagai taktik gurita yang bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia Belanda dan Sekutunya yang tergabung dalam front ABDA (America (Amerika Serikat), British (Inggris), Dutch (Belanda), Australia) yang berkedudukan di Bandung. Dimana serangan serangan itu mengakibatkan kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda.

Sejak peristiwa ini, Sekutu akhirnya memindahkan basis pertahanannya ke Australia meskipun demikian sekutu masih mempertahankan beberapa kekuatannya di Hindia Belanda agar tidak membuat Hindia belanda merasa ditinggalkan dalam pertempuran ini.

Jepang mengadakan serangan laut besar besaran ke Pulau jawa pada bulan Februari-Maret 1942 dimana terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan armada gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Armada Gabungan sekutu kalah dan Karel Doorman gugur.

Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai kota terbuka, kemudian terus menembus Subang dan berhasil menembus garis pertahanan Lembang-Ciater, kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan Sekutu-Hindia Belanda terancam.Sementara di front Jawa Timur, tentara Jepang berhasil menyerang Surabaya sehingga kekuatan Belanda ditarik sampai garis pertahanan Porong.

Torancamnya kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan dan pengungsian membuat panglima Hindia Belanda Letnan Jendral Teer Poorten mengambil inisiatif mengadakan perdamaian. Kemudian diadakannya perundingan antara Tentara Jepang yang dipimpin oleh jendral Hitoshi Imamura dengan pihak Belanda yang diwakili Letnan Jendral Teer Poorten dan Gubernur Jendral jhr A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada Awalnya Belanda bermaksud menyerahkan kota Bandung namun tidak mengadakan kapitulasi atau penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Pihak Jepang. Pada saat itu posisi Panglima tertinggi angkatan perang Hindia Belanda tidak lagi berada pada Gubernur Jendral namun diserahkan kepada Teer Poorten sehingga dilain waktu Belanda menganggap bahwa kedudukan di Hindia Belanda masih tetap sah dilanjutkan. Namun setelah Jepang mengancam akan mengebom kota Bandung akhirnya Jendral Teer Poorten setuju untuk menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

1942: Laut Coral, Port Moresby, Midway, Guadalcanal

Pada Mei 1942, serangan laut terhadap Port Moresby, New Guinea ditolak oleh pasukan Sekutu dalam Perang Laut Coral. Kalau saja penguasaan Port Moresby berhasil, Angkatan Laut Jepang dapat juga menyerang Australia. Ini merupakan perlawanan pertama yang berhasil terhadap rencana Jepang dan pertarungan laut pertama yang hanya menggunakan kapal induk. Sebulan kemudian invasi Pulau Midway dicegah, menyebabkan kehilangan empat kapal induk, yang industri Jepang tidak dapat menggantikannya. Angkatan Laut Jepang kini dalam posisi bertahan.

Namun, dalam bulan Juli penyerangan darat terhadap Port Moresby dijalankan melalui Track Kokoda yang kasar. Di sini bertemu dengan pasukan cadangan Australia, banyak dari mereka masih muda dan tak terlatih, menjalankan aksi perang keras kepala jaga belakang sampai tibanya pasukan reguler Australia dari aksi di Afrika Utara, Mesir dan Timur Tengah.

Para pemimpin Sekutu telah setuju mengalahkan Nazi Jerman adalah prioritas utama masuknya Amerika ke dalam perang. Namun pasukan AS dan Australia mulai menyerang wilayah yang telah jatuh, mulai dari Pulau Guadalcanal, melawan tentara Jepang yang bertahan kukuh dan "bitter". Pada 7 Agustus 1942 pulau tersebut diserang oleh Amerika Serikat. Pada akhir Agustus dan awal September, selagi perang berkecamuk di Guadalcanal, sebuah serangan amfibi Jepang di timur New Guinea ditentang oleh pasukan Australia dalam Teluk Milne, dan pasukan darat Jepang menderita kekalahan penyimpulan pertama. Di Guadalcanal, pertahanan Jepang gagal pada Februari 1943.


Afrika dan Timur Tengah

1940: Egypt and Somaliland

The North African Campaign began in 1940, when small British forces in Egypt turned back an Italian advance from Libya. This advance was stopped in 1941 when German forces under Erwin Rommel landed in Libya.

1941: Syria, Lebanon, Afrika Korps to Tobruk

In June 1941 the Australian Army and allied forces invaded Syria and Lebanon, capturing Damascus on 17 June. Rommel's Afrika Korps advanced rapidly eastward, laying siege to the vital seaport of Tobruk. The Australian and British troops in the city resisted all until relieved, but a renewed Axis offensive captured the city and drove the Eighth Army back to a line at El Alamein.

1942: First and Second Battles of El Alamein, Operation Torch

The First Battle of El Alamein took place between July 1 and July 27, 1942. German forces had advanced to the last defensible point before Alexandria and the Suez Canal. However they had outrun their supplies, and a British and Commonwealth defense stopped their thrusts. The Second Battle of El Alamein occurred between October 23 and November 3, 1942 after Bernard Montgomery had replaced Claude Auchinleck as commander of the Eighth Army. Rommel, the brilliant german commander of the Afrika Corps, known as the "Desert Fox", was absent for this epic battle, because he was recovering from jandice back in Europe. Who knows what would have happened if he had been present. We can only assume with the British decoder Ultra, that Montgomery knew Rommmel was absent. Commonwealth forces took the offensive, and though the British lost more tanks then the Germans began the battle with, Montgomery was ultimately triumphed over the, at first slightly hesitant without their leader, German officers. The western allies had the advantage of being close to their supplies during the battle. In addition, Rommel was getting little or no help by this time in the war from the struggling Luftwaffe, which was now more tasked with defending Western European air space, and fighting the Soviet Union, then providing Rommel with support in North Africa. After the german defeat at El Alamein, Rommel made a brilliant strategic withdrawal. Many historians feel Rommel's succesful startegic withdrawal of the Africa Corps from Egypt, was more impressive then his earlier victories, including Tobruk, because he managed to get his whole force back intact, against the overwhelming air superiority, and numbers of the British now reinforced by the Americans.

To complement this victory, on 8 November 1942, American and British troops landed in Morocco and Algeria in Operation Torch. The local forces of Vichy France put up limited resistance before joining the Allied cause. Rommel's Africa Corps was not being supplied adequately because of the loss of transport shipments by the British Royal Navy and Air Force in the Mediteranian. This lack of supplies and no air force to speek of, destroyed any chance of large offensive capabilites for the Germans in Afirca. Ultimately German and Italian forces were caught in the pincers of a twin advance from Algeria and Libya. The withdrawing Germans continued to put up stiff defense, and Rommel defeated the American forces decisviely, at the "Battle of the Kasserine Pass" before finishing his strategic withdrawal back to the meager german supply chain. Inevitably, advancing from both the east and west, the Allies finally defeated the German Afrika Corps on May 13, 1943.

Eropa dan Rusia (Uni Soviet)

Lihat pula

Pranala luar