Pradnyaparamita
- Artikel ini mengenai konsep dalam agama Buddha. Untuk penggunaan lain, lihat: Prajnaparamita (disambiguasi).
Pradnya Paramita atau Prajnaparamita (Sansekerta: prajñā pāramitā, Hanzi: 般若波羅蜜多, Pinyin: bo re bō luó mì duō, Jepang: hannya-haramita), adalah salah satu aspek sifat seorang bodhisattwa yang disebut paramita. Arti harafiahnya adalah "kesempurnaan dalam kebijaksanaan" dan merupakan salah satu dari enam atau sepuluh sifat transedental manusia. Selain itu dikenal pula sutra-sutra Prajñāparamitā, suatu jenis literatur Buddha mazhab Mahayana yang berhubungan dengan Kesempurnaan Kebijaksanaan. Istilah Prajñāparamitā tidak pernah merujuk kepada salah satu teks khusus tetapi kepada sebuah khazanah teks.
Sedangkan istilah Dewi Prajnaparamita merujuk kepada personifikasi atau perwujudan konsep kebijaksanaan sempurna dalam naskah ini, yakni dewi kebijaksanaan transendental dalam aliran Buddha Mahayana. Arca perwujudan Prajnaparamita yang paling terkenal sekaligus terindah kini disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Sejarah
Sutra paling awal dalam jenis ini adalah Aṣṭasāhasrikā Prajñāpāramitā Sūtra atau "Kesempurnaan Kebijaksanaan dalam 8.000 baris", yang diperkirakan ditulis pada 100 SM. Lebih banyak bahan lalu ditulis dalam waktu dua abad kemudian. Kecuali sutra ini sendiri, ada sebuah ringkasan dalam bait Ratnaguṇasaṁcaya Gāthā, yang diperkirakan lebih tua lagi karena tidak ditulis dalam bahasa Sansekerta baku. Sutra 8.000 baris ini merupakan salah satu sutra Mahayana tertua.
Pada abad-abad (abad ke-2 – abad ke-4) berikutnya sutra-sutra ini dikembangkan lebih lanjut dan menjadi lebih besar. Ada versi-versi dengan 10.000, 18.000, 25.000 dan 100.000 baris, yang dikenal sebagai "Kesempurnaan Kebijaksanaan Besar".
Namun karena terlalu besar dan kurang praktis maka sutra-sutra ini diringkas. Versi-versi yang ringkas ini disebut Sutra Hati (Bhagavati Prajñāpāramitā Hṛdaya Sūtra) dan Sutra Intan (Prajñāpāramitā Vajracchedikā Sūtra). Kedua sutra ini sangat populer dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan mazhab Mahayana. Versi-versi Tantrik dari Prajnaparamita; mulai ditulis mulai dari abad ke-6.
Arca
Arca perwujudan Bodhisattwadewi (bodhisattwa wanita) Prajnaparamita yang paling terkenal adalah arca Prajnaparamita dari Jawa kuna. Arca ini diperkirakan berasal dari abad ke-13 Masehi pada era kerajaan Singhasari. Arca ini ditemukan di reruntuhan Cungkup Putri dekat Candi Singhasari, Malang, Jawa Timur. Menurut kepercayaan setempat, arca ini adalah perwujudan Ken Dedes ratu pertama Singhasari, mungkin sebagai arca perwujudan anumerta beliau. Akan tetapi terdapat pendapat lain yang mengkaitkan arca ini sebagai perwujudan Gayatri, istri Kertarajasa raja pertama Majapahit. Arca ini pertama kali diketahui keberadaannya pada tahun 1818 atau 1819 oleh D. Monnereau, seorang aparat Hindia Belanda. Pada tahun 1820 Monnereau memberikan arca ini kepada C.G.C. Reinwardt, yang kemudian memboyongnya ke Belanda dan akhirnya arca ini menjadi koleksi Rijksmuseum voor Volkenkunde di kota Leiden. Pada Januari 1978 Rijksmuseum voor Volkenkunde (Museum Nasional untuk Etnologi) mengembalikan arca ini kepada Indonesia, dan ditempatkan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta hingga kini. Kini arca yang luar biasa halus dan indah ini ditempatkan di lantai 2 Gedung Arca, Museum Nasional, Jakarta.
Arca Prajnaparamita ini adalah salah satu mahakarya terbaik seni klasik Hindu-Buddha Indonesia, khususnya seni patung Jawa kuna. Arca dewi kebijaksanaan transendental dengan raut wajah yang tenang memancarkan keteduhan, kedamaian, dan kebijaksanaan; dikontraskan dengan pakaiannya yang raya mengenakan Jatamakuta gelung rambut dan perhiasan ukiran yang luar biasa halus. Dewi ini tengah dalam posisi teratai sempurna duduk bersila diatas padmasana (tempat duduk teratai), dewi ini tengah bermeditasi dengan tangan melakukan dharmachakra-mudra (mudra pemutaran roda dharma). Lengan kirinya mengempit sebatang utpala (bunga teratai biru) yang diatasnya terdapat keropak naskah Prajnaparamita-sutra dari daun lontar. Arca ini bersandar pada stella (sandaran arca) berukir, dan di belakang kepalanya terdapat halo atau aura lingkar cahaya yang melambangkan dewa-dewi atau orang suci yang telah mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi.