Lompat ke isi

Granat berpeluncur roket

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 06.49 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 28 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q327394)
RPG-7 yang disita AD Amerika Serikat.

Granat berpeluncur roket (bahasa Inggris: rocket propelled grenade, disingkat RPG), adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut senjata anti-tank yang ditembakan dari bahu, dan menembakkan roket berhulu ledak. RPG awalnya adalah singkatan dalam bahasa Rusia dari "Ruchnoy Protivotankovy Granatomyot" (Ручной противотанковый гранатомёт, РПГ) yang terjemahan bahasa Inggrisnya adalah handheld anti-tank grenade-launcher (pelontar granat anti-tank genggam). Istilah ini kemudian diadaptasikan ke istilah rocket propelled grenade, yang disesuaikan dengan singkatan RPG.

Hampir semua tank tempur utama (main battle tank, MBT) tahan ditembak senjata seperti ini karena perlindungannya yang tebal dan kuat. Tapi RPG sangat ampuh untuk digunakan melawan kendaraan lapis baja ringan seperti pengangkut personel lapis baja dan kendaraan beroda, serta gedung dan bunker. Meski begitu, ada beberapa jenis RPG yang tergolong mampu menembus perlindungan tank berat, seperti RPG-29 dan RPG-30 dari Rusia. RPG-29 memiliki hulu ledak ganda (seperti pada beberapa peluru kendali anti tank) yang dikenal mampu menembus lapisan perlindungan tank berat, seperti tank Merkava Israel pada Perang Lebanon 2006. Hasil tes Rusia juga menunjukkan bahwa RPG-29 mampu menembus perlindungan pada tank T-80 dan T-90, meskipun perlindungannya tergolong tebal. Pada Perang Irak, sebuah tank Challenger 2 Inggris dan M1 Abrams Amerika juga rusak ditembus RPG-29.

Senjata jenis ini sangat populer terutama di kalangan gerilyawan, pejuang pemberontak dan teroris karena tergolong ringan (jika dibandingkan rudal anti tank) dan tergolong efektif dalam perang gerilya hingga masa kini, seperti menghancurkan kendaraan lapis baja dan kendaraan patroli (dengan taktik sergapan), sabotase, bahkan dengan modifikasi pada sistem tolak balik dan pembuangan gas, dapat digunakan sebagai senjata anti pesawat jarak dekat, seperti pada Perang Soviet-Afghanistan atau konflik Somalia pada awal dekade 1990-an.