Lily Yulianti Farid
Artikel atau bagian dari artikel ini menggunakan gaya bahasa naratif yang tidak sesuai dengan Wikipedia sehingga menurunkan kualitas artikel ini. Bantulah Wikipedia memperbaikinya. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. |
Artikel ini tidak memiliki referensi atau pranala luar ke sumber-sumber tepercaya yang dapat menyatakan kelayakan dari subyek yang dibahas. (ajukan diskusi keberatan penghapusan) Artikel ini akan dihapus pada 18 Januari 2013 jika tidak diperbaiki.Untuk pemulai artikel ini, jika Anda mempertentangkan nominasi penghapusan ini, jangan menghapus peringatan ini. Silakan hubungi sang pengusul, hubungi seorang pengurus, atau pasang tag {{tunggu dulu}} |
Lily Yulianti Farid, lahir di Makassar, 16 July 1971 adalah penulis Indonesia.[1] Mengarang cerita sejak kecil, namun sempat meninggalkan kegemaran ini saat meniti karir sebagai jurnalis. Saat ini dia tinggal di Melbourne, Australia. Dia oernah belajar di Universitas Hasanudin pada bidang teknik pertanian, dimana dia memulai karir sastranya pada majalah kampus, "Identitas".
Setelah lulus, ia menjadi wartawan pada Harian Kompas (1996 - 2000). Pada tahun 2001 hingga 2004, ia mengambil gelar master pada studi "Gender and Development." Pada tahun 2010 ia mendaftar untuk program Doktor pada bidang "Gender and Media" pada universitas yang sama dan direncanakan lulus pada tahun 2014. Selama masa studinya di Melbourne, ia melanjutkan menulis jurnalistik dengan bekerja sebagai produser Radio Australia, Melbourne (2001-2004). Ia juga bekerja sebagai spesialis program radio/produser pada Radio Jepang NHK World, Tokyo (2004 - 2008). Selama periode tersebut, pada 2006 ia menjadi kolumnis untuk "Nytid News Magazine", Norway, dan masih berhubungan degan majalah tersebut hingga saat ini. [2]
Ia memulai karirnya sebagai penulis dan jurnalis, dan terlibat pada beberapa proyek independen, seperti "Panyingkul!" (www.panyingkul.dom) yang didirikan pada 1 July 2006 suatu media online yang memperkenalkan konsep "citizen journalism", yang berbasis di Makassar. Ia mencurahkan sebagian waktunya mengelola media independen ini, selain menulis artikel untuk media di dalam dan luar negeri.
Buku kumpulan cerpen pertamanya, Makkunrai, terbit bulan Maret 2008 (Nala Cipta Litera) yang kemudian menginspirasinya menggelar pendidikan kesadaran jender, korupsi, poligami, dan politik dari perspektif perempuan, melalui karya sastra dan pertunjukan monolog yang diberi nama "Makkunrai Project", yang digagas bersama penulis dan pemonolog, Luna Vidya.
Pada bulan September 2008, Maiasaura, buku kumpulan cerita yang kedua diterbitkan oleh Panyingkul!, berdasarkan kumpulan jurnal, berita, dan dokumen dari NGO Wanita, laporan-laporan organisasi Hak Asasi Manusia dan berbagai media lainnya. [3]
Kemudian Lily menulis kumpulan cerita pendek berjudul "Ruang Keluarga", yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris "Family Room", bersama dengan Makkunrai dan Maiasaura oleh [[Yayasan Lontar sebagai bagian dari Seri "Modern Library of Indonesia." Cerita pendeknya, "Dapur (The Kitchen)", dipublikasikan pada edisi Januari 2009 oleh jurnal "Words without Borders" yang berbasis di Chicago. [4]
Pada tahun 2009, ia menjadi pembicara utama pada panel denga topik "Global Juournalism and Organizing: pada Konperensi tahun 2009 "Women, Action & The Media" di Cambridge [5]. Pada tahun 2010, ia mendirikan rumah budaya "Rumata Artspace" sebagai proyek bersama dengan sutradara film Riri Riza. "Rumata", yang berarti rumah kita dalam bahasa Bugis-Makassar, bertujuan sebagai forum independen untuk perkembangan seni dan budaya di Makassar dan kebangkitan tradisi sastra Sulawesi Selatan.
Ia juga diakui sebagai penggagas dan sutradara "Makassar International Writers Festival" (MIWF) atau Festival Penulis Internasional Makassar pada pertengahan Juni tahun 2011. Keyakinannya yang kuat akan penulisan sastra dan tradisi baca membawa dia untuk menghadiri beberapa festival penulis di beberapa negara seperti Singapura, Australia, Perancis, Belanda, danaHongkong, selain juga di Ubud, Bali, dan Utan Kayu, Jakarta.
Untuk sementara waktu tinggal di Tokyo dan senantiasa berusaha meluangkan waktu menemani putranya, Fawwas Naufal Farid, yang juga gemar mengarang cerita.
Rujukan
- ^ (Indonesia) Farid, Lily Yulianti (2008). Maiasaura. Makassar: Panyingkul. ISBN 9789791644815. halaman 142
- ^ Hajramurni, Andi (24 June 2011). "Lily Yulianti Farid: Rebirth of a literary tradition". The Jakarta Post. Diakses tanggal 10 November 2011.
- ^ "Lily Yulianti Farid". Diakses tanggal 10 November 2011.
- ^ "Lily Yulianti Farid". Diakses tanggal 21 November 2011.
- ^ "Interview with Indonesian Journalist Lily Yulianti Farid". lemonshirt. Diakses tanggal 10 November 2011.