Lompat ke isi

Tanjidor

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Orkes tanjidor
Orkes Tanjidor di Jakarta

Tanjidor (kadang hanya disebut tanji) adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19 atas rintisan Augustijn Michiels atau lebih dikenal dengan nama Mayor Jantje di daerah Citrap atau Citeureup.[1] Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.

Etimologi

Kata Tanjidor berasal dari nama kelompok sisa-sisa musik Tangsi (asrama militer Jepang) yang dimainkan masyarakat Betawi yang bekerja bukan sebagai pemain musik, melainkan bermain musik untuk kepuasan batin dan kesenangan saja serta kegemaran masyarakat.

Penggunaan

Kesenian Tanjidor umumnya dipakai dalam musik jalanan tradisional, atau pesta cap gomeh di kalangan Cina Betawi. Musik ini merupakan sisa dari musik baris dan musik tiup zaman Belanda di Indonesia. Juga biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes.

Tanjidor dan rokok

Rokok A Mild, saksi kemajuan kesenian tanjidor.

Pada tahun 1990 - 1995, perusahaan rokok, PT HM Sampoerna Tbk. membuat orkes tanjidor sendiri. Mungkin ini terasa asing, karena, perusahaan rokok nomor satu membuat orkes tanjidor sendiri. Tetapi, banyak sekali yang mempertanyakan bahwa langkah nekat ini boleh dibilang "kelewat edan". Kalau biasanya orkes tanjidor terdiri dari 30 orang, orkes Tanjidor ala HM Sampoerna ini mempunyai jumlah pemain sangat banyak. Tidak tanggung - tanggung, jumlah pemainnya harus 234 orang (sesuai dengan merek rokok Dji Sam Soe). Semua meliputi terutama buruh pria pelinting rokok, anggota TNI, mahasiswa, dan pria lansia (lanjut usia) yang berumur antara 55 - 65 tahun (sesuai ciri khas pemain tanjidor, hanya melibatkan pria, dan lanjut usia). Mereka adalah penduduk pria dari Surabaya, Jawa Timur.

Jadi, waktu itu, semua bingung dan tidak bisa membayangkan bagaimana para pelinting rokok yang tradisional itu bisa di-”transformasi” menjadi pemain tanjidor. Tetapi kenyataannya bisa.

Kesenian tanjidor pernah diiklankan oleh HM Sampoerna lewat merek A Mild di Gunung Bromo, Jawa Timur. Tanjidor juga merupakan salah satu metode pemasaran ala HM Sampoerna.[2]

Para pelatih dari Amerika Serikat didampingi asisten mereka yang orang Indonesia ternyata bisa mendisiplinkan mereka. Tetapi, mereka tidak pernah dipulangkan.

Karyawan sebuah pabrik rokok, mahasiswa, dan pria lansia yang biasanya dipanggil untuk latihan tanjidor, justru tidak pernah pulang untuk latihan baris-berbaris dan main tanjidor. Sudah keluar dari "pakem", kata orang. Selain itu, juga diundanglah para penata tari kelas satu dari Indonesia untuk mempersiapkan float kebudayaan Indonesia.

Di Pasadena, sebuah kota kecil di California, setiap tahun memang ada Rose Bowl pada 1 Januari. Pada hari tahun baru itu, ada babak final American Football di antara dua tim yang selalu ditunggu-tunggu orang. Karena itu, wali kotanya juga sekaligus membuat yang bernama Parade Bunga Mawar. Festival kesenian yang diikuti oleh berbagai negara yang mengirimkan wakil mereka (orkes tanjidor) ke festival itu.

Float itu, mobil berjalan yang berada di depan tanjidor, biasanya menampilkan berbagai atraksi. Sebagian besar peserta Parade Bunga Mawar adalah tim lokal. Waktu itu, HM Sampoerna keluar dengan float dan tanjidor Kontingen Indonesia bersama beberapa peserta internasional lain. Karena itulah, beberapa orang penata tari direkrut untuk mengajari beberapa pelinting untuk jadi penari.

