Catenaccio
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP70Wildan (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 10 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Halaman ini terakhir disunting oleh WildanKarim (Kontrib • Log) 3842 hari 151 menit lalu. |
Catenaccio adalah sistem taktis dalam permainan sepakbola yang menitikberatkan kekuatan pada pertahanan.[1] Dalam bahasa Italia, catenaccio berarti "Kunci" sehingga dapat diartikan bahwa catenaccio adalah strategi permainan dengan pertahanan yang terorganisir dan efektif agar lawan kesulitan menyerang atau mencetak gol.[1] Strategi ini dikenal luas ketika pada tahun 1960-an Helenio Herrera menerapkannya pada Internazionale.[1] Ciri khusus dalam sistem ini adalah penempatan seorang sweeper yang berdiri bebas tepat di belakang tiga pemain belakang dan di depan penjaga gawang.[1] Tugas utama seorang sweeper adalah menghentikan pergerakan penyerang lawan dan membuang bola yang berada di wilayah pertahanannya.[1]
Awal Mula
Jika ditelusur lebih dalam, dasar dari catenaccio adalah sistem verrou yang digunakan oleh pelatih asal Austria bernama Karl Rappan untuk Tim Nasional sepakbola Swiss pada tahun 1930-an hingga 1940-an.[2] Publik sepakbola Italia pertama kali melihat sistem permainan bertahan pada akhir 1940-an saat Giuseppe Viani menerapkan penggunaan seorang sweeper untuk Salernitana.[2] Nereo Rocco kemudian menerapkan sistem ini ketika membawa Triestina menempati posisi dua klasemen.[2] Rocco kemudia menerapkan sistem ini di Padova dan akhirnya meraih sukses ketika membawa AC Milan memenangkan Kejuaraan Eropa dan Serie A pada tahun 1950-an.[2]
Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan
- Catenaccio adalah strategi yang sangat efektif dalam bertahan.[3] Garis ganda pertahanan akan mencegah lawan masuk ke area penalti.[3] Jika kedua garis pertahanan berhasil ditembus, masih ada libero dan penjaga gawang yang siap mengamankan gawang.[3]
- Keberadaan libero sangat bermanfaat untuk menjaga pergerakan penyerang lawan.[3] Penjagaan ketat terhadap penyerang akan melemahkan kekuatan sang penyerang sehingga membuatnya sulit untuk mencetak gol.[3]
- Catenaccio adalah formasi yang sangat baik untuk skema serangan balik.[3] Benteng pertahanan yang tangguh akan memaksa lawan untuk menambah lebih banyak pemain dalam menyerang sehingga akan membuat lawan melupakan sisi pertahanan.[3] Hal ini dapat dimanfaatkan dengan mengirimkan umpan lambung yang jauh untuk dikonversi menjadi gol oleh penyerang.[3]
- Catenaccio adalah strategi yang menitikberatkan kekuatan pada kerja keras seluruh tim, bukan individu.[3] Strategi ini efektif untuk digunakan oleh tim yang lebih lemah atau tim yang pemainnya terkena kartu merah[3]
- Bermain dengan pola bertahan telah melahirkan banyak pemain belakang dengan kualitas handal, contoh pemain belakan produk catenaccio adalah Claudio Gentile, Gaetano Scirea, Paolo Maldini, dan Alessandro Costacurta.[3]
Kelemahan
- Pada masa lalu, kemenangan bernilai 2 poin, imbang bernilai 1 poin, dan kalah bernilai 0 poin.[3] Pada saat ini, kemenangan bernilai 3 poin sehingga tim yang hanya mengincar hasil imbang ketika melawan tim yang lebih kuat akan kesulitan untuk menjuarai kompetisi.[3]
- Catenaccio adalah sistem yang tidak seimbang karena hanya menitikberatkan kekuatan pada pertahanan.[3] Hal ini menjadi tidak praktis bagi tim besar karena menghilangkan kekuatan menyerang yang mereka miliki.[3]
- Catenaccio menerapkan penjagaan pemain per pemain (man-mark) sehingga akan menimbulkan kebingungan ketika menghadapi tim dengan gaya Total Football yang mewajibkan pemain untuk senantiasa bertukar posisi.[3]
- Ketika sebuah tim menerapkan catenaccio, mereka akan lebih sering memainkan bola ke belakang, hal ini akan menyebabkan membuat memicu kritik dan dianggap sebagai "Anti Football".[3]
Catenaccio vs Parkir Bus
Perbedaan utama sistem catenaccio dengan sistem "Parkir Bus" adalah penggunaan sweeper yang tidak hanya berperan dalam menjaga pertahanan namun juga berperan sebagai titik awal penyerangan.[4]
Sepakbola Menyerang
Masa kejayaan catenaccio berangsur hilang semenjak banyak tim yang menerapkan strategi menyerang seperti Total Football yang diperagakan oleh Timnas Belanda.[5] Di Italia, AC Milan pada era "The Dream Team" mulai meninggalkan permainan defensif yang berujung pada trofi Liga Champions tahun 1989, 1990, dan 1994.[5]
Rujukan
- ^ a b c d e "Pengertian Catenaccio". Satupedia. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b c d Coggin, Stewart. "Catenaccio Soccer Tactic". World Soccer. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q "Catenaccio Style Football". Football bible. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ Chakraborty, Abhishek (2012). "The beauty of 'Catenaccio' style of Football". Sports Keeda. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ a b "Catenaccio - The Lost Art Of Defensive Football". Instant Action Sports. Diakses tanggal 10 Mei 2014.