Tulah Mesir
Tulah Mesir (bahasa Ibrani: מכות מצרים, Makot Mitzrayim; atau Sepuluh Tulah (bahasa Ibrani: עשר המכות, Eser Ha-Makot) adalah sepuluh bencana yang didatangkan oleh Tuhan atas bangsa Mesir sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Keluaran pasal 7 sampai 12, untuk meyakinkan Firaun[1] agar membebaskan bangsa Israel dari perbudakan dan pergi ke tanah Kanaan. Tulah-tulah itu juga sebagai hukuman "kepada semua allah (dewa) di Mesir."[2] Tulah-tulah ini juga disebutkan dalam Al Quran (7,133–136).[3]
Kesepuluh tulah tersebut, sesuai urutannya di dalam Alkitab, adalah:
- (Keluaran 7:14–25) sungai dan semua sumber air berubah menjadi darah hingga menewaskan ikan-ikan dan semua kehidupam air lainnya. (bahasa Ibrani: דָם, Dam)
- (Keluaran 7:26–8:11) binatang-binatang amfibi (biasanya diyakini sebagai katak) (bahasa Ibrani: צְּפַרְדֵּעַ, Tsfardeia)
- (Keluaran 8:12–15) nyamuk (bahasa Ibrani: כִּנִּים, Kinim)
- (Keluaran 8:16–28) lalat pikat (bahasa Ibrani: עָרוֹב, Arov)
- (Keluaran 9:1–7) penyakit (sampar) pada ternak (bahasa Ibrani: דֶּבֶר, Dever)
- (Keluaran 9:8–12) barah yang tidak dapat disembuhkan (bahasa Ibrani: שְׁחִין, Sy'khin)
- (Keluaran 9:13–35) hujan es bercampur api (bahasa Ibrani: בָּרָד, Barad)
- (Keluaran 10:1–20) belalang (bahasa Ibrani: אַרְבֶּה, Arbeh)
- (Keluaran 10:21–29) kegelapan (bahasa Ibrani: חוֹשֶך, Khosyekh)
- (Keluaran 11:1–12:36) kematian anak-anak sulung dari semua keluarga Mesir. (bahasa Ibrani: מַכַּת בְּכוֹרוֹת, Makat Bekhorot)
Latar belakang
Israel (Yakub) sebenarnya dahulu sudah hidup di tanah Kanaan. Namun oleh karena bencana kelaparan yang terjadi selama tujuh tahun, seperti yang sudah diramalkan oleh Yusuf dari mimpi Firaun, Israel dan anak-anaknya pindah ke Mesir. Di sana mereka berkembang menjadi suatu bangsa yang besar jumlahnya, sehingga membuat Firaun yang baru yang tidak mengenal Yusuf, takut kalau-kalau bangsa Israel nantinya akan membelot dan berbalik menyerang Mesir. Sehingga berbagai cara diterapkan oleh Firaun agar bangsa Israel tidak semakin banyak dan tidak memberontak, salah satunya dengan kerja rodi.
Kerja rodi untuk membangun Mesir ini dibuat oleh Firaun sedemikian beratnya sehingga membuat seluruh bangsa Israel mengeluh. Dikisahkan dalam Alkitab, keluhan bangsa Israel ini terdengar sampai ke telinga Tuhan siang dan malam, sehingga Tuhan akhirnya mengutus seseorang bernama Musa untuk membebaskan bangsa Israel.
Pada awalnya, Musa datang kepada Firaun dengan baik-baik untuk meminta Firaun membiarkan bangsa Israel pergi, namun Firaun mengeraskan hatinya. Bahkan paska kedatangan Musa yang kali pertama itu membuat Firaun memperberat perbudakan dan kerja paksa yang diberlakukan kepada seluruh bangsa Israel itu. Hal itu membuat Tuhan bertindak dengan mulai menurunkan tulah ke atas tanah negeri Mesir lewat Musa. Kendatipun seluruh negeri Mesir mengalami 10 bencana tersebut, bangsa Israel yang diam di tanah Gosyen di dalam wilayah Mesir tidak mengalami sedikitpun bencana yang dialami oleh bangsa Mesir itu.
