Lompat ke isi

Misi Kristen untuk orang Batak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ludwig Ingwer Nommensen

Batak mission adalah salah satu gerakan yang mengupayakan penginjilan di tanah batak.[1] Nommensen adalah seorang penginjil yang berprestasi. [1]Atas usaha penginjil lainnya, agama kristen pun telah menjamur di tanah batak.[1] Pendidikan adalah salah satu upaya dari batakmission dalam menunjang penginjilan. [1] Banyak sekolah yang didirkan oleh batakmission mulai dari SD. Batakmission telah menetapkan asas kesatuan gereja dengan Sekolah. Maka untuk melihat dampak usaha pendidikan ini, paper mencoba ini akan mencoba menggalinya.[1]

Di Bidang Kegerejaan dan kehidupan rohani[1]

Batak Mission menjadikan gereja dan sekolah menjadi satu. kesatuan ini tidak hanya menyangkut segi organisasi tetapi juga rohani. Pengetahuan dan nilai-nilai yang diberikan sejalan dengan ajaran gereja sehingga tidak terjadi perpecahan diri dari para murid. Beikut dampak dari usaha ini dari beberapa segi:

Pertambahan anggota Gereja[1]

Melalui Sekolah injil disebarkan. Banyak anggota murid sekolah yang awalnya belum kristen sekarang menjadi kristen. Setelah mereka lulus sekolah mereka melanjutkan menyebarkan injil ke lingkungan keluarga mereka. Hal ini membantu penambahan anggota gereja.

Pembinaan watak dan kerohanian warga gereja[1]

Batak mission tidak ingin bila kekristenan orang batak hanya bersifat nominal dan dangkal saja. Mereka ingin supaya orang batak itu sungguh menghayati pendidikan. Demi cita-cita tersebut maka batakmission menanamkan suatu metode dalam pendidikannya. Pertama memberikan porsi pendidikan religius yang lebih banyak. Kedua menerapkan disiplin yang ketat dengan menerapakan pembinaan dan gemblengan. Usaha batakmission memang berat susah mengukur keberhasilannya tetapi beberapa indikator saat itu menilai dampak positif dari usaha ini dalam kehidupan warga gereja atau masyarakat kristen Batak. Buktinya masyarakat batak yang dulunya jorok dan tidak sopan mulai berubah bersih dan bertata sopan dan lagi muncul semangat penginjilan dari masyarakat batak itu sendiri.

Pengadaan pengerja Gereja[1]

Dengan pendidikan, batak mission menciptakan tenaga bantuan dari pribumi untuk gereja. Dengan ini perkembangan kekristenan menjadi lebih baik karena orang pribumi sudah mulai bisa mandiri mengurus gereja.

Kemandirian membiayai[1]

Melalui pendidikan, masyarakat tapanuli diajak untuk sadar akan kebutuhan pembiayaan dalam penginjilan. Mereka diajak untuk mau menyumbankan dana kepada gereja melalui pembinaan. Atas usahanya batakmassion telah berhasil membuat masyarakat tapanuli tersebut mampu membiayai gereja mereka.

Di Bidang Sosial-ekonomi[1]

Para zendiling batakmission berulang kali menandaskan bahwa tujuan utama kedatangan mereka adalah memberitakan Injil untuk memberi landasan kerohanian baru bagi orang batak, dan mendirikan Gereja batak yang mandiri. Sekalipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa usaha pendidikan yang dilakukan batakmission pastilah mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi di tapanuli. Berikut dampak dari bidang sosial-ekonomi.

Peningkatan status sosial[1]

Pada dasarnya tradisi batak menganggap bahwa semua orang adalah keturuanan raja. Walaupun demikian tetap saja dalam lingkungan masyarakat batak saat itu, masyarakat terbagi dalam sebuah golongan sosial. Melalui pendidikan, batakmission menciptakan sebuah generasi baru yang berpendidikan yang mulai menghilangkan golongan-golongan sosial dalam masyarakat.

Peningkatan kesejahteraan ekonomis[1]

Dengan pendidikan, batakmission menciptakan lulusan yang siap kerja. Mereka dapat menjadi pegawai pemerintah. Hal ini membuat peningkatan pada kesejahteraan ekonomi.

Peningkatan status dan peranan kaum wanita[1]

Batakmission telah memberi kesempatan kepada wanita tapanuli untuk menerima pendidikan. Hal ini menyebabkan wanita memiliki ilmu yang sama dengan para pria. Pendidikan telah membuat wanita semakin dihormati. Para wanita ini menjadi cerdas dan siap untuk berkerja seperti pria.

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n (Inggris) Jan S. Aritonang. Sejarah Pendidikan Kristen. 1988.Jakarta : BPK Gunung Mulia . Hal. 382-393.