Lukisan gua
Lukisan Goa adalah lukisan yang terdapat di dinding goa atau tembok tebing yang dibuat oleh orang-orang purba sebagai medium untuk menyampaikan pesan atau catatan-catatan peristiwa. Bentuk visual yang terdapat di dinding-dinding goa sebagai alat komunikasi antar manusia zaman dahulu.
Sejarah Lukisan Goa
Lukisan gua yang ditemukan lukisan pada dinding gua dan langit-langit, dan terutama merujuk kepada mereka asal prasejarah. Seni seperti awal di Eropa tanggal kembali ke periode Aurignacian, sekitar 40.000 tahun yang lalu, dan ditemukan di El Castillo gua di Cantabria, Spanyol. Tujuan yang tepat dari paleolithic lukisan goa tidak diketahui. Bukti menunjukkan bahwa mereka tidak hanya dekorasi ruang tamu, karena gua di mana mereka telah ditemukan tidak memiliki tanda-tanda tempat tinggal yang sedang berlangsung. Mereka juga sering berada di daerah gua yang tidak mudah diakses. Beberapa teori percaya bahwa lukisan gua mungkin cara berkomunikasi dengan orang lain, sedangkan teori lain menganggap tujuan keagamaan atau seremonial kepada mereka.
Tema yang paling umum dalam lukisan gua adalah hewan liar yang besar, seperti bison, kuda, aurochs, dan rusa, dan menjiplak tangan manusia serta pola-pola abstrak, yang disebut galur-salju jari. Spesies paling sering ditemukan yang cocok untuk berburu oleh manusia, tetapi belum tentu mangsa yang sebenarnya khas ditemukan dalam deposit terkait tulang, misalnya pelukis dari Lascaux telah terutama meninggalkan tulang rusa, tetapi spesies ini tidak muncul sama sekali dalam gua lukisan, di mana spesies kuda adalah yang paling umum. Gambar manusia yang langka dan biasanya skematik daripada gambar yang lebih rinci dan naturalistik dari subyek hewan. Satu penjelasan untuk ini mungkin bahwa lukisan realistis bentuk manusia (Schiller, Ronald (1972). Reader's Digest: Marvels and Mysteries of The World Around Us. The Reader's Digest Association. "dilarang oleh agama tabu yang kuat." Pigmen yang digunakan meliputi oker merah dan kuning, hematit, oksida mangan dan arang. Kadang-kadang siluet hewan itu menorehkan batu pertama, dan dalam beberapa gua semua atau banyak gambar hanya terukir dalam mode ini, membawa mereka agak keluar dari definisi yang ketat dari "lukisan gua".
Demikian pula, hewan besar juga mata pelajaran yang paling umum dalam tulang diukir dan terukir banyak kecil atau gading, lebih jarang batu, potongan yang berasal dari periode yang sama. Tapi ini termasuk kelompok patung-patung Venus, yang tidak memiliki setara nyata dalam lukisan gua
Lukisan Goa di Indonesia
Lukisan Gua Sulawesi Tenggara Kekayaan alam lain yang terdapat di Sulawesi, khususnya Sulawesi Tenggara adalah lukisan gua. Lukisan gua dan ceruk di Sulawesi Tenggra terdapat di Mentanduro, La Kabori, Kolumbo, Toko, dan wa Bose, sedangkan ceruk-ceruknya adalah La Sabo, Tangga Ara, La Nasrofa, dan Ida Malangi. Semua peninggalan ini terdapat di sekitar kawasan perladangan Liabalano, Kampung Mabolu, Desa Bolo, Kecamatan Kotobu. Kompleks seni cadas di Pulau Muna rupanya menunjukan tingkat perbedaan yang signifikan, tidak saja perihal teknik penggambaran serta warna yang digunakan, tetapi juga polanya yang bervariasi. Lukisan gua yang terdapat di Pulau Muna memiliki warna coklat yang terbuat dari tanah liat. Hal yang menarik dari lukisan yang terdapat di Pulau Muna adalah tidak diketemukan pola cap tangan sebagaimana lukisan-lukisan yang lainnya.