Untuk mendapatkan “tiket” ke Parade Bunga Mawar, tentu HM Sampoerna harus bekerja keras. Bekerja sama dengan penyelenggara, bekerja sama dengan menteri. Supaya bisa mewakili Indonesia. Sebuah pekerjaan yang amat rumit, melelahkan, dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan promosi rokok.

Sementara, perusahaan rokok saingannya, Wismilak Group, Gudang Garam, Djarum, Nojorono, dan Bentoel, sedang sibuk bersaing dalam periklanan konvensional, "langkah nekat" HM Sampoerna ini sampai-sampai harus mengeluarkan uang satu juta dolar Amerika Serikat (Rp 10,000,000,000.00), belum lagi satu juta dolar Amerika Serikat berikutnya untuk memberangkatkannya ke Pasadena, California.

Di Parade Bunga Mawar, tim HM Sampoerna Indonesia mendapatkan piala bergilir sebagai juara pertama. Bisa dikatakan bahwa memang penampilan orkes tanjidor ini sangat bagus. Para pemain tanjidor yang awalnya adalah buruh pria, anggota TNI, mahasiswa, dan pria lansia. Tidak tanggung-tangggung, ternyata orkes tanjidor HM Sampoerna sampai mempertahankan gelarnya sebanyak 5 kali berturut-turut (1990-1994).

Hal ini membuat walikota Los Angeles, Tom Bradley sangat berterima kasih atas keikutsertaan Indonesia untuk kali pertama, walaupun orkes tanjidor HM Sampoerna membubarkan diri pada 1995. Karena itu sempat mendeklarasikan setiap tanggal 30 Desember diperingati sebagai "The Indonesia Day".

Seluruh rakyat Indonesia (yang pada saat itu berjumlah 195,000,000 jiwa) pun ikut bangga dan merasa bersyukur pada HM Sampoerna. Sebuah corporate brand yang tadinya jauh kalah populer dari produk bermerek Dji Sam Soe keluaran Philip Morris International (Indonesia) menjadi langsung mencuat awareness-nya.

Dikarenakan dari hal ini, A Mild menduduki posisi pertama rokok "Mild" di Indonesia dengan omzet 10 miliar batang sampai saat ini dan kesenian tanjidor menjadi terkenal bahkan sampai Amerika Serikat.

[3]

Sayangnya, pada 1995, orkes tanjidor HM Sampoerna membubarkan dirinya, lantaran banyak pemain yang mengaku bahwa mereka sudah terlalu banyak disiksa. Mereka - mereka adalah buruh pria, mahasiswa, dan pria lansia (lanjut usia) yang mengaku bahwa mereka selama mereka berlatih tanjidor, mereka tidak pernah dipulangkan. Tetapi, sampai saat ini, A Mild tetap menduduki posisi pertama rokok "Mild" di Indonesia dengan omzet 10 miliar batang.

[4]

[5]

Untunglah, memori itu masih tersimpan di Sampoerna House, Surabaya. Instrumen tanjidor dan pakaian adat Betawi yang lengkap tersimpan di berbagai lemari. Ada juga pajangan foto-foto saat mereka beratraksi, penghargaan dan lencana atas berbagai prestasi yang telah diraih, buku partitur musik, dokumen perjalanan selama mengikuti parade di Pasadena, California, seperti kartu identitas, tiket pesawat terbang, paspor, dan sebagainya. Semangat nasionalisme terhadap Indonesia yang kuat yang membawa kesenian tanjidor menjadi "Go International". Terlebih di dekat pajangan benda-benda itu juga terdapat media audio dan visual dengan fitur layar sentuhnya yang menampilkan berbagai informasi yang berkaitan dengan orkes tanjidor HM Sampoerna, walaupun rekaman video penampilan mereka selalu saja macet.

Daftar instrumen dalam orkes tanjidor

Lihat pula

Referensi

  • Seni Musik SMP/MTs kelas VII, Sri Winarni, Piranti. 2007

Pranala luar