Peringatan kepada Firaun
Sebelum kesepuluh tulah dijatuhkan, Tuhan telah memberi peringatan kepada Firaun dengan menyuruh Musa datang ke hadapan Firaun. Saat itu, Firaun menyuruh Musa dan Harun, kakaknya, untuk melakukan mujizat di hadapannya. Harun melemparkan tongkatnya, seperti yang diperintahkan Tuhan, dan tongkat itu menjadi ular. Melihat hal tersebut, para ahli-ahli sihir Firaun tidak mau dikalahkan. Mereka juga membuat mujizat yang sama dengan membuat tongkat-tongkat mereka menjadi ular. Namun tongkat Harun menelan tongkat-tongkat para ahli sihir itu.
Dengan demikian, Firaun mengeraskan hatinya untuk tidak membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir. Maka Tuhan menyuruh Musa bersiap-siap dengan tulah yang pertama.
Sepuluh tulah dijatuhkan
Menurut Alkitab, Tuhan menyuruh Musa untuk meminta Firaun mengeluarkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Namun Tuhan juga menyatakan bahwa Tuhan sendiri yang akan membuat hati Firaun mengeras, dengan maksud untuk memperbanyak tanda-tanda mujizat (tulah) itu kepada bangsa Mesir, sebagai hukuman karena telah memperbudak bangsa Israel sedemikian lama, sekaligus juga agar bangsa Israel dapat menceritakan kepada keturunan-keturunannya yang kemudian, bagaimana Tuhan telah melakukan mujizat-mujizat di hadapan mata mereka, agar mereka selalu ingat bahwa Tuhanlah Allah.
Tulah pertama: air menjadi darah
Tulah yang pertama adalah air sungai Nil menjadi darah. Musa melakukannya dengan memukulkan tongkat yang ada di tangannya ke atas air sungai Nil. Maka seluruh sungai Nil menjadi darah dan ikan-ikan di dalamnya mati. Seluruh tanah negeri Mesir menjadi penuh dengan darah oleh karena rembesan sungai Nil tersebut.
Tulah ini dimaksudkan untuk memperingatkan orang Mesir bahwa bahkan sumber kehidupan mereka yang terutama sekalipun dapat dibuat Tuhan menjadi musuh mereka. Tanpa air dari sungai Nil, seluruh pekerjaan di Mesir terhenti. Seluruh rakyat Mesir lebih mementingkan berusaha mencari air bersih, daripada meneruskan pekerjaan memperbudak orang Israel. Ahli-ahli sihir Firaun juga dapat membuat hal yang sama.
Tulah ini berhenti setelah tujuh hari berlalu. Namun Firaun bersikeras tidak mau melepaskan bangsa Israel dari tanah Mesir.
Tulah kedua: katak
Tulah yang kedua adalah adanya katak-katak yang memenuhi seluruh negeri Mesir, oleh karena Firaun sekali lagi menolak untuk melepaskan orang Israel. Harun melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke atas negeri Mesir. Dan bermunculanlah katak-katak dalam jumlah yang sangat besar dari dalam sungai Nil memenuhi negeri Mesir. Ahli-ahli sihir Firaun juga dapat membuat hal yang sama dengan mantera-mantera mereka.
Tulah ini berhenti setelah Musa meminta kepada Tuhan untuk melenyapkan katak-katak itu. Permintaan ini atas permintaan Firaun dengan janji bahwa ia akan melepaskan orang Israel. Tuhan mengabulkan. Namun, kendati katak-katak itu mati, bangkai katak-katak itu tidak lenyap dari muka bumi negeri Mesir, sehingga ketika dikumpulkan orang-orang bangkai katak-katak itu hingga bertumpuk-tumpuk, seluruh negeri Mesir berbau busuk.
Setelah tulah katak berhenti, dan dilihat Firaun ada kelegaan, Firaun pun tidak menepati janjinya untuk melepaskan orang Israel.
Tulah ketiga: nyamuk
Tulah yang ketiga adalah debu menjadi nyamuk. Debu itu ada di seluruh tanah Mesir, oleh karena itu, nyamuk-nyamuk itu pun menjadi ada di seluruh tanah Mesir. Tulah ini terjadi tanpa peringatan terlebih dahulu, sebab tulah ini menjadi hukuman bagi Firaun oleh karena Firaun melanggar janjinya di tulah kedua. Harun melakukannya dengan memukulkan tongkatnya ke debu tanah. Ahli-ahli sihir Firaun pun mencoba untuk membuat hal yang sama dengan mantera mereka, tetapi tidak dapat.