Lukisan Gua di Papua
Orang yang dianggap mencatat lukisan prasejarah pertama kali di Papua adalah Johannes Keyts (Seorang pedagang) dalam perjalanan dari Banda ke pantai Nuw Guinea pada tahun 1678. Ia melewati sebuah tebing karang di tepi teluk Speelman yang dipenuhi oleh tengkorak, sebuah patung manusia, dan berbagai lukisan pada dinding gua tersebut dengan warna merah. Lukisan gua yang ada di kepulauan Papua pada umumnya mirip dengan lukisan-lukisan yang ada di Kepulauaan Kei, meskipun ada beberapa bentuk yang berbeda atau khusus. Misalnya di daerah Kokas, Roder menemukan lukisan cap tangan dan kaki dengan latar belakang warna merah. Demikian juga hasil penelitian W.J. Cator di daerah Namatone telah menemukan pola yang sama. Bentuk lain yang dijumpai pada kedua situs ini adalah pola manusia, ikan, kadal dan perahu dengan pola distilir. Lukisan tangan dan kaki menurut cerita setempat, merupakan bekas jejak nenek moyang mereka ketika memasuki gua yang gelap, dalam melakukan perjalanan dari arah timur ke barat. Lukisan yang ada di wilayah Kokas merupakan satu situs kuno yang terkenal di Kokas, lukisan berada di sebuah tebing bebatuan terjal. Oleh masyarakat setempat, tebing bebatuan terjal ini biasa disebut Tapurarang. Di Distrik Kokas kekayaan peninggalan sejak zaman prasejarah ini bisa dijumpai di Andamata, Fior, Forir, Darembang, dan Goras. Bagi masyarakat setempat, lokasi lukisan tebing ini merupakan tempat yang disakralkan. Mereka percaya lukisan ini adalah wujud orang-orang yang dikutuk oleh arwah seorang nenek yang berubah menjadi setan kaborbor atau hantu yang diyakini sebagai penguasa lautan paling menakutkan. Nenek ini meninggal saat terjadi musibah yang menenggelamkan perahu yang ia tumpangi.
Lukisan Gua di Maluku
Lukisan prasejarah atau praaksara yang berupa lukisan pada dinding gua merupakan salah satu hasil kebudayaan manusia masa praaksara yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa itu manusia bertempat tinggal digua-gua alami yang dalam atau gua-gua paying atau gua dangkal (Ceruk). Lukisan tersebut mereka buat pada dinding-dinding gua tempat tinggal mereka, seperti apa yang telah dibahas di atas dan masih banyak lagi yang lainnya.
Makna warna dalam lukisan Gua
Penemuan di lima tempat berlainan dekar Ramasokat, ditemukan lukisan pada dinding karang yang terdiri dari dua kelompok yang berlainan. Pertama, kelompok lukisan dengan warna merah yang sudah rusak, Kedua adalah lukisan berwarna putih dengan keadaan masih baik. Menurut pendapat Roder, lukisan ini mengindikasikan bahwa warna ini mengindikasikan tua mudanya lukisan. Roder berpendapat bahwa lukisan yang berwarna merah lebih tua dari lukisan yang berwarna putih. Lukisan-lukisan ini berupa cap tangan, gambar kadal, manusia dengan perisai, dan orang dalam keadaan sikap jongkok sambil mengangkat tangan, yang semuanya berwarna merah. Sedangkan lukisan yang berwarna putih adalah lukisan-lukisan yang berupa lukisan burung dan perahu.
Nilai-nilai yang terkandung
Sebagaimana telah disebut pada bagian atas bahwa lukisan yang terdapat pada dinding gua-gua di Sulawesi Selatan tidak hanya cap tangan. Namun, demikian yang sangat menarik perhatian para peneliti prasejarah adalah cap tangan. Van Heekeren (1952), Soejono (1977) dan Kosasih (1983) mengatakan bahwa tujuan pembuatan lukisan itu ada kaitannya dengan kepercayaan mereka (bersifat religius). Artinya, karya seni tersebut dibuat tidak terkait langsung dengan tujuan artistik (menambah keindahan suatu objek yang dilukis), tetapi suatu usaha untuk dapat berkomunikasi dengan kekuatan supranatural. Oleh karena itu, para peneliti memperkirakan bahwa ide melukis dinding gua pada awalnya merupakan suatu permohonan kepada kekuatan tertentu agar apa yang dikehendaki dapat tercapai, sesuai dengan apa yang dilukis. Mengenai lukisan cap tangan itu sendiri, Van Heekeren (1952) mengatakan bahwa lukisan itu ada hubungannya dengan upacara kematian dan kehidupan di alam lain (kehidupan setelah mati). Lebih jauh, Van Heekeren (1952), dengan menggunakan studi etnoarchaelogy, mengaitkan antara cap tangan dan religi. Ia menyatakan bahwa cap tangan menggambarkan suatu perjalanan arwah yang telah meninggal yang sedang meraba-raba menuju ke alam arwah. Selain itu, cap tangan juga merupakan suatu tanda bela sungkawa dari orang-orang yang dekat dengan yang mati. Umumnya lukisan yang ada di dinding gua-gua yang terdapat di Sulawesi Selatan berada pada tempat yang sulit dijangkau oleh tangan manusia (mendekati atap gua), sebagaimana yang terdapat di gua Leang-leang (Kabupaten Maros) dan gua Garunggung (Kabupaten Pangkep).
