Lompat ke isi

Efek media bermusuhan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 Desember 2024 15.35 oleh WanaraLima (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Sedang dikembangkan}} '''Efek media bermusuhan''' (''Hostile media effect'') adalah suatu fenomena psikologis di mana individu yang memiliki afiliasi kuat terhadap suatu kelompok, seperti partai politik, cenderung mempersepsikan liputan media mengenai isu kontroversial sebagai bias terhadap kelompok lawan.<ref name=":0">{{Cite book|last=Feldman|first=Lauren|date=2017-08-24|url=https://academic.oup.com/edited-volume/34621/chapter/2949516...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Efek media bermusuhan (Hostile media effect) adalah suatu fenomena psikologis di mana individu yang memiliki afiliasi kuat terhadap suatu kelompok, seperti partai politik, cenderung mempersepsikan liputan media mengenai isu kontroversial sebagai bias terhadap kelompok lawan.[1] Meskipun menerima informasi yang sama, individu-individu ini akan menginterpretasikannya secara berbeda berdasarkan sudut pandang kelompok mereka.[1]

Dampak

Fenomena ini membawa individu yang memiliki pandangan kuat terhadap suatu isu cenderung melihat liputan media yang seimbang sebagai bias terhadap pandangan yang berlawanan. Meskipun berita tersebut disajikan secara objektif, individu tersebut akan menafsirkannya sesuai dengan sudut pandang mereka.[2] Fenomena ini menunjukkan bahwa massa tidak selalu menerima informasi media secara pasif, melainkan aktif menginterpretasikannya berdasarkan keyakinan dan nilai-nilai yang mereka pegang. Hal ini terjadi bahkan ketika wartawan berusaha menyajikan berita secara adil dan tidak memihak.[2]

Studi

Sebuah studi pada tahun 1982 di Universitas Stanford mengilustrasikan fenomena bias persepsi dalam konsumsi media. Mahasiswa yang memiliki afiliasi politik yang berbeda, yakni pro-Palestina dan pro-Israel, ditunjukkan potongan berita yang sama mengenai pembantaian Sabra dan Shatila.[3] Meskipun menyaksikan tayangan yang identik, kedua kelompok mahasiswa tersebut justru menafsirkan berita tersebut secara bertolak belakang. Mahasiswa pro-Israel merasa bahwa berita tersebut terlalu berpihak pada Palestina, sementara mahasiswa pro-Palestina merasa sebaliknya. Fenomena ini menunjukkan bahwa individu cenderung menginterpretasikan informasi media sesuai dengan sudut pandang dan keyakinan politik mereka, bahkan ketika informasi yang disajikan bersifat objektif. Studi ini memperkuat pemahaman bahwa audiens media tidak pasif, melainkan aktif membangun makna dari pesan media berdasarkan kerangka referensi mereka masing-masing.[3]

Referensi

  1. ^ a b Feldman, Lauren (2017-08-24). Kenski, Kate; Jamieson, Kathleen Hall, ed. The Hostile Media Effect. Oxford University Press. hlm. 0. ISBN 978-0-19-979347-1. 
  2. ^ a b "Hostile Media Effect". obo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-12. 
  3. ^ a b Vallone, Robert P.; Ross, Lee; Lepper, Mark R. (1985). "The hostile media phenomenon: Biased perception and perceptions of media bias in coverage of the Beirut massacre". Journal of Personality and Social Psychology (dalam bahasa Inggris). 49 (3): 577–585. doi:10.1037/0022-3514.49.3.577. ISSN 1939-1315.