Sensibilitas
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP86Johanes (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 27Juni2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 26Juni2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP86Johanes (Kontrib • Log) 3787 hari 112 menit lalu. |
Sensibilitas berasal dari kata berbahasa Latin sensibile dengan akar kata sensus yang artinya pencerapan dengan indra, rasa, perasaan dan kesan.[1] Sensibilitas dapat diartikan dalam 4 pengertian. Pertama, sensibilitas dalam bidang pengetahuan merupakan daya terima pencerapan atau sensasi. Penyebab dari daya terima ini adalah terjadinya pertemuan antara hal jasmani dan dunia yang dapat dipersepsi secara jasmani. Sensibilitas menangkap yang individual dan yang konkret. Kedua, menurut filsafat Immanuel Kant, sensibilitas merupakan daya terima murni yang memungkinkan kita menghasilkan intuisi ketika berhadapan dengan obyek tertentu. Pemikiran dibangun di atas intuisi yang muncul. Ketiga, dalam bidang keinginan, sensibilitas menunjukkan fungsi spontan dorongan seseorang sejauh hal-hal ini mendahului petunjuk pribadi rohani yang sadar serta yang dikehendaki. Kant menyebut sensibilitas dalam artian ini sebagai rintangan alamiah terhadap pelaksanaan kewajiban menjalankan hukum moral. Keempat, jika sensibilitas atau sensualitas digunakan dalam arti negatif dari segi etis, ia menujukkan rangsangan indrawi atau pencarian kenikamatan.
Rujukan
- ^ Lorens Bagus (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. hlm. 994-995.