Tulah ini dimaksudkan oleh Tuhan untuk memperingatkan Firaun bahwa tidak ada yang dapat menyamai kekuasaan Tuhan, sekalipun dengan sihir dan mantera. Bahkan ahli-ahli sihir itu sendiri yang menyatakan kepada Firaun bahwa "inilah tangan Allah". Namun Firaun masih tetap bersikeras hati.
Tidak diceritakan dalam Alkitab bagaimana tulah ini berhenti, atau apakah tulah ini akhirnya berhenti atau tidak.
Tulah keempat: lalat pikat
Sebelum tulah yang ketiga berakhir, Tuhan telah menyuruh Musa untuk menyampaikan kabar tentang tulah keempat. Tulah yang keempat adalah munculnya ribuan lalat pikat yang memenuhi seluruh negeri Mesir. Namun di Gosyen tempat bangsa Israel tinggal, satupun tidak didapati ada lalat pikat di situ. Musa dan Harun tidak melakukan apa-apa agar tulah ini terjadi. Tidak diketahui, apa yang sebenarnya dilakukan oleh lalat-lalat pikat tersebut, namun disebutkan bahwa lalat pikat itu membuat seluruh bangsa Mesir menderita.
Tulah ini dimaksudkan oleh Tuhan untuk mempermalukan orang Mesir dengan dewanya sendiri, Baalzebub. Baalzebub sering digambarkan sebagai dewa lalat, yaitu dewa kesuburan dan kelimpahan. Dengan Tuhan memakai simbol dewa orang Mesir sendiri untuk menyiksa orang Mesir, Tuhan hendak menyatakan bahwa mereka tidak dapat bergantung pada dewa-dewa mereka untuk menyelamatkan diri dari tulah Tuhan.
Tulah itu berhenti setelah Firaun meminta kepada Musa untuk menghentikan lalat-lalat tersebut, dengan jaminan bahwa bangsa Israel diperbolehkan untuk pergi ke padang gurun yang tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Musa memintanya kepada Allah, dan Allah mengabulkan. Namun demikian, Firaun kembali melanggar janjinya.
Tulah kelima: penyakit sampar pada ternak
Setelah peringatan kembali diabaikan, tulah kelima disebarkan. Tulah yang kelima adalah penyakit sampar pada binatang ternak. Seluruh ternak di negeri Mesir terkena sampar, sehingga seluruh ternak orang Mesir mati. Namun seluruh ternak-ternak Israel yang diam di negeri Gosyen tidak ada mati sama sekali. Musa dan Harun tidak melakukan apa-apa agar tulah ini terjadi.
Tulah keenam: barah
Tulah keenam adalah barah (bisul) yang berbentuk gelembung yang memecah, pada manusia dan binatang yang tersisa di seluruh Mesir. Harun dan Musa melakukannya dengan mengambil jelaga dari dapur peleburan, kemudian menghamburkannya ke udara. Bahkan ahli-ahli sihir itupun juga kena barah, sama seperti semua orang Mesir.
Tulah ini sekali lagi dimaksudkan Tuhan untuk membuktikan bahwa tidak ada yang dapat melepaskan diri dari kekuasaan Tuhan, bahkan sihir dan mantera sekalipun.
Tidak diceritakan dalam Alkitab bagaimana tulah ini berhenti, atau apakah tulah ini akhirnya berhenti atau tidak.
Tulah ketujuh: hujan es
Sebelum tulah keenam berakhir, Tuhan sudah menyuruh Musa mengumumkan kepada Firaun tentang tulah ketujuh. Tulah yang ketujuh adalah hujan es, beserta api yang berkilat-kilat di antara es tersebut. Tuhan memberi peringatan kepada Firaun untuk menyelamatkan mengamankan semua orang dan ternak, sebab semua yang ada di padang pada saat tulah ini terjadi, pastilah mati. Musa melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke langit. Seperti sebelumnya, hanya di tanah Gosyen yang tidak ditimpa oleh hujan es ini.
Tulah ini dimaksudkan sebagai hukuman yang dashyat atas Mesir. Di Alkitab, hujan es bercampur api ini digambarkan dengan kata-kata "terlalu dashyat" dan "seperti yang belum pernah terjadi".
Tulah itu berhenti atas permintaan Firaun kepada Musa. Firaun bahkan mengakui kesalahannya dan bersedia untuk menghentikan hujan es itu. Namun setelah Musa mengulurkan tangannya ke langit dan hujan es itu berhenti, maka sekali lagi Firaun melanggar janjinya.