a. Reinach
Berusaha menganalisis pada sympathetic magic, yakni keyakinan akan adanya keuatan dalam berburu (hanting magic), dan keyakinan akan adanya kekuatan dalam aspek kesuburan (fertility magic). Lukisan yang dapat dilihat berdasarkan Sympathetic Magic yang ada di kepulauan Maluku adalah lukisan yang ada di Di Kampung Dudumahan, pantai utara Pulau Nuhu Rowa. Salah satu lukisannya dianggap unik adalah pola manusia berjenis kelamin wanita dengan alat kelamin mencolok. Dari sini berdasarkan Sympathetic Magic bisa dikatakan berhubungan dengan masalah kesuburan. Kesuburuan menjadi salah satu harapan manusia dalam hidupnya, manusia selalu mencari kesuburan baik dari segi alam maupun kelahiran. Kesuburan ini menjadi salah satu indikator manusia mampu bertahan hidup di dunia.
b. Begeuen
Menganalisis dari segi rites magic yaitu kekuatan gambar-gambar binatang dan manusia dalam satu ritual upacara magis. Berusaha lukisan-lukisan dari rites magic dimana manusia selalu mengadakan ritual-ritual upacara yang berhubungan dengan sebuah keyakinan kepada sang pencipta. Luksian gua yang menggambarkan tentang rites magic terdapat dalam gua Pulau Seram dan Kepulauan Kei, di gua ini banyak gambar-gambar manusia, binatang, matahari dll. Pembuatan lukisan ini menunjukan bahwa manusia pada masa itu berusaha untuk menujukan tingkat kecerdasan kemampuan mereka dalam melaksanakan kepercayaannya. Kepercayaan merupakan sebuh dasarnya suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Kepercayaan ini menjadi sebuah landasan manusia untuk menjalankan hidupnya, maka untuk itu manusia pada masa itu berusaha untuk mengabadikan hal-hal yang berhubungan dengan sebuah kepercayaan masyarakat. Semua yang digambarkan dalam lukisan gua pada masa prasejarah merupakan sebuah bentuk refleksi dari kehidupan yang di jalani pada masanya. Kehidupan mereka selalu tergantung pada alam dan alam merupakan tempat bagi mereka untuk menggantukan hidupnya. Gua sebagai tempat mereka berteduh dan beristirahat atau sebagai tempat tinggal dijadikan sebuah sebagai salah satu tempat untuk mengekpresikan perjalanan hidup. Lukisan ini merupakan sebuah perwakilan kata-kata manusia pada masa itu yang ingin disampaikan kepada segenap masyarakatnya dan akhirnya menjadi bukti bagi manusia sekarang untuk mempelajarinya sekaligus merupakan inspirasi bagi seniman-seniman lukis untuk membuat sebuah karya lukisan dalam bentuk dan bahan yang berbeda.
Nilai Budaya
Lukisan yang terdapat pada dinding gua-gua yang ada ini bukan sekedar lukisan, karena lukisan itu diselimuti oleh suasana sakral dan religius. Melalui lukisan seseorang dapat berkomunikasi dengan kekuatan yang lebih tinggi (supranatural). Sehingga apa yang diharapkan dapat dikabulkan. Lukisan cap tangan juga bukan hanya sekedar lukisan, tetapi merupakan simbol belangsungkawa dan perjalanan dalam “dunia lain”. Ini artinya bahwa lukisan-lukisan yang terdapat pada dinding gua-gua memiliki nilai religious dan sosial-ekonomi. (gufron
Referensi www.wacananusantara.org