Tulah kedelapan: belalang
Tulah yang kedelapan adalah belalang. Tulah ini diadakan oleh karena Firaun sekali lagi menolak untuk membiarkan seluruh bangsa Israel, baik tua muda, laki-laki dan perempuan, beserta ternaknya, untuk pergi. Yang diijinkan Firaun untuk pergi hanyalah laki-laki saja, dengan maksud agar bangsa Israel tidak melarikan diri sesudah mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan di padang gurun. Musa melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke atas tanah Mesir. Maka bertiuplah angin Timur yang membawa belalang-belalang "sehari-harian, semalam-malaman, dan setelah pagi hari," angin Timur itu masih membawa belalang.
Tulah ini dimaksudkan sebagai penghabisan untuk segala hal-hal yang masih tinggal di atas Mesir, setelah penyakit sampar pada ternak, barah, dan hujan es. Tulah ini menghabiskan seluruh tumbuhan yang ada di Mesir. Kedashyatan belalang-belalang ini digambarkan oleh Alkitab dengan kata-kata "sangat banyak", "sehingga negeri itu menjadi gelap olehnya".
Tulah itu berhenti atas permintaan Firaun kepada Musa. Firaun sekali lagi mengakui kesalahannya, dan berniat membebaskan bangsa Israel. Musa berdoa kepada Tuhan. Maka Tuhan mengirimkan angin dari jurusan sebaliknya, yakni angin Barat yang kencang, sehingga meniup belalang-belalang itu masuk ke dalam laut Teberau. Satupun belalang tidak ada yang tinggal di tanah Mesir. Dan Firaun tetap mengeraskan hatinya.
Tulah kesembilan: gelap gulita
Tulah yang kesembilan adalah gelap gulita selama tiga hari. Musa melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke langit. Tetapi di seluruh tempat orang Israel ada terang.
Kegelapan itu sangat dashyat, digambarkan oleh Alkitab dengan kata-kata "orang dapat meraba gelap itu", "tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya". Sebenarnya tulah ini dimaksudkan Tuhan untuk "menyerang" dewa tertinggi orang Mesir, yaitu Amon-Ra, atau Dewa Matahari. Dengan membuat Matahari tidak dapat bersinar selama tiga hari, Tuhan "mengklaim" kemenangan atas dewa orang Mesir dan mempermalukan seluruh dewa orang Mesir dan orang Mesir yang beribadah kepadanya.
Tulah ini berhenti dengan sendirinya setelah tiga hari lewat berlalu.
Tulah kesepuluh: anak sulung mati
Tulah yang kesepuluh, dan yang terakhir, adalah tulah yang akan menyebabkan semua anak sulung di negeri Mesir mati.
Pada sembilan tulah yang sebelumnya, tulah-tulah tersebut hanya mengenai tanah Mesir, sementara lokasi tempat orang Israel tinggal (di Gosyen), sekalipun juga berada di dalam bagian tanah Mesir, luput dari tulah tersebut. Sebab Tuhan memberikan suatu pembatas yang tidak membenarkan tulah-tulah itu melewati pembatas itu. Namun, pada tulah yang kesepuluh, yang juga adalah tulah penghabisan karena setelah itu bangsa Mesir melepaskan orang Israel, tulah tersebut juga dapat mengenai anak-anak sulung Israel. Maka dari itu, Tuhan menyuruh Musa mengadakan suatu acara bagi tiap keluarga Israel, yaitu menyembelih, memanggang dan memakan seekor anak domba jantan atau anak kambing jantan berumur setahun pada suatu waktu senja yang ditentukan. Kemudian dari darah tersebut dibubuhkan sedikit pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu pada tiap-tiap rumah keluarga yang memakannya. Maka saat malaikat maut lewat untuk mencabut nyawa para anak sulung di tiap-tiap keluarga, malaikat maut tersebut akan melewatkan setiap rumah yang pada ambang pintu itu telah ada darah anak domba, yaitu korban pengganti bagi setiap anak sulung pada keluarga di rumah itu. Itulah Paskah yang pertama. Demikianlah Paskah diperingati oleh orang Israel mula-mula sebagai tanda peringatan pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir, yaitu Tuhan telah menyediakan bagi bangsa Israel anak domba sebagai ganti setiap anak sulung di Israel.
Orang Israel keluar dari Mesir
Setelah tulah yang kesepuluh diberlakukan, kedengaranlah jerit tangis dan ratap di seluruh negeri Mesir, sebab tidak ada satupun dari rumah orang Mesir yang anak sulungnya tidak mati. Maka orang-orang Mesir itu segera memanggil Musa dan Harun, dan mendesak mereka untuk segera pergi dari tanah Mesir, karena mereka takut "nanti kami mati semuanya" (Keluaran 12:33). Orang-orang Mesir itu bahkan bermurah hati kepada mereka dan memberikan kepada orang Israel barang-barang yang orang Israel minta dari orang Mesir. Dan kemudian, berangkatlah orang-orang Israel dengan berjalan kaki, kira-kira enam ratus ribu orang berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak. Rute perjalanan mereka adalah dari Raamses ke Sukot. Setelah mengambil tulang-tulang Yusuf dari situ (Yusuf pernah mengamanatkan agar tulang-tulangnya tidak dikubur di Mesir, namun di tanah kelahirannya, di Kanaan), kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Etam. Kemudian mereka balik lagi ke Pi-Harihot, antara Midgol dan laut, tepat di depan Baal-Zefon. Di sanalah mujizat penyeberangan Laut Merah yang terkenal terjadi, yaitu Tuhan melalui Musa membelah Laut Merah, sehingga bangsa Israel dapat menyeberang laut itu di tanah kering.
Penjelasan ilmiah
Sejumlah sarjana mencoba memberikan penjelasan ilmiah, antara lain kedekatan orbit planet Venus dengan bumi, dan letusan gunung Santorini. Penjelasan-penjelasan ini bersifat spekulatif dan umumnya tidak didukung bukti-bukti kuat. Berikut ini spekulasi berdasarkan letusan gunung Santorini.
Dalam tulah air menjadi darah, warna merah di sungai Nil diusulkan bukanlah warna darah, melainkan ganggang (alga) merah. Usai Gunung Santorini meletus, debu vulkanisnya yang subur terbawa angin dan jatuh ke Sungai Nil. Debu ini membuat Sungai Nil menjadi kelewat subur sehingga populasi alga merah di sana pun mengalami ledakan (blooming). Akibatnya, hampir seluruh bagian sungai berwarna merah. Karena populasinya terlalu banyak, sebagian besar alga itu mati dengan sendirinya dan ketika mati membusuk, alga itu menghasilkan gas amoniak. Gas itulah yg menyebabkan matinya hewan-hewan di sungai, termasuk ikan.
Akibat tercemarnya air sungai oleh alga, sungai itupun tidak bisa lagi ditempati hewan. Hewan-hewan air seperti ikan mati, sementara mereka yg bisa berpindah tempat seperti kodok keluar mencari habitat baru. Akibatnya, terjadi ledakan populasi kodok di darat, yaitu tulah kedua. Wilayah Mesir adalah gurun (ini sebelum diketahui bahwa daerah lembah Nil sangat subur dan bukan termasuk gurun), maka kodok-kodok itu mati secara massal.
Karena sejumlah besar kodok mati, populasi serangga seperti nyamuk pun meningkat secara tajam. Wabah serangga itu pun memasuki kota di mana orang-orang Mesir tinggal. Sama seperti tulah ketiga, karena kodok sebagai predator alamiah serangga itu mati, populasi lalat pikat (lalat penghisap darah) pun meningkat tajam, menjadi tulah keempat.
Meningkatnya wabah serangga-serangga penghisap darah seperti lalat pikat menyebabkan munculnya wabah penyakit ternak. Menurut para ahli, para serangga itu menyebarkan penyakit saat menggigit dan karena jumlah mereka sangat banyak, jumlah ternak yang terjangkit pun menjadi amat banyak dan muncul kematian massal pada ternak. Sama dengan tulah kelima, hewan-hewan penghisap darah itu memindahkan penyakit dari hewan-hewan ternak serta orang-orang sakit. Dan karena banyaknya orang yang sakit, penyakit itu menjadi mudah menular dan sulit diobati, yang menjadi tulah keenam.
Saat meletus, Gunung Santorini menyemburkan sejumlah besar gas sulfur dan debu vulkanis dalam jumlah amat besar ke udara. Material-material dari gunung berapi itu kemudian ikut mempengaruhi iklim setempat, sehingga menimbulkan fenomena cuaca aneh seperti hujan es (hail). Proses pembentukan hujan es sendiri tidak berbeda dengan hujan atau salju. Bedanya, hujan es terbentuk karena adanya tekanan udara yang sangat kuat sehingga titik-titik air itu tertahan di udara dan membentuk bongkahan es yang akhirnya jatuh ke bumi. Pada tulah ketujuh Mesir, kemungkinan tekanan udara itu berasal dari tekanan uap gunung berapi. Lebih lanjut, gesekan debu-debu vulkanis di udara juga menyebabkan munculnya kilatan listrik di udara seperi petir sehingga langit terlihat "berapi"
Munculnya hujan es akan menghancurkan sejumlah besar tanaman, termasuk tanaman pertanian. Akibatnya, serangga-serangga pengembara yg memakan tanaman seperti belalang akan terkonsentrasi dalam jumlah amat besar dan memakan tanaman di ladang-ladang yang masih tersisa, termasuk yang berdekatan dengan wilayah pemukiman. Penjelasan lain, kematian massal kodok pada tulah kedua menyebabkan populasi belalang melonjak drastis.
Penjelasan paling mungkin pada fenomena kegelapan yang menjadi tulah kesembilan adalah abu dan asap dari gunung berapi terlepas dalam jumlah amat besar di udara sehingga menutupi matahari. Fenomena serupa juga terjadi pada letusan Krakatau dan Tambora. Usai meletus, debu dari Krakatau terbawa angin dan menutupi sejumlah besar daerah di khatulistiwa. Sementara letusan Tambora, Sumbawa, pada tahun 1816 menyebabkan tahun itu dikenal sebagai "Tahun Tanpa Musim Panas" ("Year Without a Summer"). Penjelasan lain, wabah belalang yang amat besar menyebabkan matahari menjadi tertutup. Para ahli itu juga berpikir pada saat bersamaan terjadi gerhana atau badai pasir raksasa sehingga wilayah tersebut menjadi gelap.
Tulah kematian anak sulung merupakan tulah yang masih membingungkan para ahli. Jika muncul kematian massal, kenapa yang meninggal hanyalah anak sulung, bukan semua orang. Juga yang meninggal hanyalah orang Mesir, tidak termasuk orang Israel yang saat itu masih berada di wilayah Mesir? Ada beberapa penjelasan yg coba dikemukakan para ahli :
- 1. Ketika muncul wabah dan kegelapan, makanan yang tersisa saat itu ikut tercemar. Orang-orang pun mengungsi dan ketika mereka kembali, mereka hanya memakan makanan yg tersisa. Karena anak sulung mendapat prioritas pertama untuk makan, mereka pun menjadi sakit dan meninggal lebih dahulu.
- 2. Ketika terjadi letusan gunung, asapnya pun mencapai pemukiman Mesir. Dan jika memperkirakan kultur orang Mesir, mereka yang sulung tidur di lantai/tempat rendah, sementara anggota keluarga lain tidur di tempat yang lebih tinggi, sehingga mereka yang sulung terinfeksi terlebih dahulu oleh debu-debu vulkanis. Gas beracun seperti belerang sendiri massa jenisnya lebih rendah dari udara sehingga gas itu hanya menjalar di lantai
- 3.Orang-orang Israel sendiri sudah diberitahu oleh Nabi Musa bahwa usai tulah ini, mereka akan diusir oleh bangsa Mesir. Maka, mereka bersiap-siap dan menandai pintu rumah mereka dengan darah domba. Mereka juga hanya diperbolehkan makan roti tanpa ragi yang dibuat sendiri. Karena mereka sudah bersiaga dan memakan makanan yang bahannya tersedia sejak sebelum wabah inilah, mereka tidak ikut meninggal.
Sampai sekarang belum ada kesepakatan maupun bukti pendukung penjelasan-penjelasan ilmiah tersebut.
Lihat pula
- Musa
- Paskah
- Seder Paskah
- Tongkat Harun
- Papirus Ipuwer
- Bagian Alkitab yang berkaitan: Kitab Keluaran pasal 7, 8, 9, 10, 11, 12, Mazmur 78, Mazmur 105.
Referensi dan pranala luar
- ^ diduga Ramses II atau Amenhotep II
- ^ Keluaran 12:12
- ^ “Maka Kami mengirimkan (tulah-tulah) kepada mereka: Kematian yang menyeluruh, Belalang, Nyamuk, Katak dan Darah: Tanda-tanda ini seharusnya menjadi peringatan terbuka, tetapi mereka itu tetap angkuh, -- orang-orang yang menyerahkan diri kepada dosa.” (7:134); online http://budoom.com/quran/index.php?surahno=7&q=&pagesize=1&rowindex=132